Sukses

Pengganti Menpora Idealnya Anak Muda dan Bukan Kader Parpol

Beberapa hari terakhir beredar isu bahwa akan ada pergantian Menteri Pemuda dan Olahraga. Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam melalui Tri Alvian Machwana selaku Ketua Bidang Geostrategi dan Hubungan Internasional ikut memberi komentar.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari terakhir beredar isu bahwa akan ada pergantian Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam melalui Tri Alvian Machwana selaku Ketua Bidang Geostrategi dan Hubungan Internasional ikut memberi komentar.

Ia menjelaskan bahwa kondisi anak muda saat ini cukup memprihatinkan secara kelembagaan, banyaknya persoalan yang juga tak kunjung usai. Termasuk di antaranya adalah masih terbelah-belahnya organisasi kepemudaan seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang konsen pada isu pemuda.

Melihat proses pembangunan pemuda kita yang ditargetkan 57.67 di tahun 2024 masih belum tentu dapat dicapai. Bahkan tantangan ini terjadi sudah terlihat sejak tahun 2019 yang mengalami penurunan di tahun 2020. Pada 2022 sendiri kita baru naik lebih dari 1%, tentu ini memprihatinkan, artinya proses konsolidasi lembaga kepemudaan masih belum maksimal.

"Pembangunan pemuda itu di ukur dari 5 hal, pertama adalah pendidikan, kedua kesejahteraan, ketiga akses lapangan pekerjaan, keeempat itu kesehatan dan kelima adalah partisipasi dan kepemimpinan gender", imbuh alumni pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini.

Ditambahkan lagi bahwa hal demikian belum begitu maksimal terbukti dengan target-target pencapaian kepemudaan yang kalau diasumsikan peningkatannya hanya dengan angka seperti itu maka akan sulit untuk dicapai.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harusnya Didominasi Anak Muda

Pengacara dan kurator muda ini juga kecewa melihat kementerian atau lembaga kepemudaan yang justru secara nyata tidak pro dengan kepentingan pemuda. Ia menilai bahwa kementerian pemuda dan olahraga itu harusnya didominasi oleh anak muda atau yang usianya dibawah 40 Tahun dan seorang profesional.

Menurutnya yang memimpin kementerian pemuda dan olahraga itu adalah anak muda, yaitu dia yang mengerti apa sebenarnya kebutuhan anak muda untuk hari ini dan masa depan.

"Saya ambil contoh bagaimana negara-negara berhasil menciptakan partisipasi di bidang olahraga misalnya, seperti belanda yang kalau kita belajar mereka menjadikan olahraga tidak sebagai orientasi prestasi akan tetapi dibudayakan sehingga tingkat partisipasi dalam keolahragaan kita meningkat dengan melihat jumlah penduduk 270 juta dan hanya memiliki fasilitas sekitar 20.138 dari 83.931 desa/kelurahan, itu saja sudah timpang", tegasnya.

Lanjut pemuda yang akrab disapa Alvian ini berpendapat bahwa agar masa depan pemuda dan olahraga kita lebih baik setidaknya seluruh stakeholder pemuda memberi saran dengan mendorong kepentingan kementerian pemuda dan olahraga diisi oleh anak muda yang mengerti tentang tantangan serta jalan keluar atas permasalahan yang ada.

"Idealnya anak muda di bawah umur 40 tahun dan bukan kader partai politik, pemuda yang memiliki rekam jejak, kompetensi, serta terlibat aktif dalam proses isu kepemudaan dan olahraga. Mereka harus mengerti bagaimana seharusnya potensi bonus demografi dimaksimalkan. Intinya hanya anak muda yang mengerti bagaimana anak muda itu dikelola, dibangun sehingga memberi yang terbaik bagi nusa dan bangsa", tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.