Sukses

HEADLINE: Pembunuhan Berantai Wowon Cs, Mirip Kasus Ryan Jombang?

Penemuan satu keluarga keracunan di Bekasi berhasil diungkap. Kasus yang awalnya diduga keracunan berubah menjadi pembunuhan berantai yang ternyata dilakukan oleh tiga pelaku.

Liputan6.com, Jakarta - Penemuan satu keluarga yang diduga keracunan di Jalan Ciketing barat, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat beberapa waktu lalu tengah menjadi sorotan. Satu keluarga ditemukan tergeletak di rumah kontrakan dengan kondisi mulut mengeluarkan busa.

Penemuan satu keluarga oleh warga sekitar ini pun sempat membuat geger. Bahkan diketahui pula tiga dari lima orang yang ditemukan meninggal dunia. Ketiga korban tersebut diketahui bernama, Maimunah, Ridwan Abdul Muis, dan Riswandi.

Usut demi usut, kasus di Bekasi tersebut yang awalnya diduga keracunan berubah menjadi kasus pembunuhan berantai. Hal ini mengacu pada indikasi kematian korban yang tidak wajar berdasar pada temuan-temuan polisi.

Dalam pengungkapan kasus, polisi telah menetapkan tiga orang tersangka. Mereka yakni, Wowon Erawan alias AKI, Solihin alias Duloh dan M Dede Solehuddin.

Selain tiga korban yang ditemukan di Bekasi, Polisi mencatat tiga pelaku pembunuhan berantai telah menghabisi total sembilan orang korban, tersebar di Bekasi tiga orang, Cianjur empat orang, Garut satu, dan satu orang masih dalam pencarian.

Pakar Kriminologi dari Universitas Indonesia (UI) Josias Simon memberikan pandangannya mengenai kasus pembunuhan berantai yang dilakukan ketiga pelaku itu.

Simon menilai insiden pembunuhan berantai yang menewaskan sejumlah orang tersebut merupakan pembunuhan yang sudah disiapkan pelaku. Terutama untuk menutupi berbagai tindak pidana pelaku sebelumnya.

"Terkait dengan pembunuhan serial killing Wowon dan kawan-kawan ini kita bisa lihat sebagai bagian dari pembunuhan yang disiapkan dalam rangka menutupi berbagai macam tindak pidana, khususnya pembunuhan yang telah dilakukan sebelumnya," kata Simon kepada Liputan6.com Jum'at (20/1/2023).

Sehingga, kata Simon, serial killing yang dilakukan Wowon cs ini tidak hanya merujuk pada suatu kemampuan menyelesaikan masalah dengan pembunuhan, melainkan juga dengan menghilangkan jejak atau menutupi tindak pidana.

"Seperti ditaruh di bawah pembuangan rumah, jadi susah dideteksi ya. Atau pun di got, juga septitank di rumah. Hal itu jadi lebih susah ditelusuri," Ujarnya.

Simon mengungkap, kasus pembunuhan berantai umumnya merupakan suatu tindakan kejahatan atau pembunuhan yang dilakukan berulang kali baik oleh individu maupun kelompok.

"Serial killing merupakan tindakan pembunuhan berulang kali karena pelaku tidak tertangkap dalam modus operandi yang dilakukan sebelumnya dan bisa dilakukan satu orang maupun kelompok," kata Simon.

Terkait kemungkinan cara yang dilakukan pelaku pembunuhan berantai. Simon menyebut cara-cara itu bisa dilakukan dengan cara tradisional seperti di racun hingga cara modern dengan menggunakan teknologi.

"Banyak cara-cara, di racun misalnya seperti Wowon dkk, atau model pembunuhan yang tidak diketahui lainnya. Cara tradisional sampai cara-cara yang menggunakan teknologi saat ini," pungkasnya.

Lebih lanjut, Simon mengatakan kasus pembunuhan berantai Wowon cs juga memiliki sedikit kesamaan dengan kasus Ryan Jombang apabila dilihat dari korban-korban yang disembunyikannya, Walapun secara motif berbeda.

"Jadi terkait dengan korban-korban pembunuhannya yang disembunyikan, dan kemudian belakangan baru diketahui. Saya rasa ada kesamaanya dengan kasus Ryan Jombang walaupun berbeda motif, kan masalah (Ryan Jombang) kecemburuan atau orientasi seksual, sementara ini ya itu masalah yang motifnya masih tengah ditelusuri," ujar Simon.

Kemudian soal modus supranatural yang dilakukan oleh ketiga pelaku, Simon menilai hal tersebut memang masih sering ditemukan dalam berbagai kasus. Mengingat, hal-hal yang berkaitan dengan ritual-ritual sangat khas di Indonesia.

"Ya saya kira itu kalau ritual kan sesuatu yang sangat khas ya di Indonesia, masyarakat negara timur. Oleh karenanya ritual-ritual seperti yang dilakukan pelaku pembunuhan di Bekasi sangat bisa diterima masyarakat tradisional atau pun dipakai untuk menipu," ucap Simon.

"Hal ini kebanyakan dipakai untuk menipu dalam rangka sebagai modus untuk aksinya sehingga ritual penggandaan uang yang dilakukan itu sangat menarik si korban," Simon menandasi.

Sementara itu, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri mengatakan peristiwa pembunuhan berantai di Bekasi setidaknya memiliki dua motif dominan. Pertama yaitu motif instrumental dan yang kedua adalah pola kepribadian dari para tersangka.

"Motif instrumental artinya pembunuhan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat atau tujuan tertentu. Hal ini merujuk pada penghilangan saksi agar terhindar dari pidana tertentu. Sementara aspek lain yaitu pola kepribadian anti sosial," kata Reza kepada Liputan6.com Jum'at (20/1/2023).

Lebih lanjut, Reza menduga dari ketiga pelaku pembunuhan berantai di Bekasi tersebut, Wowon adalah orang yang menjadi master mind atau otak pembunuhan.

"Saya membayangkan yang melakukan perhitungan awal dari rencana pembunuhan datangnya dari Wowon. Kenapa? karena bisa saja Wowon menganggap keluarga dapat menghambat tujuannya. Sehingga, kuat dugaan saya Wowon-lah yang menjadi perancang rencana untuk pembunuhan berencana ini," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kasus Tidak Mudah Diungkap

Adapun Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan menilai kasus pembunuhan berantai di Bantargebang, Kota Bekasi menjadi salah satu kasus yang tidak mudah untuk diungkap.

"Kasus ini tidak mudah diungkap karena pembunuhan ini didalangi suami dan ayah tiri korban," kata Edi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (20/1/2023).

Namun, Edi menilai, sejauh ini kinerja Direktorat Reserse Kriminal umum Polda Metro Jaya sangat profesional dalam mengungkap kasus pembunuhan sadis sekeluarga dengan mencekoki korban dengan racun di Bekasi itu.

"Dibutuhkan kerja keras menggunakan penyelidikan ilmiah. Dengan cara ini kasus pembunuhan dalam keluarga ini terbongkar," katanya.

Menurut Edi, pengungkapan ini berhasil setelah polisi menganalisa hasil autopsi dan uji barang bukti dari laboratorium forensik.

"Kita menyampaikan terima kasih kepada Kapolda Metro Jaya dan Direktorat Reserse Kriminal Umum," katanya. Dilansir dari Antara.

Dia mengharapkan pengungkapan pembunuhan ini akan menjadi contoh kepada polda lainnya dalam mengungkap kejahatan serupa pada masa mendatang.

Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran membeberkan, sepak terjang ketiga tersangka yakni Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh dan M Dede Solehudin persis seperti serial killer.

Fadil mengungkap, dua diantaranya yakni Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh sebagai partner in crime.

"Jadi sebenarnya antara para pelaku dengan korban ini sebenarnya ada keterkaitan satu dengan yang lain," kata dia saat konferensi pers.

Fadil menerangkan, Solihin alias Duloh seolah-olah memiliki kemampuan supranatural untuk membuat seseorang menjadi sukses atau kaya. Sementara itu, tugas Wowon Erawan alias Aki mencari korban.

"Setelah Aki mendapatkan korban atau target yang ingin sukses kemudian diambil uangnya," ujar Fadil.

Fadil menerangkan, para korban yang sudah masuk perangkap biasanya akan menagih apabila tidak kunjung mendapat kesuksesan. Saat itu, Aki akan melaporkan kepada Duloh.

"Duloh yang akan mengesekusi dengan cara mengajak korban ke rumahnya kasih minum racun dan orang yang mengetahui pun dianggap berbahaya akan di hilangkan," ujar Fadil.

Fadil mengungkapkan, kelompok ini memiliki sebuah pemahamam yang dikenal sebagai perjalanan perjuangan pembunuhan.

Adapun, diawali dengan melakukan penipuan yang pada akhirnya korban termasuk saksi-saksi akan dibunuh.

"Ada janji dan motivasi palsu kemudian ada janji dan motivasi kepada target setelah ditagih maka kemudian para korban ini sudah tertipu dihilangkan nyawanya," ujar dia.

Fadil mengatakan, modus pembunuhan serupa pernah dilakukan oleh terdakwa Ryan Jombang.

"Korban akan diajak ke rumah lalu diambil harta dan kemudian dibunuh dengan cara dipukul menggunakan linggis kemudian ditanam di belakang rumah untuk menghilangkan jejak," ujar dia.

3 dari 3 halaman

Korban Serial Killer Wowon Cs Masih Ada Hubungan Keluarga

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi mengatakan sebagian dari korban pembunuhan Wowon Erawan alias Aki Cs masih memiliki hubungan keluarga. Mereka terdiri dari istri hingga anak.

"Sebagian besar korban sebagian besar berasal dari family tree dari para tersangka, istrinya, mertuanya, anaknya," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi melalui keterangannya, Jumat (20/1/2023).

Sejauh ini terdapat sembilan orang yang menjadi serial killer Wowon CS yang tersebar di tiga lokasi. Diantaranya, Bekasi terdapat tiga orang yakni Ai Maimunah (40) merupakan istri sirih. Lalu Ridwan Abdul Muiz (20) yang merupakan mantan suami Maimunah dan anaknya M Riswandi (16).

Lalu, untuk korban yang tewas di Cianjur juga masih terhitung sebagai keluarga dari pelaku. Wiwin yang merupakan istri sah Wowon juga turut dibunuh. Anak dari Wowon, Bayu (2) serta mertua yang merupakan ibu Wiwin yaitu Noneng juga dibunuh.

Sedangkan untuk tiga korban lain yang merupakan diluar keluarga Wowon juga dibunuh. Mereka tewas setelah menagih janji bisa mendapat kekakayaan hingga dianggap berbahaya karena mengetahui praktek berkedok supranatural.

Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo memerintahkan jajarannya untuk mengusut kasus pembunuhan berantai Wowon Cs di Bekasi dan Cianjur, Jawa Barat.

“Usut tuntas kasus tersebut karena sudah menjadi interest masyarakat luas,” tutur Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengingatkan perintah Kapolri, Jumat (20/1/2023).

Dedi menegaskan, pengusutan kasus pembunuhan berantai Wowon Cs akan dilakukan secara ilmiah dan mengikuti aturan perundang-undangan.

“Tetap proses penyidikan sesuai prosedur dan taati kaidah-kaidah proses pembuktian secara ilmiah,” kata Dedi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.