Sukses

Setahun Covid-19, Pembelajaran Jarak Jauh dan Bangku Sekolah yang Dirindukan

Elina menilai, pembukaan proses pembelajaran tatap muka di sekolah bisa dilangsungkan asalkan temuan kasus positif di suatu wilayah dapat terkendali serta mempunyai kapasitas tes yang mumpuni.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim menargetkan vaksinasi Covi-19 pada guru dan dosen kelar di Juni 2021. Vaksinasi ini bertujuan untuk mempercepat pembukaan sekolah di tahun ajaran baru pada pertengahan 2021.

"Semua guru dan dosen, 5 juta lebih dari mereka harapannya Insya Allah akan divaksinasi sampai dengan akhir bulan Juni sehingga tahun ajaran baru semua sekolah memulai proses tatap muka walaupun dengan tahap terbatas," kata Nadiem dalam siaran daring, Senin (1/3/2021).

Merespons hal itu Co-Founder Kawal Covid-19 Elina Ciptadi menyatakan pembukaan sekolah tidak harus menunggu vaksinasi terhadap seluruh guru.

Menurutnya pembukaan proses pembelajaran tatap muka di sekolah bisa dilangsungkan asalkan temuan kasus positif di suatu wilayah dapat terkendali serta mempunyai kapasitas tes yang mumpuni.

"Sekolah sebetulnya tidak perlu menunggu semua guru divaksinasi untuk tatap muka, yang terpenting adalah jumlah kasus di komunitas sudah terkendali dan wilayahnya punya kapasitas untuk melakukan tes, trace dan isolasi dengan cepat bila ada kasus di komunitas, supaya tidak sampai merambah ke sekolah," ucap Elina kepada Liputan6.com, Selasa (2/3/2021).

Kendati begitu, dia ragu Indonesia mampu untuk melakukan hal tersebut. Berkaca pada negara-negara yang sudah membuka sekolahnya, standarnya harus mengacu pada ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Di mana negara harus dapat melakukan tes dan penelusuran hingga 30 kontak erat per kasus positif dan hasilnya dapat diperoleh dalam 24 jam.

Belum lagi soal kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan juga harus dijalankan secara 100 persen.

"Jadi indikatornya: bisa tes dan trace 30 kontak erat per kasus positif dan hasilnya bisa didapat dalam waktu 24 jam (sesuai standar WHO), bisa mengawasi karantina dan isolasi, tingkat positivitas tes di wilayah tersebut di bawah 5 persen, semua orang di dalam dan sekitar wilayah bisa mengikuti protokol kesehatan yang ketat," ucap Elina.

"Kami belum ada indikasi ada daerah di Indonesia yang bisa melakukan ini," sambungnya.

Menurut dia, tanpa adanya itu semua, pembukaan sekolah dalam kondisi seperti ini cukup berisiko. Risiko ini misalnya muncul saat guru dan murid berkumpul di dalam ruangan secara seharian. Belum lagi adanya jam istirahat yang dirasa sulit membuat anak-anak tak berkerumun. Apalagi saat jam istirahat, sangat mungkin ada aktivitas membuka masker.

Kendati demikina, Elina dapat memahami bagaimana kerinduan para pelajar dan guru untuk dapat kembali menjalani proses belajar tatap muka 

"Kami sangat mengerti bahwa setelah tutup sekolah setahun, dengan segala keterbatasan infrastruktur pendidikan di rumah, anak-anak dan guru ingin kembali ke sekolah. Ini sangat bisa dimengerti," ucap Elina.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Vaksinasi Guru Percepat Pembukaan Sekolah ?

Sementara itu, Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windu Purnomo menyebut vaksinasi terhadap guru tak lantas membuat sekolah boleh langsung dibuka.

Menurutnya proses vaksinasi kepada guru dan tenaga kependidikan bukan berarti pandemi Covid-19 telah terkendali. Untuk itu, dia memandang masih butuh waktu 1,5 tahun lagi pembelajaran secara tatap muka di sekolah boleh dilakukan.

"Kan buka sekolah itu berisiko tinggi untuk terjadi penularan. Maka saya mau tanya, kalau guru itu 5 juta orang misalnya sudah vaksinasi semua, nah sekarang pertanyaannya apakah pandemi sudah terkendali?. Kalau kita ini mengandalkan vaksinasi dalam mengendalikan pandemi, maka (membuka sekolah) ketika sudah mencapai herd immunity," kata Windu kepada Liputan6.com, Jumat (26/2/2021).

"Jadi kapan sekolah dibuka? Ya harusnya satu setengah tahun yang akan datang," sambung dia.

Angka 1,5 tahun menurut Windu cukup jika vaksinasi terus dilakukan untuk membentuk kekebalan kawanan atau herd immunity di masyarakat. Sehingga ketika terbentuk kekebalan ini, maka pandemi sudah dalam status terkendali.

Jika mau mengikuti jejak negara-negara lain yang saat ini telah lebih dulu membuka sekolah, maka Windu menyarankan resep kepatuhan protokol kesehatan (prokes) bagi masyarakat. Tanpa adanya itu akan muskil sekolah dipaksa dibuka dalam situasi pandemi yang belum terkendali.

"Kecuali kalau mulai besok pagi kita betul-betul prokes 100 persen dipatuhi dan karantina maupun isolasi harus dilakukan secara masif. Kalau kayak gitu kita bisa seperti Australia yang sudah bisa mengendalikan dengan cepat, mungkin Juli sudah bisa (buka sekolah)," tegasnya.

3 dari 3 halaman

Siap, Tidak Siap?

Sementara itu, Leman, wali murid salah satu siswa pada satu sekolah di Kabupaten Cirebon menyatakan ketidaksiapannya jika harus melepas adiknya kembali bersekolah di tengah situasi seperti ini. Ia menilai kendati seluruh guru sudah divaksin bukan serta-merta sekolah bebas dari penyebaran Covid-19.

"Saya gak siap ya mas, kan efikasi vaksin kita juga katanya cuman 60 persen. Jadi kalau pun guru divaksin, tapi tetap masih ada potensi penularan," kata Leman kepada Liputan6.com, Selasa (2/3/2021).

Menurutnya, selama tingkat penularan masih tinggi, dirinya belum yakin membiarkan adiknya yang masih duduk di kelas 5 SD itu untuk kembali bersekolah. Pembukaan sekolah, menurut Leman baru bisa dilakukan jika angka temuan kasus mengalami penurunan yang signifikan.

"Ya kalau sudah amanlah boleh dibuka, kalau yang tertular sudah banyak menurun," terang Leman.

Hal yang sama diungkapkan Imad, wali murid salah satu siswa SMA swasta di Kota Bogor. Imad menuturkan bahwa pembukaan sekolah di situasi pandemi Covid-19 yang masih bergejolak dirasa kurang tepat. Menurutnya kendati guru sudah divaksinasi, mestinya pembukaan sekolah menunggu hingga kasus menurun.

"Vaksinkan tidak menjamin, ya nantilah nunggu kasus reda. Kalaupun pembukaan nanti bulan Juli saya rasa kasus masih tinggi ya melihat kondisi seperti ini," terang Imad kepada Liputan6.com, Selasa (2/3/2021).

Nada berbeda disampaikan oleh Mulki Hakim, wali murid salah satu SD di Kabupaten Pangandaran ini mengaku tak masalah jika pemerintah membuka sekolah pada pertengahan 2021 mendatang. Ia menyaratkan asalkan pembukaan itu disertai dengan penerapan prokes yang ketat di sekolah.

"Ya asal dengan prokes dan bergilir ya. Ya meskipun pandemi masih belum selesai ya, tapi gak papa sementara gitu," ucap Mulki Hakim kepada Liputan6.com, Selasa (2/3/2021).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.