Sukses

BNPT: Generasi Muda Rentan Terpapar Radikalisme

Untuk itulah dirinya memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar sama-sama memahami apa itu terorisme.

Liputan6.com, Jakarta - Generasi muda dan kaum perempuan akhir-akhir ini masih terlihat rentan terpapar paham radikal terorisme yang pada akhirnya menjadi pelaku terorisme. BNPT meminta masyarakat bersama-sama bisa melakukan upaya pencegahan paham radikal terorisme di lingkungan sekitarnya agar penyebaran paham tersebut tidak meluas.

Hal itu disampaikan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. Hamli pada Talk Show on the Street dalam kegiatan Crime Prevention, Day, Making Indonesia 4.0 yang diselenggarakan Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI).

"Nah, sekarang yang banyak itu adalah pemuda dan juga kaum perempuan yang pada saat ini kerentanannya itu cukup signifikan. Hal seperti itu harus menjadi perhatian kita semua,” kata Hamli, seperi dikutip dari Antara, Senin (24/2/2020).

Dalam sambutan pengantarnya di depan masyarakat, Hamli menjelaskan aksi terorisme itu sendiri dimulai dari sifat manusia yang menunjukkan gejala pemikiran radikal negatif. Radikal negatif itu sendiri bermula dari intoleransi.

Untuk itulah dirinya memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar sama-sama memahami apa itu terorisme, apa itu radikalisme dan apa itu intoleransi. Kalau masyarakat sendiri tidak paham mengenai hal tersebut, tentunya masyarakat tidak akan tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah paham baru bersama-sama melakukan upaya pencegahan ini.

“Ini adalah langkah awal supaya masyarakat bisa mengetahui secara jelas. Ketika sudah paham masyarakat ini bisa melakukan pencegahan secara dini. Kalau sudah memahami, maka masyarakat juga ikut membantu pemerintah dalam rangka mencegah kejahatan itu, terutama kejahatan terorisme,” ujar alumnus Sepamilsuk ABRI tahun 1989 ini.

Ia juga menjelaskan bahwa terorisme tidak datang secara tiba-tiba hingga orang menjadi pelaku teror. Ibaratnya gunung es yang puncaknya adalah terorisme, lalu gunung es yang di bawah adalah intoleransi.

“Yang berbeda itu dianggap oleh mereka yang intoleran itu sebagai musuh. Itu masih pemikiran di kepala. Itu adalah ‘gunung es’ yang di bawah. Nah, ketika itu (pemikiran) mulai mengeras, kemudian bisa naik ‘pangkat’ jadi radikal teror,” kata alumnus Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ciri-Ciri Pemikiran Negatif

Ia menyebutkan ciri-ciri orang yang terpapar pemikiran radikal negatif, seperti bersikap intoleransi, anti terhadap Pancasila, anti terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka beranggapan negara kafir atau negara thogut.

Selain itu, lanjut dia, mereka juga suka mengafirkan orang lain dengan menyebarkan paham takfiri atau suka menyalahkan orang lain. Padahal, mengafirkan orang lain itu tidak diperbolehkan di dalam suatu agama.

"Agama apa pun bisa terjadi. Agama A menyalahkan Agama B demiklian pula sebaliknya agama B menyalahkan agama A. Jadi, itu indikasinya. Jadi, marillah kita semua meyakini agama Anda masing-masing. Akan tetapi, Anda juga meyakini dan menghormati agama orang lain yang menurut pemeluknya masing-masing adalah benar. Jadi, kita hormati saja,” ujar mantan Kabid Pencegahan Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.