Sukses

Langkah-Langkah Pemerintah Atasi Kebakaran Hutan

Pemerintah dalam menagani kebakaran hutan dan lahan

Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan masih terus terjadi, bahkan dampak dari kejadian ini merugikan masyarakat sekitar yang mengalaminya. 

Lima Provinsi di Indonesia yang mengalami kebakaran hutan yaitu Riau, Jambi, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, Sumatera masih mendominasi, khususnya daerah Riau dan Jambi.

Dia menegaskan, terkait kasus kebakaran hutan, pihaknya telah menetapkan 175 tersangka. Mereka ditangani oleh enam Polda, yakni Polda Riau, Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Selatan (Kalsel), Sumatera Selatan (Sumsel), dan Jambi.

"Polri masih fokus dalam hal penyelesaian pemberkasan," kata Dedi.

Kini pemerintah pun telah memberikan bantuan-bantuan kepada wilayah yang mengalami dampak kebakaran hutan dan lahan. Berikut upaya pemerintah yang dihimpun Liputan6.com :

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hujan Buatan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menyatakan, pemerintah telah mempersiapkan sejumlah cara untuk menangani kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.

Wiranto meminta adanya penguatan manggala agni atau pasukan pemadam kebakaran. Sehingga diperlukan pula penambahan alat-alat dalam pelaksanaan pemadaman kebakaran hutan.

"Ini sudah diketahui, sudah dicatat dan akan segera dilaksanakan. Alat pemadam maksudnya," kata Wiranto di gedung Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat.

Cara lainnya yakni memanfaatkan peluang adanya hujan buatan. Sebab berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim hujan baru akan turun pada pertengahan Oktober.

Akan tetapi hujan buatan dapat dilakuan dengan syarat kadar air di wilayah tersebut mencapai 75 persen. Bila ditaburi garam, maka awan akan menurunkan hujan.

"Tapi kalau awannya persentase kandungannya tidak sampe 75 persen ditaburi garam ya tidak akan hujan," ucapnya.

Karena hal itu, Wiranto menyebut pemerintah membentuk Pasukan Pemadam Reaksi Cepat (PPRC). Pasukan itu nantinya dibekali pesawat bermuatan garam untuk ditaburkan ketika kadar air telah mencapai angka yang ditentukan.

"Artinya kita siapkan pesawat udara di tempat-tempat kritis dimuati garam, ada laporan bahwa awan itu sudah cukup kuat kemudian dijadikan hujan, pesawat naik langsung tabur garam," papar dia.

Selain itu, Wiranto juga menyiapkan sejumlah helikopter untuk melakukan bom air untuk lokasi kebakaran hutan dan lahan yang jauh dari pemukiman.

"Sudah ada 42 heli, banyak itu. Tahun lalu enggak sebanyak itu. Standby untuk bom air," jelasnya

3 dari 4 halaman

Segel 42 Perusahaan yang Sebabkan Kebakaran

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyegel 42 perusahaan di lima provinsi, yang diduga sebagai penyebab kebakaran hutan dan lahan. Hal itu dilakukan usai melakukan pengawasan dan pemantauan di lima provinsi sejak Juli-Agustus lalu.

Direktur Jenderal (Dirjen) Penegakan Hukum KLHK, Rasio Ridho Sani mengatakan, lima provinsi yang menjadi sasaran pengawasan yakni Riau, Jambi, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Dari pengawasan itu, alhasil ada puluhan perusahaan yang disegel.

"Sampai saat ini kami sudah melakukan penyegelan, upaya ini kami lakukan untuk penegakan hukum. Sampai hari ini ada 42 lokasi perusahaan yang kami lakukan penyegelan dan satu lokasi (lahan konsesi) milik masyarakat. Sehingga total ada 43 lokasi yang kami segel," katanya di Gedung BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur.

Rasio mengatakan, untuk wilayah Jambi ada sekitar dua lokasi penyegelan. Sementara, di Riau lima lokasi yang disegel.

"Di Kalimantan Barat dan di Kalimantan Tengah paling banyak kami dilakukan penyegelan," kata Rasio.

Dalam penyidikan, terkait sejumlah perusahaan tersebut ditetapkan empat perusahaan yang menjadi tersangka.

"Itu ada PT ABP yang merupakan perkebunan sawit yang ada di Kalimantan Barat, PT AER yang merupakan perkebunan sawit Kalimantan Barat, PT SKM perkebunan sawit Kalimantan Barat dan PT KS di Kalimantan Tengah," ujar Rasio.

"Di antara perusahaan yang dilakukan penyegelan ada beberapa perusahaan yang memiliki modal dari luar. Satu dari Singapura, tiga Malaysia. Ini sedang kita lakukan penyelidikan. Ini sedang kita lakukan penyelidikan. Tiga orang direktur kami saat ini bekerja di Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, " sambung Rasio.

Terkait ancaman, Rasio menegaskan akan melakukan berbagai upaya sebagai langkah hukum. Salah satunya pencabutan izin dan penegakkan hukum melalui gugatan perdata.

"Sudah berlangsung proses gugat perdata dan lima proses pengadilan. Ada 17 gugatan perdata yang total inkrah Rp 3,15 triliun. Kami kordinasi dengan pihak kepolisian dan kami terapkan multidone. Tidak hanya itu, kami minta otoritas penegakkan hukum menindak dengan UU lingkungan hidup, UU kehutanan dan UU perkebunan," ujar Rasio.

"Ancaman hukumannya pidana bisa 12 tahun. Kita serius penegakkan hukum karhutla ini. Kita pakai instrumen yang ada seperti pencabutan izin, gugatan perdata, dan pidana. Pidana seperti denda perampasan keuntungan," pungkas Rasio.

4 dari 4 halaman

Kerahkan 50 Helikopter

Pemerintah mengerahkan 50 helikopter dari berbagai kementerian dan lembaga, TNI, Polri, dan swasta untuk melakukan water bombing guna memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Provinsi Riau.

“BNPB sendiri mengerahkan 42 helikopter untuk pemadaman karhutla," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dikutip dari laman Setkab.

Namun Doni mengingatkan, memadamkan lahan gambut bukanlah hal yang mudah. Ia menunjuk contoh ada satu daerah di Sumatra Selatan yang selama satu bulan kebakaran hutan dan lahan terjadi tanpa henti, belum bisa dipadamkan hingga hari ini.

“Pemadaman melalui water bombing maupun selang air bukan upaya yang efektif untuk memadamkan kebakaran hutan. Hanya hujan yang bisa memadamkan api di sejumlah wilayah karhutla," jelas Doni.

Karena itu, lanjut Kepala BNPB, pihaknya bekerjasama dengan Badan Metereologi Klimatologi dna Geofisika (BMKG) selalu bersiap sedia apabila ada kemunculan awan agar bisa segera dibuat hujan buatan.

 

(Desti Gusrina)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.