Sukses

Fakta-Fakta Gempa Banten M 6,9 yang Berpotensi Tsunami

Akibat gempa Banten, tercatat ada empat orang meninggal dunia, sedangkan yang terluka berjumlah delapan orang.

Liputan6.com, Jakarta - Gempa magnitudo 6,9 berpotensi tsunami yang berpusat di Kecamatan Sumur, Banten, kini tak hanya menyisakan kerusakan parah pada ratusan rumah warga, tapi juga korban jiwa.

Humas BNPB Agus Wibowo menyebut hingga hari ini, Sabtu (3/1/2019), tercatat ada empat orang meninggal dunia akibat terdampak gempa. Sedangkan yang terluka berjumlah delapan orang.

"Satu orang meninggal, Rasinah, warga Cigemblong. Dia wafat karena panik, serangan jantung. Satu lagi di Kabupaten Lebak," ujar Plh Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo.

BNPB juga menjelaskan, ada sekitar 1.050 jiwa yang mengungsi sementara di halaman kantor Gubernur Lampung karena sebagian rumah mereka rusak parah akibat gempa Banten yang melanda pada Jumat malam, 2 Agustus 2019.

"Desa Panjang Raja jadi salah satu desa terparah terdampak gempa," ungkap BPBB Provinsi Banten.

Kini bantuan kemanusiaan tengah mengalir bagi para korban gempa Banten. Tidak hanya berupa makanan siap saji, perlengkapan seperti tenda dan tidur juga diberikan.

Berikut fakta-fakta saat Banten diguncang gempa berpotensi tsunami:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Peringatan Tsunami Selat Sunda Bertahan 2 Jam

Sebelum gempa Banten dimutakhirkan menjadi M 6,9, BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami, pukul 19.03 WIB, Jumat 2 Agustus 2019.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triono mengatakan, pusat gempa berada kurang lebih pada 196 Km dari Labuan.

Lindu bahkan terasa di Jakarta dan Lampung. BMKG mengeluarkan peringatan tsunami di Selat Sunda, Pelabuhan Ratu.

"Levelnya waspada, warning daerah tersebut," jelas Rahmat.

Saat itu, pihak BMKG langsung mengajak masyarakat untuk menjauh dari pantai. BMKG juga mengungkap sejumlah wilayah yang bepotensi tsunami akibat gempa Banten:

Pandeglang bagian selatan, Banten (Siaga), Pandeglang, Pulau Panaitan, Banten (Siaga), Lampung Barat, Pesisir Selatan, Lampung (Siaga), Pandeglang bagian utara, Banten (Waspada).

Lebak, Banten (Waspada), Tanggamus Pulau Tabuan, Lampung (Waspada), Sukabumi, Ujung Genteng, Jawa Barat (Waspada), Tanggamus bagian timur, Lampung (Waspada), Lampung Selatan, Kepulauan Krakatau, dan lampung (Waspada).

Lampung Selatan Kepulauan Legundi, Lampung (Waspada), Lampung Barat, Pesisir Tengah, Lampung (Waspada)Lampung Barat, Pesisir Utara, Lampung, (Waspada), Bengkulu Utara, Pulau Enggano, Bengkulu (Waspada)Kaur, Bengkulu (Waspada) Lampung Selatan. Selanjutnya Kepulauan Sebuku, Lampung (Waspada) Bengkulu Selatan, Bengkulu (Waspada)Serang bagian barat, Banten (Waspada)Seluma, serta Bengkulu (Waspada).

Potensi tsunami baru resmi dicabut pada pukul 21.35 WIB.

3 dari 5 halaman

Gempa Banten Berjenis Lindu Dangkal

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkan, bahwa gempa magnitudo yang melanda Banten terletak pada koordinat 7,32 LS dan 104,75 BT.

Atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang. Dengan kedalaman mencapai 48 kilometer.

Melihat lokasi serta kedalamannya, dia menyebut gempa Banten merupakan gempa dangkal yang terjadi akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu penyesaran oblique yaitu kombinasi gerakan mendatar dan naik," jelasDaryono.

Guncangan gempa Banten ini dirasakan di Lebak dan Pandeglang IV-V MMI; Jakarta III-IV MMI; Bandung, Serang, Bekasi, Tangerang, Bandar Lampung, Purwakarta, Bantul, Kebumen, II-III MMI; Nganjuk, Malang, Kuta, Denpasar, II MMI.

4 dari 5 halaman

Sebabkan Sejumlah Bangunan Rusak

Hingga hari ini, Sabtu (3/7/2019), pukul 12.00 WIB, jumlah bangunan yang rusak akibat gempa Banten, terus bertambah.

Jumlah bangunan rusak berat maupun ringan mendekati 200 unit. Hal ini diungkap Kepala BNPB, Doni Monardo, usai meninjau rumah rusak akibat gempa bumi di Kampung Karoyak, Desa Panjang Jaya, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8/2019).

Dia mengatakan, rumah warga rusak lantaran struktur bangunannya tidak memenuhi standar, tidak memiliki tulang atau coran sebagai penguat.

Menurut dia, warga Desa Panjang Jaya tidak pernah mendapatkan pelatihan tanggap darurat bencana atau kegempaan. Hal ini terkuak saat Doni berbincang dengan warga setempat.

"BNPB ke depan harus menyusun konsep simulasi (kebencanaan) yang melibatkan keluarga. Jadi tidak cukup di tingkat pejabat, tapi semua keluarga mengikuti latihan. Karena terdampak langsung adalah keluarga," ujar Doni.

 

5 dari 5 halaman

Gempa Banten Terasa hingga Sumbawa Barat

Kuatnya gempa Banten, getarannya terasa hingga ke sejumlah wilayah di Tanah Air.  Di daerah Bali, getaran itu terasa dengan instensitas mencapai II MMI.

"Getaran dirasakan di Seluma, Bengkulu, Kepahiang, Parung, Bogor Barat, Bandung, Kediri, Karangkates, Buleleng, Lombok Barat, Mataram, dan Sumbawa Barat. Guncangan intensitas II MMI. Artinya getaran dirasakan beberapa orang dan benda ringan bergoyang," tutur Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Selain itu, gempa Banten ini dirasakan di Liwa, Tanggamus, Bandara Lampung Sukabumi, Pandeglang. Daerah tersebut guncang dengan intensitas skala VI dan V MMI.

"Artinya semua penduduk merasakan bergoyang," ujar dia.

Wilayah lainnya adalah Kebumen, Banyumas, Lahat, Ciputat, Pamulang, Serpong, Tangerang, Cilacap, Bengkulu Selatan. Skala getaran mencapai III MMI. "Artinya getaran banyak orang jendela atau pintu berdecit," kata dia.

Kemudian, gempa Banten juga dirasakan di Klaten, Jogya, Serang, Kotabumi, Pasarlaran, Sukadana, Karawang, Purworejo. Getarannya dengan skala II-III MMI.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.