Sukses

AJI: Penulisan Lokasi dalam Kasus Bunuh Diri Masih Perdebatan

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menilai penting adanya pedoman penulisan berita kasus bunuh diri.

Liputan6.com, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menilai pentingnya pedoman penulisan berita kasus bunuh diri. Selama ini, wartawan mengaitkan kasus bunuh diri ke persoalan kriminalitas bukan masalah kesehatan jiwa.

"Kita melupakan berita bunuh diri memberikan dampak yang panjang kepada orang yang mempunyai kesehatan jiwa," kata Ketua Bidang Gender, Anak, dan Kelompok Marjinal, Dian Yuliastuti, di Sekretariat AJI Jakarta, Jalan Kalibata Timur IVG No 10, Jakarta Selatan, Kamis (14/3/2019).

Dian mengatakan, AJI tergerak menyusun panduan penulisan berita bunuh. Saat ini prosesnya sedang dalam tahap penyempurnaan.

Ia menerangkan, penyebab belum rampung pedoman karena beberapa poin aturan penulisan masih diperdebatkan. Contohnya, penulisan lokasi bunuh diri.

"Ada yang berpendapat lokasi menjadi modus atau sarana bahwa nanti ada pemikiran sama di mal ini atau di rel bisa jadi tempat bunuh diri," ucap dia.

Sementara itu, Suicidolog dan Pendiri Komunitas Into The Light, Benny Prawira Siauw, menyambut baik hadirnya pedoman wartawan dalam menulis berita bunuh diri.

Dia menjelaskan hasil riset di belahan dunia menunjukkan pemberitaan bunuh diri mempengaruhi angka bunuh. Pemberitaan kasus bunuh diri justru menginspirasi orang melakukan hal yang sama.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Edukasi Masyarakat

Makanya, World Health Organization atau WHO menganjurkan media menyediakan panduan penulisan bunuh diri agar berita bunuh diri dapat mengedukasi masyarakat. Seperti expert opinion yang sesuai dengan berita tersebut.

Kemudian, wartawan tidak perlu menulis asumsi penyebab tunggal. Kemudian juga jangan menulis lokasi terlalu detail dan metode juga jangan disebutkan.

"Berita tentang metode bunuh diri yang bikin orang jadi memiliki pengetahuan untuk bunuh diri," ucap dia.

"Memberitakan beritakan saja, yang penting bagaimana mengemasnya. Kita berharap mengemas dengan cara edukatif, dihindari pengulangan berita satu kasus bunuh diri. Ada semacam pencegahan pembaca, pendengar atau pemirsa mencari pertolongan kepada pembaca," ucap dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.