Sukses

Kemendikbud: Bahasa Indonesia Terancam Xenomania

Penggunaan bahasa asing yang mulai massif menggerus Bahasa Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sedang menghadapi penyakit xenomania, atau kegandrungan berlebihan terhadap sesuatu yang datang dari luar negeri. Hal itu disampaikan Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muh Abdul Khak.

"Saya khawatir penyakit xenomania ini akan menyebabkan Bahasa Indonesia menjadi asing, bahkan identitas bahasa Indonesia akan hilang di negeri sendiri karena serbuan kata-kata asing yang justru terus digunakan tanpa dicari padanannya," katanya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Selasa (27/11/2018).

Seperti dilansir Antara, menurut dia, kemampuan menguasai bahasa asing bukan masalah. Yang penting, jangan sampai terjerumus dalam xenomania.

Sebab, gejala ke arah sana sudah mulai tampak. Abdul mencontohkan, kalimat di papan iklan (reklame) sudah banyak menggunakan kata-kata asing.

Orang asing yang datang ke Indonesia, kata dia, justru tidak melihat kekhasan Indonesia. "Kondisi ini cukup mengkhawatirkan bagi bahasa Indonesia," ucapnya.

Menurutnya, peran serta para sarjana dalam mempertahankan bahasa Indonesia sangat penting. Caranya dengan mencari padanan kata asing dalam bahasa Indonesia.

"Ini adalah salah satu upaya kita tetap mempertahankan bahasa Indonesia, sebab sekarang istilah-istilah asing, termasuk dalam perekonomian sudah membanjiri negeri ini," tambahnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kampus Internasional

Ia berharap, kampus internasional tetap menggunakan dua bahasa dalam bertutur. Selain bahasa asing, Bahasa Indonesia tak boleh ditinggalkan.

"Penguasaan bahasa asing juga penting, namun jangan lupa dengan bahasa sendiri. Lestarikan bahasa daerah, gunakan bahasa Indonesia dan kuasai bahasa asing dengan tetap mengedepankan jati diri bangsa Indonesia," jelasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.