Sukses

Jusuf Kalla Serukan Rekonsiliasi dan Keadilan untuk Perdamaian di PBB

Wapres Jusuf Kalla menekankan, perdamaian merupakan prasyarat pembangunan.

Liputan6.com, New York - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerukan pentingnya dialog, rekonsiliasi, dan keadilan guna membangun perdamaian dunia.

Hal itu disampaikannya saat berbicara dalam konferensi tingkat tinggi perdamaian dunia untuk memperingati ulang tahun ke-100 Nelson Mandela di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) New York, Senin siang 24 September 2018 waktu setempat.

Ia mengatakan, rekonsiliasi dan keadilan merupakan nilai-nilai yang diajarkan pejuang kemanusiaan Nelson Mandela dalam membebaskan masyarakatnya dari sistem apartheid yang diskriminatif dan perjuangan Mandela telah menginspirasi dunia, bukan hanya Afrika Selatan.

"Saya percaya pada nilai rekonsiliasi. Salah satu contohnya adalah bagaimana proses rekonsiliasi berjalan dengan baik di Aceh. Perdamaian di Aceh memungkinkan pembangunan ekonomi terus berlangsung dan mantan pemberontak sekarang memegang posisi pemerintahan yang penting," kata Jusuf Kalla seperti dilansir Antara, Selasa (25/9/2018).

Menurut dia, kebiasaan dialog memupuk budaya perdamaian, selain mendukung hubungan yang baik di antara negara-negara, dan toleransi di antara kepercayaan dan agama.

"Kami juga percaya bahwa dialog dapat membantu mengatasi ujaran kebencian, radikalisme dan ekstremisme kekerasan," kata Jusuf Kalla.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prasarat Perdamaian

Wapres yang kerap disapa JK ini menekankan, perdamaian merupakan prasyarat pembangunan. Pembangunan tidak akan mungkin berkelanjutan tanpa perdamaian. Pembangunan dapat bertahan bila dilaksanakan secara adil di dalam dan di antara masyarakat.

"Oleh karena itu, PBB dan semua organ dan badannya harus terus mempromosikan dan menjamin perdamaian global dan pembangunan yang adil dan berkelanjutan untuk semua anggota. Tidak ada yang tertinggal," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Presiden juga mengungkapkan kenangannya mengenai presiden pertama Afrika Selatan pasca-rezim apartheid tersebut.

"Saya beruntung bertemu dengannya pada tahun 2003. Saya ingat dia sebagai pribadi dengan karakter yang tenang. Seorang tokoh sederhana, tetapi kuat dalam keyakinan. Saya juga sangat menyukai kaos batik kesayangannya yang berwarna-warni, yang mencerminkan semangatnya yang semarak," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.