Sukses

Kementerian ESDM: Jembatan Cisomang Zona Merah Gerakan Tanah

Agus menegaskan, rusaknya jembatan sepanjang kurang lebih 252 meter ini merupakan konsekuensi dari kondisi geologisnya.

Liputan6.com, Bandung - - Kasubdit Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat Badan Geologi Kementerian ESDM Agus Budianto menyatakan, Jembatan Cisomang yang berada di Kampung Wadon, Desa Sawit, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, masuk zona kerentanan gerakan tanah tinggi.

"Dari Badan Geologi sebelumnya sudah nyatakan bahwa sejak lama jalur jembatan ini masuk zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Artinya, saat hujan di atas normal, wilayah ini mudah bergerak," kata Agus saat meninjau Jembatan Cisomang, Sabtu (24/12/2016).

Agus juga sempat menunjukkan peta zona kerentanan gerakan tanah di jalur jalan Tol Cipularang. Kawasan Jembatan Cisomang dalam peta itu, masuk zona merah gerakan tanah.

"Artinya, daerah ini memilki kemiringan tinggi dan karakter batuannya kedap air," ujar Agus.

Dia menambahkan, Jembatan Cisomang yang berada di kawasan zona merah, yaitu masuk ke dalam formasi Jatiluhur yang batuannya terdiri dari batuan lempung napalan, yang memiliki karakteristik mudah dijenuhkan air dan sifatnya plastis serta ditutup oleh lapisan vulkanis, atau ia menyebutnya jika batuan ini terkena air akan mudah pecah atau gembur.

"Fondasi jembatan ini bertumpu di atas batuan itu. Jadi faktor inilah yang menyebabkan wilayah ini sangat mudah bergerak dan tentunya hal seperti ini harus dipantau ke depannya," jelas dia.

Agus menegaskan, rusaknya jembatan sepanjang kurang lebih 252 meter ini merupakan konsekuensi dari kondisi geologisnya.

"Jadi perlu rekayasa keteknikan tinggi untuk atasi masalah jembatan ini," ujar Agus.

Wilayah Indonesia, kata dia, didominasi kawasan rawan bencana. Termasuk di kawasan jembatan. Namun, bukan berarti harus dihindari.

"Yang penting bagaimana kita bisa meningkatkan kapasitas keteknikan kita supaya jalur yang dibangun ini mampu mengatasi kondisi rawan bencana," tambah dia.

Fondasi jembatan yang retak sendiri terdapat di pilar nomor 2 (P2). Kondisi itu menyebabkan pergeseran jembatan sepanjang 53 cm ke arah Bandung dan Jakarta. Pondasi pilar yang rusak itu sendiri berada di bibir Sungai Cisomang, jarak bibir sungai dengan fondasi sekitar 10 meter.

"Seluruh gerakan tanah punya faktor tentang perjalanan air. Jadi aliran air disusup batuan. Nah itu sebenarnya yang tentunya harus dipahami untuk atasi bagaimana gerakan tanah itu sendiri," kata Agus.



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.