Sukses

Meredam Pendompleng Aksi 2 Desember 2016

Peningkatan kewaspadaan terhadap serangan asing diharapkan bisa mengeliminasi potensi teror dari mereka yang berafiliasi dengan paham ISIS.

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum menggelar demonstasi besar-besaran pada 4 November 2016 lalu, berbagai pihak mewanti-wanti upaya pendomplengan massa aksi. Walaupun pada kenyataannya tidak terbukti.

Namun, jelang aksi 2 Desember 2016 mendatang pun, aksi pendomplengan bukan tidak ada sama sekali. Dengan melibatkan massa aksi dalam jumlah besar, rentan disusupi hingga berujung ricuh.

Pada beberapa hari ini, Densus 88 Antiteror Mabes Polri, aktif menggerebek terduga teroris. Buktinya, beberapa terguda teroris diamankan Densus 88 Antiteror Mabes Polri.

Dua wilayah di Jawa Barat (Jabar) dan Banten diserbu. Dua wilayah di Jabar itu adalah Bekasi dan Majalengka. Sedangkan di Banten, tepat di jantung ibu kota Serang.

Di tiga wilayah tersebut, pasukan penangkal teroris itu menggerebek terduga teroris. Tanpa bermaksud menghubungkan, namun upaya teroris tersebut patut diwaspadai.

Sebab, beberapa terduga teroris yang ditangkap di tiga wilayah tersebut, sudah berniat akan menyisipkan orangnya pada aksi massa 2 Desember 2016.

Bekasi, Majalengka, Serang

Sebanyak lima orang dibekuk di Bekasi, Jumat 18 November 2016 pagi. Kelima orang itu diamankan dari tiga tempat berbeda di Kampung Lubang Buaya, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, sejak pukul 04.30 WIB hingga sekitar pukul 11.30 WIB.

Pada lokasi pertama, Densus menangkap terduga WW (38) dan istrinya beserta tiga anaknya di RT 02/05, Kampung Lubang Buaya. Dalam kesehariannya, pelaku diketahui berjualan pulsa dan baru satu bulan mengontrak di lokasi.

Setelah itu, Tim Densus bergerak ke lokasi selanjutnya di RT02/08 yang berjarak satu kilometer dari lokasi pertama. Di sana petugas mengamankan S (30) bersama sejumlah rekannya di sebuah rumah kontrakan.

Di Majalengka, pria dengan identitas Rio Priatna Wibawa itu diringkus, saat berada di rumahnya, Desa Girimulya, RT 03 RW 05, Banjaran.

"Kita tangkap sekitar pukul 09.00 WIB pagi tadi," tutur Kadiv Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar dalam keterangan tertulisnya, Rabu 23 November 2016.

Boy mengatakan, Rio diduga anggota jaringan Bahrun Naim, yang merupakan terduga otak serangan teror bom di Thamrin, Jakarta Pusat. "Yang bersangkutan merupakan jaringan Bahrun Naim," jelas dia.

Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror dibantu Polda Banten menangkap satu terduga teroris bernisial ESP alias AS di Kecamatan Baros, Kabupaten Serang.

"Penangkapan teroris di Majalengka berkembang di Banten, ditangkap oleh Densus dibantu oleh rekan-rekan di wilayah Banten. Yang kita amankan di wilayah kita satu orang inisial ESP alias AS," kata Kapolda Banten Brigjen Polisi Listyo Sigit Prabowo, Minggu 27 November 2016.

Penunggang 212

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan, sembilan teroris kelompok Abu Nusaibah yang ditangkap di Jakarta dan Bekasi beberapa waktu lalu, telah banyak merekrut warga negara Indonesia untuk diberangkatkan ke Suriah.

"Para teroris tertangkap di Bekasi dan di Jakarta Barat total ada sembilan, mereka dapat dikatakan kelompok membentuk Foreign Terrorist Fighter. Banyak warga kita direkrut, diberangkatkan ke Suriah (oleh mereka)," kata Boy dalam acara Indonesia Bebas Anak Jalanan di Monas, Jakarta Pusat, Minggu 27 November 2016.

Menurut Boy, mereka yang direkrut rencananya akan menunggangi aksi damai umat Islam di Jakarta. "Berkaitan unjuk rasa, ada sisi pendalaman (polisi) ada upaya mereka (teroris) ingin memanfaatkan momen (demo) 4 November lalu, 25 (November) dan 2 Desember. Kita meningkatkan kewaspadaan," ujar dia.

Kini, lanjut Boy, peningkatan kewaspadaan terhadap serangan asing diharapkan bisa mengeliminasi potensi teror dari mereka yang berafiliasi dengan paham ISIS.

"Perlu kita waspadai terutama kekuatan dari luar negeri, adanya upaya dilakukan dari luar negeri yang kita tidak sadari. Polisi mengedepankan deteksi dini optimal, mempersatukan jaringan intel," Boy memungkas.

Pergerakan Kelompok Radikal

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan, pada demo 4 November 2016 yang menuntut kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dibawa ke ranah hukum, ada kelompok radikal yang juga ikut menyusup ke dalam aksi.

BNPT pun terus memantau rencana demo 25 November dan 2 Desember 2016 yang tidak puas terhadap proses hukum Ahok, apakah ada kelompok radikal yang turun atau tidak.

"Kemarin tanggal 4 ada yang turun. Tapi hanya memantau. Ada di beberapa daerah. Tapi yang sekarang ini belum ada, tapi kita pantau terus," ucap Kepala BNPT Suhardi Alius di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Kamis 24 November 2016.

Suhardi mengungkapkan, saat demo 4 November lalu, yang turun mengikuti demo kebanyakan dari mantan napi teroris. Mereka berasal dari beberapa daerah di Pulau Jawa.

"Ya itu kan ada mantan napi (teroris). Mereka kan mantau. Tapi kita terus ikuti yang potensial. Ada beberapa daerah. Ya misalnya daerah Jawa dan beberapa lain tempat," kata Suhardi.

Suhardi menegaskan, hingga kini belum ada informasi kelompok radikal yang ikut demo pada 25 November dan 2 Desember. "Belum ada, tapi potensi selalu ada. Karenanya kita monitor," pungkas Suhardi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.