Sukses

Waspadai "Penumpang Gelap" Es Batu

Sejumlah pabrik es balok di Jakarta menggunakan air sungai sebagai bahan baku. Dua dari tiga sampel es batu yang banyak ditemukan di pasaran mengandung bakteri E. coli atau tidak layak dikonsumsi.

Liputan6.com, Jakarta: Menghilangkan dahaga memang lebih nikmat dengan mereguk minuman dingin. Tak heran kehadiran es batu populer di masyarakat. Tapi hati-hati. Tak semua es batu aman dikonsumsi. Beberapa penjual minuman yang mudah ditemui di berbagai tempat menggunakan es balok yang diduga mengandung bakteri Escherichia coli (E. coli). Bakteri yang umumnya hidup pada tinja ini adalah penyebab diare, muntaber, dan masalah pencernaan lain.

Banyak pedagang minuman membeli es balok untuk menekan biaya produksi, sehingga keuntungan yang didapat lebih besar. Bagaimanakah E. coli bisa terkandung dalam es balok? Semua berawal dari air bahan dasar es balok.

Sebuah pabrik es di daerah Jakarta Barat bisa dijadikan contoh. Pabrik yang berkapasitas produksi 1.600 balok es ini menggunakan air Kali Cisadane. Air dari Kali Cisadane ditampung dalam bak besar yang kemudian diberikan sejenis obat agar air terlihat bersih.

Sama halnya dengan pabrik es di daerah Cawang, Jakarta Timur. Air yang digunakan berasal dari sumur dan Sungai Ciliwung. Produsen berkilah, tanpa campuran air sumur dan sungai tak mungkin mencukupi permintaan pasar. Dalam semalam, pabrik es ini bisa menyediakan 2.000 hingga 5.000 es balok.

Seperti beberapa pabrik lain, produsen es ini menampung air yang disedot dari kali. Kemudian air ditampung di bak atau galon besar dan dibubuhi obat semacam tawas. Tahap selanjutnya, air diendapkan selama semalam dengan menambah garam untuk menjadikannya beku.

Produsen es batu rumahan beda lagi. Mereka tak menggunakan air dari kali, namun tak jarang menggunakan air mentah. Memang kuantitas E. coli dalam es batu rumahan lebih sedikit. Namun, tetap saja bakteri E. coli yang terkandung membahayakan kesehatan.

Untuk menguji kandungan air es batu produksi pabrik dan rumahan, Tim Sigi SCTV membawa beberapa contoh es batu ke Laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB). Seperti sudah diduga, dari tiga sampel, dua di antaranya mengandung bakteri E. coli atau tidak layak dikonsumsi. Karena itu, mulai sekarang berwaspadalah saat Anda memutuskan untuk membeli minuman ber-es batu. Selengkapnya, simak video.(ZAQ/YUS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.