Sukses

Ratusan Warga Lombok Timur Terjebak Banjir

Dalam pantauan udara, puluhan warga tampak mencoba menyelamatkan diri dari kepungan banjir. Namun, areal banjir yang terlalu luas, membuat mereka terhenti di tengah jalan.

Liputan6.com, Lombok Timur: Banjir masih menggenangi tiga desa di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Nusatenggara Barat. Antara lain Desa Obel-Obel, Belanting, dan Sugian. Sementara di Dusun Lokoq Nangka, Desa Belanting, tampak ratusan warga terjebak air bah. Demikian pantauan SCTV di Lombok Timur melalui udara, Senin (23/1) [baca: Ratusan Warga Sambelia Belum Bisa Dievakuasi].

Helikopter yang ditumpangi kru SCTV sempat mencoba mendekat ke lokasi. Namun lahan yang aman buat mendarat sulit ditemukan. Alhasil, capung besi tersebut kembali mengudara. Adapun dalam pantauan lain, terlihat puluhan warga mencoba menyelamatkan diri dari kepungan banjir. Tapi, areal banjir yang terlalu luas, membuat mereka terhenti di tengah jalan. Buat mencapai pos koordinasi bagi pengungsi, warga harus menempuh jarak yang sangat jauh, sekitar 20 kilometer. Sementara, hingga kini tim Search and Rescue belum juga bisa mencapai Dusun Lokoq Nangka.

Gubernur NTB Lalu Serinata menyatakan, pihaknya telah menyiapkan tenda dan bahan makanan bagi para pengungsi. Sejauh ini, pemerintah daerah setempat belum meminta bantuan kepada pemerintah pusat. Keputusan itu baru besok pagi akan disampaikan saat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie datang ke lokasi.

Air bah juga masih merendam wilayah di Kabupaten Pandeglang, Banten. Ratusan warga, terutama di Kecamatan Bojong dan Picung tetap bertahan di rumah masing-masing. Ketinggian air di sana mencapai 60 sentimeter. Banjir yang sebelumnya menggenangi tujuh kecamatan di Kabupaten Pandeglang ini terjadi akibat meluapnya Sungai Cilemer [baca: Ratusan Rumah di Maumere Terendam Air Laut].

Musibah ini juga menyebabkan puluhan hektare sawah rusak. Akibatnya, musim tanam awal tahun ini dipastikan mundur, tak sesuai jadwal semula. Buat mengisi waktu, sebagian anak-anak ada yang berenang dan bermain di air.

Saat ini, korban banjir sangat membutuhkan bantuan beras dan obat-obatan. Sebab, persediaan yang ada menipis. Pasokan yang ada antara lain mi instan. Bahan makanan ini pun dinilai tidak memadai.

Berbeda dengan yang terjadi di Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Jalur lintas barat Padang menuju Bengkulu belum bisa dilalui kendaraan yang sudah mengantre panjang. Keadaan ini sudah berlangsung sejak Kamis pekan silam. Jalur tersebut lumpuh akibat ambruknya jembatan di kilometer 210 ketika dilalui truk kayu. Saat ini, Dinas Prasarana jalan setempat sedang membangun jembatan darurat.

Bencana alam memang seakan tiada henti mendera sejumlah daerah di Tanah Air. Lantaran itulah, Menko Kesra Aburizal menegaskan, pemerintah menyerahkan penanganannya kepada setiap pemerintah daerah. Ical--begitu Aburizal kerap disapa--menjelaskan, pemerintah pusat baru akan turun tangan begitu pemerintah daerah setempat sudah tak mampu mengatasinya. "Pemerintah berada di belakang," ujar Ical.

Agaknya, banjir tetap mengancam beberapa daerah di Tanah Air. Itu didasari pula pada peringatan yang dikeluarkan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Disebutkan, cuaca di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia selama tiga hari ke depan berpeluang hujan cukup lebat disertai petir. Kondisi ini terjadi sebagai akibat kuatnya angin dari barat.

Daerah yang bakal diguyur hujan lebat disertai petir dan angin kencang tersebut yaitu Padang, Bengkulu, Jambi, Lampung, Jawa Barat bagian barat dan Jawa Tengah bagian utara. Demikian pula di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Wilayah lainnya adalah Jateng, Jawa Timur bagian utara dan barat serta Kalimantan bagian selatan dan timur [baca: Hujan Lebat Akan Melanda Sejumlah Daerah].

Selain itu, beberapa daerah lainnya juga mengalami kondisi yang sama yakni terjadi hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Antara lain di Sulawesi bagian selatan dan tenggara, Maluku, Papua bagian utara, Bali, Lombok, Sumbawa Besar, Pulau Flores serta Kupang.

Kondisi cuaca berdampak pula terhadap kondisi laut di Indonesia. Gelombang tinggi lebih dari satu setengah meter, misalnya, masih akan terjadi di Selat Malaka dan Pantai Selatan Lampung. Pun demikian di Laut Jawa, Laut Flores, Laut Arafura, Pantai Utara dan Selatan Jateng. Pun demikian di Jatim, Bali, dan Nusatenggara.

Buruknya cuaca di Indonesia juga diprediksi oleh Institut Riset Internasional untuk Iklim (IRI), Columbia University, Amerika Serikat. Diperkirakan, Indonesia dan kawasan Asia-Pasifik lain berpeluang 50 persen dilanda dampak iklim La Nina periode Januari sampai Maret 2006 [baca: Indonesia Berpeluang Besar Terkena Dampak La Nina].(AIS/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.