Sukses

Prancis Janjikan Bantuan Rp512,6 Miliar untuk Pengungsi Palestina Setelah PBB Tak Lagi Terima Dana dari AS dan Inggris

Diketahui sejak Januari 2024, sekelompok negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris memutuskan untuk menghentikan pendanaan kepada badan PBB.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan akan memberikan setidaknya 32,3 juta dolar AS (setara Rp512,6 miliar) kepada badan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA pada 2024. Diketahui sejak Januari 2024, sekelompok negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris memutuskan untuk menghentikan pendanaan kepada badan PBB.

Hal itu menyusul klaim Israel bahwa beberapa anggotanya terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 lalu. Meski AS dan Inggris berhenti menyokong PBB, beberapa negara seperti Australia, Kanada, Swedia, dan Islandia telah melanjutkan pendanaan.

"Pada 2024, Prancis akan berkontribusi pada tindakan UNRWA dengan lebih dari 32,3 juta dolar AS," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Christophe Lemoine pada konferensi pers, seperti dikutip dari laman trtworld, Jumat (29/3/2024).

Prancis merupakan salah satu negara Eropa yang menunjukkan simpati atas perang yang sedang berkecamuk di Jalur Gaza. Sebelumnya, mengutip Tim Global Liputan6.com, 23 Januari 2024, setidaknya 1.000 orang yang berasal dari Jalur Gaza telah dirawat di sebuah rumah sakit lapangan di kapal Prancis, yang berlabuh di pesisir Mesir.

Kapten kapal The Dixmude, Alexandre Blonce, mengungkapkan perawatan itu dilakukan seiring ambruknya infrastruktur kesehatan di daerah yang dikoyak akibat perang itu. Kapal pengangkut helikopter, The Dixmude, telah berlabuh di Pelabuhan Al Arish, Mesir, sekitar 50 kilometer barat Jalur Gaza sejak November 2023. Melansir dari VOA Indonesia, kapal itu dilengkapi sejumlah kamar rumah sakit, berikut ruang operasi, dan 70 staf medis. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

WHO Sebut Warga Palestina Kesulitan Bantuan Medis

Pasukan Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza untuk menghancurkan kelompok militan Hamas, yang menyerang kawasan itu pada 7 Oktober lalu, hingga menewaskan 1.200 warga dan menculik 253 lainnya. Serangan darat dan udara Israel itu menewaskan lebih dari 25 ribu orang.

Badan Kesehatan Dunia WHO mengatakan warga Palestina kesulitan untuk mendapatkan perawatan medis di Tanah Air mereka karena sebagian besar dari 36 rumah sakit yang ada tidak lagi berfungsi. Sementara pusat kesehatan yang masih beroperasi tidak lagi dapat menampung puluhan ribu orang yang luka-luka.

Israel menarget sejumlah besar rumah sakit yang tersisa, dengan mengatakan para pejuang Hamas beroperasi di bawah rumah sakit-rumah sakit itu. Hamas telah berulangkali membantah tudingan itu.

Italia pun telah mengirim rumah sakit terapung serupa ke pesisir Mesir pada Desember 2023. Kecaman serangan datang dari Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa tidak ada pembenaran atas pengeboman Israel terhadap bayi, wanita, dan orang lanjut usia di Gaza. 

3 dari 4 halaman

Seruan Genjatan Senjata

Macron menyampaikan hal itu kepada BBC sehari setelah konferensi bantuan kemanusiaan di Paris mengenai perang Hamas Vs Israel sejak 7 Oktober. Dia menyerukan gencatan senjata, dengan mengatakan hal itu akan menguntungkan Israel.

Kesimpulan yang jelas dari semua pemerintah dan lembaga pada pertemuan puncak pada Kamis, tegas Macron, adalah bahwa tidak ada solusi lain selain pertama jeda kemanusiaan yang dilanjutkan dengan melakukan gencatan senjata, yang akan memungkinkan perlindungan semua warga sipil.

"De facto – saat ini, warga sipil dibom. Bayi-bayi ini, wanita-wanita ini, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh. Jadi, tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi. Kami mendesak Israel untuk berhenti," ujar Macron, seperti dilansir The Guardian, Sabtu, 11 November 2023.

Pemimpin Prancis tersebut mengatakan bahwa pihaknya jelas mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 240 orang. "Kami turut merasakan penderitaan (Israel)," kata Macron, namun dia menambahkan tidak ada pembenaran atas pengeboman yang sedang berlangsung terhadap warga sipil di Gaza.

4 dari 4 halaman

Seruan Presiden Prancis Dibalas Israel

"Sangat penting bagi kita semua karena prinsip kita, sebab kita adalah negara demokrasi. Penting juga bagi keamanan Israel sendiri dalam jangka menengah hingga jangka panjang, untuk menyadari bahwa semua nyawa berharga," tutur Macron.

Saat ditanya apakah dia ingin para pemimpin lain – termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris – ikut serta dalam seruannya untuk melakukan gencatan senjata, ia menjawab, "Saya harap mereka akan melakukannya."

Laporan The Guardian yang mengutip otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa hingga Jumat, 10 November 2024, sebanyak 11.078 warga Palestina di Jalur Gaza tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober, termasuk di antaranya 4.506 anak-anak. Pernyataan Macron direspons Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Sementara Israel melakukan segalanya untuk tidak menyakiti warga sipil dan menyerukan mereka untuk meninggalkan daerah pertempuran, Hamas-ISIS melakukan segalanya untuk mencegah mereka meninggalkan daerah aman dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia," sebut pernyataan dari kantor Netanyahu.

"Hamas dengan kejam menyandera warga kami – perempuan, anak-anak dan orang tua – dalam kejahatan terhadap kemanusiaan dan menggunakan sekolah, masjid dan rumah sakit sebagai pusat komando teror."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini