Sukses

Pengunjung Restoran Terciduk Menaruh Rambut di Makanannya demi Makan Gratis

Seorang pelanggan nakal berusaha menyelipkan rambut ke dalam hidangannya yang telah habis, sehingga tidak harus membayar sebesar Rp249 ribu.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pelanggan nakal berusaha merusak reputasi restoran dengan cara menyelipkan rambut ke dalam hidangannya, dengan harapan mendapatkan makanan secara cuma-cuma. Si penipu, yang saat itu sedang makan malam bersama seorang temannya, gagal merancang aksinya dengan baik.

Pemilik restoran, Tom Croft, berhasil mengintipnya dalam tindakan curangnya melalui kamera keamanan. Dilansir dari NY Post pada 9 November 2023, Tom Croft, yang mengelola restoran Observatorium di Blackburn, Inggris, dengan cermat memantau kejadian tersebut melalui rekaman CCTV.

Sang pemilik restoran, yang telah berkecimpung dalam industri kuliner selama lebih dari lima tahun, menyatakan bahwa ia belum pernah menyaksikan kejadian seberani ini di dapurnya sebelumnya. Si penipu berhasil membuat kehebohan di bar untuk memperingatkan staf mengenai ditemukannya rambut di makanannya hingga Croft terlanjur mengembalikan uang makan malam daging sapi panggang si penipu sebelum mengetahui kebenarannya.

Kejadian ini menggambarkan bagaimana beberapa orang bersedia mengambil risiko merusak reputasi bisnis dan pekerjaan staf demi memperoleh makanan gratis senilai 15,88 dolar AS, atau sekitar Rp249 ribu.

"Kami menelusuri rekaman tersebut untuk memastikan tidak ada kesalahan yang terjadi, seperti anggota staf yang tidak mengikat rambutnya ke belakang atau hal lainnya, namun ternyata kami menemukan cuplikan yang relevan," katanya.

Keresahan berubah menjadi kemarahan saat video tersebut membenarkan bahwa rambut anggota stafnya sudah diikat dengan baik, jauh dari makanan, sementara rambut penipu itu tidak.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Merugikan Pihak Restoran

Rekaman CCTV tersebut memperlihatkan pelanggan nakal tersebut berbicara dengan seorang pria sebelum akhirnya menarik sehelai rambut dan meletakkannya di piringnya yang sudah hampir habis dimakan. "Saya merasa sangat tidak nyaman dan marah," ujarnya. "Ini merupakan pengalaman pertama bagi kami dan ini membuat kami sangat frustrasi."

Namun ketika Croft menyadari perbuatan tidak terpuji tersebut, pelanggan nakal itu sudah lama meninggalkan tempat tersebut bersama dengan pengembalian uangnya. Pelayan bar menyatakan bahwa tudingan tersebut berpotensi merugikan usaha mereka.

"Apabila tidak ada rekaman CCTV yang ditemukan, reputasi bisnis kami dapat terkena dampak besar dan menjadi perhatian besar," tambahnya.

Pemilik restoran itu bangga dengan kualitas layanan pelanggan, reputasi yang baik, dan standar kebersihan tinggi yang ditawarkan. "Kami memegang peringkat kebersihan pangan bintang lima dan patuh pada semua pedoman keamanan pangan," katanya. "Orang tidak ingin bersantap di tempat di mana risiko menemukan rambut di dalam makanan sangat besar."

Croft merasa lega bahwa dia mengikuti nalurinya untuk memeriksa rekaman CCTV dan memastikan bahwa karyawan-karyawannya tidak terlibat dalam kesalahan. "Anggota tim dapur mungkin berpikir bahwa ini adalah kesalahan mereka, padahal mereka tidak melakukan kesalahan sama sekali," lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Iseng Jilat Sushi di Restoran

Sebagai seorang pemilik bisnis, dia sering dihadapkan pada berbagai situasi yang tidak terduga, namun tidak pernah membayangkan kejadian semacam ini.

"Anda harus selalu waspada, bukan hanya terhadap dua orang ini tetapi juga terhadap insiden serupa lainnya," saran Croft. "Ada orang di luar sana yang bersedia mengambil risiko untuk merusak bisnis lain," ungkapnya. "Saya hanya ingin memberi peringatan kepada perusahaan lain untuk tetap waspada."

Kejadian tidak menyenangkan di restoran lainnya terjadi di Jepang, melibatkan seorang pelaku tindak teror di sebuah restoran sushi yang akhirnya dijatuhi hukuman penjara. Ryoga Yoshino, seorang pria Jepang yang terlibat dalam tindak teror tersebut, dihukum penjara selama tiga tahun oleh Pengadilan Distrik Nagoya.

Dilansir dari Koreaboo pada Kamis, 26 Oktober 2023, Yoshino akhirnya menyampaikan permintaan maaf atas perilaku tidak terpujinya dan memohon keringanan hukuman. Ia mengakui sengaja merekam dirinya melakukan tindakan tersebut demi memuaskan keinginannya untuk mendapatkan perhatian. Saat ini, ia menyadari bahwa tindakannya tersebut merupakan keputusan yang 'bodoh'.

Perhatian internasional tertuju pada aksinya setelah pada 3 Februari 2023, pria berusia 21 tahun tersebut mengunggah video dirinya menjilati tutup botol kecap di sebuah restoran sushi. Ia juga terlihat menjilati cangkir teh dan bahkan sushi gulung. Tindakannya semakin meresahkan karena ia kembali meletakkan produk yang telah dijilatnya ke konveyor berjalan. Dampaknya, makanan dan wadah lain di sepanjang konveyor terkontaminasi oleh makanan dan wadah yang sudah dijilatnya.

4 dari 4 halaman

Teror Sushi Picu Kegemparan di Jepang

Cabang restoran Kura Sushi di Nagoya dan Tokyo yang menjadi korban itu dilaporkan memasang kamera pengawas yang dilengkapi kecerdasan buatan. Hal itu untuk menghentikan perilaku buruk sejumlah pelanggan nakal.

Sementara, aksi Yoshino yang dijuluki sebagai 'teror sushi' itu makin sering terjadi di Jepang. Pelakukanya mayoritas anak-anak muda, baik lelaki maupun perempuan, yang nekat 'menjilati, meludahi, atau atau menyemprotkan sanitizer ke pesanan orang lain saat makanan lewat'.

Sebelum Yoshino, video teror sushi lain lebih dulu viral. Sebuah video yang telah dilihat hampir 40 juta kali di Twitter menunjukkan seorang remaja menjilati bagian atas botol kecap asin yang terbuka dan seluruh tepi cangkir teh, yang kemudian dia letakkan kembali ke tempat semula.

Jika itu belum cukup buruk, video berdurasi 48 detik menunjukkan dia juga menjilati jarinya dan menggunakannya untuk menyentuh dua potong sushi yang lewat via sabuk konveyor. Dikutip dari The Guardian, Jumat, 3 Februari 2023, video tersebut direkam di cabang Sushiro di pusat Prefektur Gifu, Jepang.

Sontak peristiwa ini mendorong saham perusahaan induk restoran anjlok hampir 5 persen pada Selasa, 7 Februari 2023. Kejahatan kuliner tersebut telah memicu kegemparan di Jepang, dengan industri ini diperkirakan bernilai USD 5,7 miliar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini