Sukses

Cerita Konten Kreator Perempuan Raih Eksistensi, Rela Keluar dari Pekerjaan sampai Cara Hadapi Haters

Empat kreator konten TikTok, Christie Basil, Nadia Alaydrus, Renny Antonious, dan Fanny Tjandra, membagikan ceritanya suka duka menjadi konten kreator dan merayakan Hari Perempuan Internasional 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Semakin banyak perempuan beralih ke media sosial untuk menemukan cara baru dalam belajar, saling menginspirasi lewat cerita-cerita mereka, juga mengekspresikan diri. Dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional, TikTok mengundang para kreatornya dalam talkshow dan kampanye bertaju #PerempuanBisa, Rabu, 8 Maret 2023 di M Bloc Space, Jakarta Selatan. 

Para kreator perempuan di TikTok juga terus mendorong perubahan positif dan bermakna melalui konten dan upaya mereka untuk merangkul dan menginspirasi sesama, baik di dalam TikTok maupun melalui profesi mereka sehari-hari. Salah satunya adalah Renny Antonious, seorang kreator beauty yang juga aktif berkolaborasi dengan lebih dari 50 brand untuk melakukan LIVE Shopping di TikTok Shop.

Renny juga dikenal dengan nama Cici Cuan, karena biasa berburu barang-barang murah dan berbagai voucer. "Ternyata soft skill yang gak bisa dipunya sama semua orang itu ternyata bisa juga dibikin konten, gimana sih aku dapet barang-barang murah. Dan orang-orang berterima kasih untuk itu.” ungkapnya.

Untuk bisa eksis dan membuat dampak pada komunitas khususnya perempuan, para konten kreator harus melewati banyak rintangan dalam merintis kariernya.  Hal itu juga dirasakan Fanny Tjandra, mantan pegawai kantoran yang beralih menjadi kreator gaming profesional pada awal 2020,

“Dulu aku inget nggak punya peralatan yang memadai, nggak punya ring light, HPnya juga HP yang kentang gitu ya, jadi kalo di kamera ya tau lah ya,” ujarnya sambil tertawa.  “Aku inget dulu aku buat konten campur-campur, gak cuma gaming.” Setelah tahu bahwa audiens lebih suka dengan konten gamingnya, Fanny memilih fokus bermain game saja," tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan yang Dihadapi

Kewajiban membuat konten video setiap harinya terkadang membuat para konten kreator merasa jenuh. Ketika kejenuhan melanda, kebanyakan dari mereka memilih beristirahat sejenak.

“Take a break dulu. Bisa juga keluar kota kadang, atau sekadar me time, pokoknya istirahat dulu dari sosmed,” ujar Nadia Alaydrus, dokter yang sering berbagi konten edukasi seputar kesehatan.

Hal serupa juga disampaikan Renny yang sering beristirahat dari media sosial untuk mencari inspirasi di kehidupan sehari-hari yang mungkin dapat dijadikan konten selanjutnya. Para kreator konten juga kerap berhadapan dengan beragam komentar negatif terhadap videonya atau serangan dari para haters.

Setiap konten kreator memiliki caranya sendiri dalam menanggapi komentar negatif. “Memang aku biasanya memfilter secara pribadi ya. Mana yang mereka kritiknya membangun, mana yang sekadar julid,” ungkap Nadia Alaydrus.

Sementara itu, Christie Basil, seorang pengusaha dan desainer gaun, berusaha melihat kebaikan di tengah komentar negatif yang sering bermunculan.

“Dibalik hate comment, pasti selalu banyak positive comment juga. Jadi sebenarnya ini pilihan sih, kita mau lihat yang mana,” ujarnya. “Yang positif itu justru yang kita fokusin, apa yang mereka suka, kita kembangin lagi gitu,” tambahnya. Christie juga menggarisbawahi pentingnya memiliki support system yang kuat untuk bisa terus kuat menghadapi semua rintangan sebagai konten kreator. 

3 dari 4 halaman

Rela Keluar dari Pekerjaan

Walaupun harus menghadapi banyak tantangan, para konten kreator tetap memilih fokus menjalani kariernya dan yakin untuk meninggalkan pekerjaannya sebelumnya. Fanny menceritakan bahwa keluarganya kerap sangsi saat ia mengatakan ingin fokus menjadi kreator konten. “Kan nanya kayak ‘Kamu yakin? TikTok tuh penghasilannya naik turun loh. Kalo di kantor kan kamu stabil’.” 

Keputusan Fanny memang mempertimbangkan banyak hal dan tidak terburu-buru. Ia mengungkapkan, “Tapi ya karena backgroundnya anak keuangan ya, jadi aku menghitung gitu, aku akan berani resign saat gaji TikTok itu berapa kali lipat dari gaji kantorku.” Selain mempersiapkan diri dari segi finansial, Fanny juga merasa perlu matang dari segi mental untuk siap melepaskan pekerjaan lamanya.

Hal senada juga disampaikan Renny yang juga menghitung soal keuangan sebelum memutuskan menjadi konten kreator. Ia merasa keputusan itu harus segera diambil. Kalo misalkan aku gak ambil kesempatan di kali ini, mungkin kesempatan itu gak akan ada lagi di lain waktu,” ujarnya. 

Keluarga Renny kerap bertanya mengenai kemungkinan menjalani kerja kantoran dan menjadi kreator konten secara bersamaan. Kalau misalnya aku kerja kantoran, tau dong nine to five. Kalau nine to five aku udah kelelahan untuk di luar itu. Kalau aku mau fokus di TikTok, ya aku mesti resign,” ujarnya. Ia menambahkan, “Ya kalau punya 48 jam sehari ya bisa. Tapi berhubung cuma punya 24 jam kita harus bagi, dan kalau harus jalani dua-duanya gak akan fokus.”

4 dari 4 halaman

Pesan untuk Perempuan

Dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional 2023, para konten kreator  membagikan hal yang disukai dari menjadi seorang perempuan. Kita punya peran yang sangat mulia ya di dunia ini, yaitu menjadi seorang ibu,” ujar Nadia Alaydrus . “Suatu apresiasi buat para perempuan supaya perempuan ke depannya bisa lebih maju, mandiri, percaya diri untuk meng-explore apa yang ada dalam dirinya, kreativitasnya, jadi terus mengejar mimpinya.” Ia menutup, “Gender itu bukan jadi masalah untuk seseorang menggapai mimpinya," tambahnya.

Sementara itu, Christie Basil bangga menjadi perempuan karena memiliki empati yang lebih.“Orang kan suka bilang kalau cewek itu jauh lebih emosional, cewek itu lebih baperan, punya perasaan. Itu gak selamanya sesuatu yang negatif. Tapi menurut aku itu suatu kelebihan yang buat aku sekarang menjadi seorang storyteller yang baik.

Kedua konten kreator itu juga memaknai Hari Perempuan Internasional sebagai pengingat untuk menghargai diri sendiri dan keadaan yang sudah memungkinkan para perempuan untuk lebih maju.

“Jujur aku setelah merayakan ini aku baru tau kalau dulu sejarahnya memang cewek itu diupahinnya harus lebih rendah daripada cowok, terus cewek jam kerjanya harus lebih panjang daripada cowok, dan cewek itu gak punya hak buat voting,” ujar Christie.

Ia merasa bersyukur karena para perempuan di generasi sebelumnya telah membawa perubahan yang signifikan untuk menyetarakan gender. “Ketika kita udah dikasih privilege itu, kita gak boleh merusaknya, tapi harus dijaga dan dikembangkan,” lanjutnya.

Menurut Christie, Hari Perempuan Internasional harus menjadi pengingat untuk perempuan melakukan perubahan kecil, misalnya berbagi ilmu yang kita punya kepada sesama perempuan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.