Sukses

Thailand Batalkan Aturan Sertifikat Vaksin Covid-19 untuk Seluruh Turis Asing

Keputusan Thailand membebaskan seluruh turis asing masuk ke negaranya tanpa perlu menunjukkan sertifikat vaksin Covid-19 itu menyusul ribuan pembatalan kunjungan oleh wisman ke Phuket.

Liputan6.com, Jakarta - Belum juga genap sehari, Thailand membatalkan syarat menunjukkan sertifikat vaksin bagi turis asing yang masuk ke negaranya. Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul menyampaikan keputusan itu pada Senin (9/1/2023).

Dikutip dari Bangkok Post, Anutin mengatakan bahwa bukti vaksinasi tidak diperlukan karena tingkat imunisasi sudah memadai secara global. Pembebasan itu juga berlaku bagi mereka yang belum divaksinasi. Dengan begitu, aturan yang diumumkan regulator penerbangan pada Sabtu, 7 Januari 2022, tidak lagi berlaku.

Sebelumnya, Thailand memberlakukan kembali aturan pembatasan perjalanan mengantisipasi membludaknya turis dari China di tengah lonjakan kasus positif Covid-19 di dalam negeri mereka. Untuk menghindari ancaman wabah, Thailand memutuskan menerapkan aturan tersebut bagi semua turis asing yang masuk ke Thailand.

Pengumuman itu disampaikan Otoritas Penerbangan Sipil Thailand (CAAT) yang semula terjadwal memberlakukan kebijakan itu untuk semua turis asing yang tiba antara 9--31 Januari 2023. Menurut CAAT, para pelancong non-Thailand yang berusia 18 tahun ke atas wajib menunjukkan dokumen yang membuktikan mereka sudah divaksin minimal dua kali.

Mereka juga bisa menggantinya dengan surat dokter yang menyatakan mereka telah pulih dari Covid-19 minimal 180 hari terakhir. Penumpang pesawat yang tidak bisa divaksinasi wajib menyertakan surat dokter yang menjelaskan alasan medis. 

Para turis asing juga harus mengambil asuransi khusus Covid-19 sebelum berangkat ke Thailand yang berlaku selama mereka tinggal di Negeri Gajah Putih, ditambah tujuh hari kemudian. Pelancong bisnis dan awak kabin yang menuju ke Thailand juga harus memberikan surat jaminan dari kantor mereka.

Beberapa pengecualian diberlakukan dalam aturan baru tersebut. Pemegang paspor Thailand tidak perlu menunjukkan sertifikasi vaksinasi dan perlindungan asuransi kesehatan. Penumpang transit juga dapat melewati persyaratan ini, tapi tetap harus memenuhi semua persyaratan negara kedatangan mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ribuan Pembatalan

Namun, pembatasan perjalanan itu berdampak pada rencana kedatangan ribuan turis ke Thailand. Dikutip dari The Thaiger, Presiden Penasihat Asosiasi Turis Phuket (PTA), Phumkit Raktae-ngam, mengumumkan bahwa setidaknya seribu pemesanan hotel telah dibatalkan sejak aturan itu diumumkan. 

Ia melaporkan bahwa sejumlah agen perjalanan dari negeri Skandinavia diminta mengembalikan dana klien mereka yang membatalkan perjalanan. Agen perjalanan Jerman juga menginformasikan bahwa lebih dari seribu pemesanan hotel dibatalkan klien mereka setelah kebijakan baru diumumkan.

Agen perjalanan Rusia pun terpengaruh perubahan tersebut. Sejumlah penerbangan carter ke Thailand dari Rusia telah dibatalkan. Besarnya dampak pembatalan itu memaksa pihaknya bersurat pada pemerintah pusat, menyarankan solusi terbaik bagi perekonomian Thailand. 

Sebelumnya, Thailand berharap pemulihan sepenuhnya terjadi di sektor pariwisata mereka pada 2023. Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand Yuthasak Supasorn memproyeksi bisa mendatangkan sekurang-kurangnya 20 juta turis asing untuk mendongkrak pendapatan dari pariwisata hingga 2,38 miliar baht pada tahun ini.

Namun, jumlah itu belum memasukkan kedatangan turis China ke negara mereka. "Setelah China merileksasi banyak pembatasan terkait Covid-19 yang dimulai 8 Januari (2023), kami merevisi target (kunjungan wisman) kami. Kami memproyeksi lima juta turis China mengunjungi Thailand tahun ini," kata Yuthasak dikutip dari Bernama, 3 Januari 2023.

3 dari 4 halaman

Peningkatan Bertahap

Meski begitu, pihaknya berusaha lebih realistis. Supaporn tidak berharap angka kunjungan wisatawan dari China kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 yang hampir 1 juta kunjungan per bulan pada 2019.

"Kami mengharapkan 50 ribu hingga 100 ribu turis per bulan di kuartal pertama 2023," ujar dia. "Angkanya secara bertahap akan meningkat dua kali hingga tiga kali jelang akhir tahun ini."

Thailand yang merupakan salah satu destinasi terpopuler di Asia dikunjungi hampir 40 juta turis asing pada 2019. Namun, industri pariwisata mereka hampir kolaps akibat pandemi Covid-19 yang memaksa negara kerajaan itu menerapkan aturan ketat dan mahal untuk turis asing yang akan berkunjung.

Pada 2022, Thailand menyambut lebih dari 11,5 juta turis asing. Dikutip dari The Thaiger, angka tersebut melebihi target 10 juta yang ditetapkan untuk 2022. Menurut Yuthasak, Malaysia, India, dan Laos menjadi kontributor terbesar mereka.

Di sisi lain, Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Malaysia Datuk Seri Tiong King Sing sejak awal menyatakan akan menerapkan prosedur kedatangan yang lebih mulus untuk menyambut para turis China. "Ini juga bisa mempersingkat proses kedatangan," kata menteri di unggahan Facebook, pada Minggu, 8 Januari 2023, dikutip dari The Star.

4 dari 4 halaman

Kebijakan Malaysia

Dia mengatakan langkah itu untuk menunjukkan bahwa Malaysia adalah negara yang ramah, menyambut para pelancong dari China. "Di waktu yang bersamaan, kami juga memperhitungkan tingkat kesehatan dan keselamatan pelancong dari China dan menghilangkan kekhawatiran wisatawan asing tentang langkah Malaysia memperketat SOP di pintu masuk negara ini," ia menambahkan.

Tiong mengatakan bahwa kementeriannya akan menempatkan petugas berbahasa Mandarin di semua bandara internasional di seluruh negeri. Ia menjelaskan bahwa hal itu untuk membantu kelancaran operasional di titik kedatangan, terutama bagi pelancong dari China yang kurang fasih berbahasa Inggris dan tidak mengerti Bahasa Malaysia.

"Kementerian akan mengoordinasikan upaya ini dengan manajemen bandara internasional di seluruh negeri dan Departemen Bea Cukai Kerajaan Malaysia," kata Tiong.

Malaysia menargetkan pemasukkan 30 miliar ringgit dari sektor pariwisata. Pihaknya juga berambisi meningkatkan jumlah kunjungan turis China dari 2019. "Dari tiga juta pada 2019 menjadi sekitar enam juta tahun ini," ujarnya.

Tiong mengatakan, masalah diskriminasi harus ditanggapi secara serius melalui perbandingan dengan negara lain yang juga berisiko tinggi penyebaran Covid-19 di negara tersebut. Dia mengatakan apa yang telah dimunculkan sebelumnya adalah untuk memastikan Malaysia tidak mendiskriminasi pelancong dari negara mana pun, termasuk China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.