Sukses

Perlukah Pakai Deodoran untuk Atasi Bau Badan?

Sejauh ini belum ada basis ilmiah yang kuat untuk mewajibkan penggunaan deodoran dan antiperspiran.

Liputan6.com, Jakarta - Bau badan bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang. Banyak orang yang mencoba mengatasinya dengan rajin mengoleskan produk deodoran, terutama selepas mandi. Tapi, apakah ritual itu benar-benar diperlukan?

"Orang-orang memiliki preferensi yang kuat dan sensitivitas terhadap bau. Mereka, sejak awal, menggunakan parfum (atau) kolonye untuk menyamarkan bau badan," kata Dr. Nina Botto, seorang associate profesor dermatologi di Universitas California, San Francisco, dikutip dari CNN, Minggu, 18 Desember 2022. 

"Tapi tidak seperti membersihkan gigi dengan benang gigi yang didukung data yang kuat bahwa Anda akan hidup lebih lama bisa membersihkan sela-sela gigi secara teratur," ia menambahkan.

Pernyataannya diamini oleh Dr. Joshua Zeichner, associate profesor di Rumah Sakit Mount Sinai, New York. Ia menyatakan, "Kita hidup di masyarakat yang tidak menerima seseorang yang bau badan, membuat deodoran menjadi bagian dari rutinitas kebersihan sehari-hari."

Dalam surel, ia menyebut bahwa ada stigma terkait baju yang basah karena keringat yang juga mendorong penggunaan antiperspiran ke dalam rutinitas perawatan kulit harian. Zeichner menjelaskan deodoran berfungsi menetralisir aroma tubuh, sementara antiperspirant untuk mengurangi keringat di kulit. Kedua bahan itu biasanya ada di dalam satu satu produk.

Walau secara umum banyak alasan orang memakai deodoran bisa diterima, aroma tubuh sebenarnya tidak selalu dianggap tidak menyenangkan oleh semua orang. Salah satu yang terkenal adalah Napoleon Bonaparte yang digambarkan sebagai seorang "penggemar" aroma - baik kolonye maupun aroma alami, atau setidaknya aroma istrinya.

Tristram Wyatt, rekan peneliti senior di Departemen Biologi Universitas Oxford menuturkan Napoleon kerap meminta istrinya, Josephine Bonaparte untuk tidak mandi saat ia pulang dari dinas militer. Hal itu disampaikannya lewat surat yang dikirimkan tiga hari sebelum pulang ke kediamannya.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fungsi Aroma Tubuh

Salah satu alasan seseorang mungkin lebih tertarik dengan aroma alami seseorang daripada yang lain itu adalah karena sistem kekebalan tubuh yang berbeda. Karena itu, tidak ada jawaban benar atau salah terkait preferensi pribadi dan produk apa yang mungkin digunakan untuk menutupi bau badan.

Namun, keringat diciptakan karena ada fungsinya. "Kita berkeringat untuk membantu mengontrol suhu tubuh kita," kata Zeichner.

"Namun, dalam beberapa kasus, kita berkeringat melebihi dari apa yang diperlukan. Ini dikenal sebagai keringat patologis, atau hiperhidrosis. Keringat itu sendiri tidak berbau. Namun, bakteri di kulit memecah keringat, menciptakan bau busuk."

 

Jika Anda memilih untuk menggunakan produk antiperspiran karena alasan ini, Zeichner menyarankan agar diaplikasikan di malam hari. "Karena kita menghasilkan lebih sedikit keringat di malam hari, mereka dapat lebih efektif membentuk sumbatan di dalam kelenjar keringat jika Anda mengaplikasikannya sebelum tidur."

Tapi bila Anda tak berkeringat berlebihan, menghalangi produksi keringat dengan antiperspiran dinilai Dr. Julie Russak, seorang dermatolog bersertifikat sekaligus pendiri Klinik Dermatologi Russak di New York City, bukanlah 'ide bagus'. "(Dengan) memblokirnya sepenuhnya, Anda berisiko meningkatkan produksi keringat di area tubuh lain."

3 dari 4 halaman

Jaga Kesehatan

Banyak faktor yang memengaruhi aroma tubuh. Zeichner menyebut pola makan salah satunya. Keringat orang yang makan sayur dari golongan Cruciferous, seperti brokoli, kangkung, dan kembang kol, contohnya, bisa memiliki bau belerang.

"Kesehatan usus, kesehatan kulit dan kesehatan mikrobiom kulit semuanya bisa mempengaruhi bau badan kita," kata Russak melalui email. "Beberapa gangguan metabolisme menghasilkan bau yang sangat khas secara umum (misalnya, ketoasidosis atau uremia akibat diabetes). Kulit yang sehat dan tubuh yang sehat seharusnya tidak berbau busuk," ia menambahkan.

Jika Anda mempertimbangkan untuk tidak menggunakan deodoran atau antiperspiran karena kekhawatiran tentang bahan yang berpotensi berbahaya atau rumor bahwa memakai produk semacam itu menyebabkan kanker, ketahuilah bahwa klaim tersebut belum terbukti secara ilmiah, kata para ahli tersebut kepada CNN. Penelitian tentang apakah ada hubungan kausal antara kanker dan penggunaan produk bedak yang tidak mengandung asbes juga belum dapat disimpulkan.

"Penggunaan bahan anorganik, seperti garam aluminium, dalam kosmetik dan produk perawatan pribadi telah menjadi perhatian produsen dan konsumen," kata Dr. Amanda Doyle, dokter kulit bersertifikat yang bekerja dengan Russak di Russak Dermatology Clinic.

"Meskipun aluminium digunakan untuk mengobati hiperhidrosis, beberapa kekhawatiran telah muncul tentang peran aluminium dalam kanker payudara, kista payudara, dan penyakit Alzheimer. Penyerapan aluminium oleh kulit belum sepenuhnya dipahami tetapi karsinogenisitas aluminium belum terbukti."

 

4 dari 4 halaman

Pro Kontra Berhenti Gunakan Deodoran

Di sisi lain, berhenti menggunakan deodoran ataupun antiperspiran juga memiliki pro kontra yang tergantung bagaimana Anda dan orang di sekeliling Anda menerima bau badan alami Anda.

"Bila Anda berhenti menggunakan deodoran atau antiperspiran, Anda bisa menghasilkan bau badan yang makin kuat seiring waktu," kata Doyle. 

"Ketika Anda berhenti menggunakan itu dan berkeringat lebih, hal ini bisa menciptakan tempat berkembang biak bagi pertumbuhan bakteri dan jamur yang berlebihan, yang dapat menyebabkan bau menjadi lebih kuat."

Karena itu, para ahli menyatakan mandi setiap hari secara menyeluruh adalah cara terpenting untuk menghindari diri dari bau badan yang tak enak. Anda disarankan memberi perhatian lebih atas kebersihan di area wajah, bawah ketiak, dan area genital yang cenderung lebih berkeringat dibandingkan bagian tubuh lainnya.

"Yang bisa memfasilitasi pertumbuhan mikroorganisme berlebihan, seperti jamur dan bakteri," imbuh Zeichner. Bila tubuh mengeluarkan bau badan tidak biasa, Zeichner menyebut hal itu menunjukkan bahwa Anda tidak membersihkan kulit sebagaimana seharusnya.

Doyle menambahkan, cara lain untuk mengurangi risiko bau dengan mencegah keringat dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan adalah mengenakan pakaian katun yang longgar, bernapas, dan menggunakan pembersih antibakteri topikal, seperti benzoil peroksida atau resep antibiotik topikal seperti klindamisin.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.