Sukses

Terulang Lagi, Pedagang Asongan di Kuta Bali Paksa Turis Asing untuk Membeli

Menparekraf sudah pernah mengimbau agar para pedagang tidak memaksa turis asing mapun lokal untuk membeli dagangan mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa bulan lalu di Bali sempat beredar video seorang turis asing mengeluhkan pedagang di pantai Kuta yang mengganggu aktivitas. Ia merasa terganggu dan jengkel dengan sikap sejumlah pedagang yang memaksa untuk membeli dagangannya.

"Kuta adalah yang terburuk, orang-orangnya menggangu anda ketika adan datang ke pantai. Itu sangat menjengkelkan, saya tidak mau kembali ke Kuta," ucapnya. Ia bahkan menyebut dirinya tak mau lagi kembali ke Bali.

Kejadian itu sempat mendapat perhatian dari pemerintah daerah sampai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Dia sempat mengimbau agar para pedagang asongan tidak memaksa turis asing mapun lokal untuk membeli dagangan mereka, bahkan terkadang sampai mengejar para turis yang sudah menolak membeli.

Kejadian seperti itu kembali terjadi. Kali ini beredar video yang merekam sejumlah pedagang asongan yang menjual beragam aksesori sedang menawarkan dagangan mereka pada beberapa orang turis asing.

Dalam video yang diunggah akau TikTok @christasean pada 6 September 2022 itu, para turis asing itu terlihat sedang berada di restoran outdoor di tepi pantai karena mereka duduk beralaskan pasir pantai. Pemilik akun menuliskan kejadian itu berlokasi di Pantai Kuta.

"Ini yg bikin bule jadi malas ke kuta, suka maksa2 gini," tulisnya dalam unggahan tersebut. Dalam video terlihat beberapa perempuan pedagang asongan berusaha memengaruhi para turis asing untuk membeli dagangan mereka. Meski para wisman itu sudah menolak dengan halus, mereka tetap tidak beranjak dan terus menawarkan dagangannya.

"Mereka mau dinner tapi gak bisa. Udah dibilang no thank you! Tapi tetap ngotot," tulisnya lagi.  "Jadi kasian lihat bule-bule nya gak tau gimana caranya nolak. Mana sekampung pula yang nyerbu," sambungnya.

Sampai video berakhir, para pedagang keliling tetap berusaha menawarkan dagangan mereka dan mengerubungi para turis asing itu. "Pemerintah setempat harus lebih tegas sih, jangan sampai turis2 jera dan gak mau datang lagi," tulis pemilik akun dalam keterangan videonya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Hanya Turis Asing

Video itu mendapat banyak tanggapan dari warganet. Sebagian besar menyesalkan kejadian seperti itu masih terus terulang. Ada juga yang berbagi pengalaman yang sama saat ke Bali.

Tak hanya turis asing, para pedagang asongan itu juga melakukan hal yang sama pada turis domestik. "Bener banget kak, kenarin waktu kami ke sana sampai rame gitu, yg nyamperin, jadinya kita au makan juga gak nyaman," komentar seorang warganet.

"Sebelum pandemi gak seperti ini. Disatu sisi sedih, di sisi lain kasihan orang2 yg sedang liburan," komentar warganet lainnya. "Kalo dah beli yang lainnya datang semuanya, gak dibeli maksa...lebih suka di Sanur," timpal warganet lainnya.

Video tersebut juga diunggah ulang dan dibagikan kembali oleh akun Instagram @ denpasar.viral pada hari yang sama, Selasa, 6 September 2022.  "Gimana ya cara mengatasinya biar sama-sama enak semeton?🤔 Kalau di serbu terus-terusan pasti kasihan tamunya, dia bakalan risih dan enggak bakal ke tempat itu lagi," tulis akun tersebut dalam kolom keterangan foto.

3 dari 4 halaman

Solusi dari Sandi

Sandiaga Uno sebelumnya sudah mengimbau kepada pihak yang membuat tidak nyaman para turis sehingga membuat wisatawan lokal maupun mancanegara kecewa saat datang ke Bali. Salah satu yang disorot adalah pedagang asongan yang memaksa hingga mengejar-ngejar para turis untuk membeli dagangannya.

Sandiaga mengaku cukup banyak menerima keluhan atas kejadian tersebut. Dia menyayangkan kondisi tersebut, karena saat ini pemerintah melalui Kemenparekraf tengah melakukan upaya membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).

Dia menambahkan, para penjual bisa diberikan solusi yakni dengan mengubah sistem dagangannya. Misalnya dibungkus dengan baik, terdapat logo atau merek pada barang jualan, sehingga wisatawan bisa lebih tertarik untuk melihat juga membelinya.

"Semakin dikejar mereka semakin gak mau. Semakin diketok mereka akan kapok," tulis Sandiaga dalam unggahannya di Instagram pada Sabtu, 23 April 2022.  Pria yang biasa disapa Sandi ini menegaskan, pulihnya pariwisata di Bali terlebih pasca-pandemi harus dipertahankan, ditingkatkan, dan lapangan harus dibuka serta perlu diperluas kembali.

4 dari 4 halaman

Diberi Tempat

"Oleh karena itu, kami GERCEP! Saat melakukan peninjauan ke Pantai Kuta, saya langsung memberikan arahan serta solusi konkret agar mereka bisa tetap berjualan, namun dengan cara yang lebih baik," terang Sandi.

"Jadi, harus diberikan pengertian dan pembinaan supaya mereka bisa lebih baik lagi. Jadi bukan berarti kita harus melarang para pedagang untuk berjualan. Tetap bisa berjualan tapi kami akan berikan pelatihan, pendampingan serta memfasilitasi agar usaha mereka bisa naik kelas," lanjutnya.

Menurut Sandi, para pedagang di Pantai Kuta juga harus diberikan tempat dan area berjualan yang lebih jelas. "Dikasih tempat, difasilitasi tempat berjualannya di mana, mungkin ini kebijakan yang lebih tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu," ujar Sandi. 

Sudah menjadi rahasia umum kalau harga jasa maupun barang yang ada di tempat wisata akan menjadi lebih mahal. Namun, Sandi menambahkan, harga yang dikenakan seharusnya tetap masuk akal secara perhitungan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.