Sukses

Cerita Akhir Pekan: Bagaimana Museum Konvensional Bertahan?

Tak sedikit museum yang telah bertransformasi dengan mengadaptasi kemajuan teknologi dan digitalisasi dalam penyampaian informasi, namun ada pula yang tetap beroperasi secara konvensional.

Liputan6.com, Jakarta - Catatan sejarah bangsa Indonesia terabadikan dalam berbagai koleksi di museum-museum seantero Nusantara. Kini, tak sedikit museum yang telah bertransformasi dengan mengadaptasi kemajuan teknologi dan digitalisasi dalam penyampaian informasi.

Adopsi digital salah satunya ditandai dengan menyediakan tur virtual yang dapat disaksikan dari mana saja dan kapan saja. Namun demikian, masih ada museum yang masih bertahan secara konvensional, seperti Museum Joang 45.

"Di Museum Joang 45, kalau untuk digitalisasi, saat ini kita dalam proses, (sekarang) masih manual. Kenapa masih bisa bertahan sampai saat ini karena di museum kami selain sejarahnya yang cukup besar di masa-masa kemerdekaan, kami terus mengembangkan dari sisi tata pamer dibuat semenarik mungkin," kata Muslim selaku pemandu Museum Joang 45 pada Liputan6.com, Kamis, 11 Agustus 2022.

Muslim menambahkan, rencana ke depannya adalah penggunaan barcode agar lebih mudah mengunggah cerita sejarah dan koleksi-koleksi museum. Selain, pengunjung juga dapat lebih mudah mengakses informasi.

Ia menerangkan ada tiga jenis pengunjung museum itu, yakni yang ingin mendalami sejarah, wisata, serta mencari bahan studi. Saat datang, mereka akan diminta membeli tiket dulu.

"Ketika datang, ada retribusi, kita arahkan dulu. Seandainya membutuhkan (bahan) studi dan mencari narasumber, kebetulan saya juga yang menangani. Apa yang mereka butuhkan, kita bisa bantu," tambahnya.

Museum Joang 45 menampilkan koleksi sejarah di masa perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain dokumenter tentang sejarah kemerdekaan, museum yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat ini juga menyimpan koleksi memorial.

"Ada pula biodata dan deskripsi tentang pahlawan yang bergerak di gedung ini. Koleksi yang paling dicari masyarakat adalah tiga mobil kepresidenan. Mobil pertama Pak Sukarno saat beliau menjabat sebagai seorang Presiden Rep 1, mobil Bung Hatta Rep 2, dan mobil peristiwa Cikini mobil imperial," kata Muslim.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Museum Wayang

Selain koleksi seputar sejarah bangsa, tak sedikit pula museum yang menyimpan ragam kekayaan budaya Indonesia, dan salah satunya adalah Museum Wayang. Meski sebagian besar beroperasi secara konvensional, museum yang memamerkan koleksi wayang dari berbagai daerah ini mulai memanfaatkan media sosial dalam promosi budaya.

"Museum Wayang juga sudah mulai mempromosikan lewat digital, kami sudah punya media sosial. Baru selesai live di YouTube acara 'Obrolan tentang Wayang (OTW),'" kata Bayu Martia Tri Pradhana selaku pemandu Museum Wayang kepada Liputan6.com saat ditemui di Museum Wayang berlokasi di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Sabtu, 13 Agustus 2022.

Acara tersebut, dikatakan Bayu, bertepatan dengan ulang tahun ke-47 Museum Wayang dan menjelang HUT ke-77 RI. Acara tersebut membahas mengenai wayang revolusi yang ditayangkan secara langsung di kanal YouTube Museum Wayang.

"Kita sudah mulai tidak konvensional saja, ada Instagram dan TikTok. Saat pandemi, kami tutup, cuma bukan berarti tidak melayani. Kami melayani lewat virtual tour, tapi itu dari pihak lain meminta, baru kita adakan," tambahnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Museum Perumusan Naskah Proklamasi jadi museum lainnya yang telah mengadopsi digitalisasi dalam penyampaian materi sejarah bangsa. Edukator Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Wahyuni, menyampaikan perubahan itu terjadi setelah museum yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat itu direvitalisasi dalam hal gedung, tampilan tata pamer, dan cara pemanduan sejak 2014.

"Mulai 2014, kami mencoba menghilangkan stigma museum itu kuno, menyeramkan, tidak mengasyikan, dan sebagainya. Seiring waktu terus bebenah," kata Yuni kepada Liputan6.com, Jumat, 12 Agustus 2022.

Yuni menerangkan, puncaknya saat pandemi Covid-19, museum didorong untuk dapat melayani pengunjung di tengah pembatasan. Saat layanan secara langsung harus tutup sementara waktu, muncul inovasi baru.

"Semisal punya virtual tour dengan mengunjungi website museum. Masyarakat akses ke website museum bisa melihat isi museum, ada foto-foto 360 derajat yang bisa diakses seakan-akan berada di sana," lanjutnya.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi juga menyediakan layanan tur virtual untuk sekolah-sekolah ketika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan. Sejarah di museum ini merupakan salah satu materi yang diajarkan di sekolah.

"Dengan kita menawarkan layanan virtual tour, sekolah-sekolah meminta melalui Zoom dan Google Meet, jadi membuat variasi pembelajaran di saat pandemi dan itu berlangsung sampai saat ini. Banyak sekolah-sekolah di luar Jakarta mengajukan permohonan virtual tour," ungkap Yuni.

4 dari 4 halaman

Ragam Fitur

Dikatakan Yuni, deretan inovasi itu yang jadi cara pihaknya tetap bertahan di masa kini. Pihak Museum Perumusan Naskah Proklamasi juga mempersiapkan fitur-fitur lain yang bisa dinikmati pengunjung saat datang ke museum.

"Ada namanya aplikasi SIJI bisa download di Playstore, nanti buka website museum www.munasprok.co.id. Setelah itu, klik 'galeri,' klik 'museum virtual,' bisa mulai tur. Ada gambar yang menempel dinding museum, nanti arahkan handphone yang sudah ada aplikasi SIJI ke gambar tersebut akan muncul video yang menceritakan koleksi itu melihat suasana di ruangan tersebut," terangnya.

Tak hanya itu, tersedia pula fitur multimedia touchscreen, pengunjung Museum Perumusan Naskah Proklamasi bisa mencoba gim, kuis, dan menyaksikan video-video. "Kita benar-benar beradaptasi memanfaatkan kemajuan teknologi," lanjutnya.

"Kita menceritakan koleksi dan isi dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Paling utama yang masih bertahan karena materi yang kita sampaikan di museum itu sangat menunjang proses pembelajaran di sekolah," tutup Yuni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.