Sukses

Tips Menangani Jerawat Saat Menstruasi

Menstruasi menjadi satu momen perempuan dilanda permasalahan kulit seperti jerawat.

Liputan6.com, Jakarta - Jerawat menjadi salah satu permasalahan kulit yang banyak dialami di Indonesia. Jerawat juga tak jarang muncul dalam periode menjelang hingga ketika perempuan menstruasi. Lantas, apa penyebabnya?

"Pada kondisi itu, hormon berpengaruh pada kerja sebasea, kelenjar minyak ini dipengaruhi juga oleh hormonal sebosit, sel yang ada di kelenjar minyak," kata Dermato Venereologist dr. Fitria Agustina, SpKK, FINSDV, FAADV dalam DermLive by La Roche Posay di kawasan Senayan, Jakarta, baru-baru ini.

Guna mengatasi jerawat menstruasi, dikatakan dr. Fitria, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Ia menyebut bahwa perempuan harus tetap menjaga skin barrier, memperhatikan kebersihan tubuh, dan mengetahui kondisi jerawat apakah perlu pengobatan lebih lanjut atau tidak.

"Mengobati jerawat itu intinya ada tiga, mengobati utama, adjuvant therapy, dan maintenance therapy. Kalau lagi akut berjerawat yang harus masuk, terapi utama dan adjuvant therapy," tambahnya,

dr. Fitria menjelaskan terapi utama adalah pengobatan yang diresepkan oleh dokter. Pengobatan ini tergantung dari level keparahan jerawat menstruasi yang dialami, mulai dari level ringan, sedang, dan berat.

"Adjuvant therapy adalah terapi yang bersamaan mendampingi terdiri dari ada komunikasi, informasi, edukasi dokter pasti akan jelaskan," ungkap dr. Fitria.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pengobatan Jerawat

Selanjutnya adalah dermocosmetic, kosmetik yang digunakan menyertai. Saat mengalami jerawat mestruasi, penting pula untuk menggunakan sabun yang sesuai dan perawatan kulit lainnya.

"Jangan lupa tiga langkah perawatan kulit apapun jenis kulitnya, yaitu bersihkan kulit dengan sabun yang tepat, gunakan moisturizer, dan memakai sunscreen," terang dr. Fitria.

Sedangkan adjuvant therapy adalah terapi yang dilakukan oleh dokter, seperti laser. dr. Fitria menyampaikan setelah jerawat membaik, masuk ke maintenance therapy.

"Terapi maintenance adalah fase pengobatan utama jerawatnya selesai, dokter akan memberikan obat yang menurunkan konsentrasinya serendah mungkin sampai akhirnya bisa lepas akhirnya pakai kosmetik saja sudah cukup," lanjutnya.

Sementara, dr. Fitria menjelaskan angka kejadian jerawat mencapai sembilan persen di seluruh dunia. Selain itu, jerawat juga menduduki satu dari delapan penyakit tersering yang ditemui. 

Pada remaja, angka kejadian itu dapat mencapai 80--85 persen, yang artinya kemungkinan 80--85 persen remaja pernah mengalami jerawat. Tidak hanya terjadi pada remaja, tetapi jerawat juga dialami orang dewasa yang disebutnya sebagai adult acne.

3 dari 4 halaman

Serba-serbi Jerawat

Adult acne sendiri merupakan jerawat yang terjadi pada usia lebih dari 25 tahun dengan penyebab yang harus digali lebih lanjut. "Sedangkan pada remaja yang masih dalam usia yang mungkin secara emosional belum stabil, ketidakstabilan ini dalam fase ingin mencari jati diri tapi tiba-tiba dapat dampak jerawat. Jerawat ini sering berdampak pada psikososial," jelas dr. Fitria.

Ia menjelaskan biasa mengukur dampak jerawat pada psikososial pasien melalui pengisian kuisioner. Setidaknya, terdapat 14 pertanyaan yang diajukan kepada pasien. Bila skor tinggi pasien dapat diedukasi serta merujuknya ke psikolog atau lebih berat lagi bisa ke psikiatri.

"Jerawat remaja ada berbagai faktor mulai dari tinggal di negara tropis yang lembap dan sinar matahari sepanjang tahun. Dalam hal ini memilih kosmetik harus tepat dan skincare harus sesuai dengan kebutuhan kulit," kata dr. Fitria.

Penyebab lainnya adalah kebiasaan memakai makeup sepanjang hari yang terlalu menutup. Begitu pula dengan pola makan, mengonsumsi makanan dengan olahan susu juga dapat menimbulkan jerawat.

"Faktor genetik, genetik bukan jerawat yang diturunkan tapi kondisi kulitnya, misalnya jenis kulit oily skin yang mudah berjerawat," lanjutnya.

4 dari 4 halaman

Jangan Anggap Sepele

Lalu, bagaimana penanganan jerawat yang mesti dilakukan? dr. Fitria menyarankan untuk memastikan analisa kelainan kulit apakah benar jerawat atau tidak kepada ahlinya. Mengingat dalam beberapa kondisi, penampakan seperti jerawat namun sebenarnya bukan masalah kulit itu.

"Misalnya peradangan pada folikel rambut, menyerupai jerawat yang bisa disebabkan konsumsi obat-obat tertentu seperti steroid dan antidepresan, atau kondisi dermatitis perioral sering kali kalau pakai masker," ungkapnya.

Dia menegaskan bahwa hal yang paling penting adalah diagnosis jerawat tersebut akan berdampak terhadap terapinya. "Obatilah sedini mungkin karena risiko untuk terjadinya acne scar atau bekas jerawat akan semakin kecil risikonya tentunya quality of life juga akan membaik," tambahnya.

"Bahkan yang berat sampai Depresi berat dan ingin bunuh diri itu ada, dan itu memang ada kepustakaannya yang melakukan penelitian mulai dari malu, tidak percaya diri sampai akhirnya depresi berat dan munculnya suicide, seberat itu loh. Jadi jangan anggap sepele," tegas dr. Fitria.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.