Sukses

Cacar Monyet Tembus 100 Kasus di Eropa, WHO Serukan Pertemuan Darurat

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pertemuan darurat untuk membahas wabah cacar monyet yang berkembang pesat, publikasi Inggris Telegraph melaporkan pada Jumat, 20 Mei 2022, seperti dilansir Sabtu (21/5/2022). Itu terjadi beberapa jam setelah Prancis, Jerman, dan Belgia mengonfirmasi kasus cacar monyet pertama mereka.

Negara-negara itu bergabung dengan Inggris, Spanyol, Italia, Portugal, Swedia, Kanada, Australia, dan Amerika Serikat dalam melaporkan penyakit endemik di beberapa bagian Afrika. Cacar monyet di Eropa kini telah melampaui 100 kasus. Data yang dikumpulkan seorang akademisi Universitas Oxford mengatakan bahwa jumlahnya mendekati 130 kasus.

Hindustan Times melaporkan, pasien cacar monyet atau monkeypox Prancis berasal dari wilayah Ile-de-France di negara itu, yang meliputi Paris. Namun, ia tercatat tidak bepergian ke negara tempat virus itu beredar, kata otoritas kesehatan Prancis.

Kemudian di Belgia, penyiar Flemish VRTNWS mengatakan, kedua pasien berada di pesta yang sama di lokasi yang dirahasiakan. Orang pertama didiagnosa di Antwerpen (bukan tempat tinggal), tapi tidak sakit parah. Individu dan pasangannya telah diisolasi. Kasus kedua adalah seorang pria dari wilayah Flemish Brabant. Ia juga tidak sakit parah, kata AFP mengutip laporan media Belgia.

Kasus pertama di Jerman dikonfirmasi Institut Mikrobiologi Angkatan Bersenjata Jerman di Munich. Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach mengatakan, "Kami sekarang akan menganalisa virus lebih dekat dan memeriksa apakah itu melibatkan varian yang lebih menular."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Laporan Kasus Cacar Monyet

Pihak berwenang Spanyol tercatat melaporkan 14 kasus yang dikonfirmasi pada Jumat, 20 Mei 2022, sehingga total jadi 21 kasus. Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat melacak enam kemungkinan kasus cacar monyet lagi. Semuanya melakukan kontak dekat dengan sesama pelancong dalam penerbangan dari Nigeria ke Inggris awal bulan ini yang telah menunjukkan gejala.

AS minggu ini melaporkan kasus pertamanya pada 2022. Ia adalah seorang pria asal Massachusetts yang baru-baru ini melakukan perjalanan ke Kanada pada April 2022 dan kembali bulan ini. Tahun lalu, Texas dan Maryland masing-masing melaporkan kasus cacar monyet pada orang yang telah melakukan perjalanan ke Nigeria.

Portugal mencatat 23 kasus sejauh ini, dengan setidaknya 10 lainnya terlacak. Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan, ada 11 infeksi baru, sehingga jumlah total kasus yang dikonfirmasi di negara itu jadi 20.

UKHSA telah memperingatkan pria gay dan biseksual, setelah WHO minggu ini mengatakan, "Kami melihat penularan di antara laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki."

3 dari 4 halaman

Tergolong Ringan

Kanada mengonfirmasi dua kasus cacar monyet sejauh ini. Namun, pihak berwenang di Provinsi Quebec sedang menyelidiki 17 kasus yang dicurigai. Swedia memiliki satu kasus, sementara Italia melaporkan dua lagi kemarin, sehingga totalnya jadi tiga.

Australia memiliki dua kasus cacar monyet yang dikonfirmasi. Satu di Sydney dan satu lagi di Melbourne. Seperti kebanyakan kasus lain, kedua pasien adalah laki-laki.

Kanal Global Liputan6.com melaporkan, WHO menegaskan bahwa cacar monyet yang terdeteksi sejauh ini masih tergolong ringan. Kendati, kasus di beberapa negara Eropa terbilang misterius, sebab orang yang terjangkit tidak ada riwayat perjalanan ke Afrika. 

Cacar monyet memang pertama kali terdeteksi di sejumlah negara Afrika, mulai Pantai Gading yang berada di sisi barat Afrika, hingga Sudan di timur. Menurut UN News, WHO disebut telah bekerja dengan sejumlah negara-negara terdampak untuk memperluas pemantauan.

Fasilitas kesehatan juga diminta mendukung orang-orang terdampak dan memberi panduan melawan penyakit ini. Lebih lanjut, pihaknya menegaskan penularan cacar monyet tidak sama dengan COVID-19. Penyakit cacar monyet bisa ditularkan lewat kontak fisik, cairan tubuh, maupun luka.

4 dari 4 halaman

Mirip Flu

Namun, penyebarannya tidak separah COVID-19. Kasus cacar monyet bisa berhenti pada "generasi ke-6." Artinya, sejauh ini penularan terpanjang mencapai orang ke-6 dari pengidap asli penyakit ini. 

Direktur Regional Eropa di WHO, Hans Kluge, menjelaskan bahwa kasus yang terdeteksi sejauh ini masih tergolong ringan. Penyakitnya juga bisa sembuh dalam hitungan minggu tanpa obat. 

"Monkeypox biasanya penyakit yang membatasi diri, dan mayoritas yang terinfeksi akan pulih dalam beberapa pekan tanpa perawatan," Klug mengatakan. "Namun, penyakitnya bisa lebih parah, terutama bagi anak-anak, wanita hamil, dan pengidap kelainan imun."

Chief Health Officer di Victoria, Brett Sutton, mengatakan bahwa virus cacar monyet secara teori tidak mudah menular antara manusia ke manusia lain. Gejala cacar monyet amat mirip dengan flu. Lalu, muncul ruam dengan lesi yang sering gatal atau nyeri di permukaan kulit.

"Cacar monyet terutama terjadi di Afrika Tengah dan Barat, sering kali di dekat hutan hujan tropis dan semakin sering muncul di daerah perkotaan. Hewan inang termasuk berbagai hewan pengerat dan primata non-manusia," begitu penjelasan WHO di situs webnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.