Sukses

Bandara Dubai Gunakan Biometrik Iris Mata Penumpang Sebagai Paspor, Kemajuan atau Ancaman?

Data biometrik iris yang direkam dari penumpang di Bandara Dubai akan disimpan otoritas setempat dalam jangka waktu yang tidak diketahui.

Liputan6.com, Jakarta - Bandara Dubai merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia untuk perjalanan internasional. Fasilitasnya terbilang lengkap, mulai dari toko bebas bea yang luas, pohon palem buatan, terminal yang bersih, dan pendingin udara yang mirip dengan Arktik.

Kini, pusat transit yang menghubungkan timur dan barat menambahkan fitur terbaru, yakni pemindai iris mata yang dapat memverifikasi identitas seseorang dan menghilangkan kebutuhan akan interaksi manusia saat memasuki atau meninggalkan negara itu. Bandara Dubai mulai menawarkan program yang bisa menggantikan fungsi paspor fisik kepada semua penumpang bulan lalu.

Pada Minggu, 7 Maret 2021, iris para pelancong dipindai setelah check-in. Alat itu kemudian memeriksanya dengan baik dan penumpang melewati pemeriksaan paspor dalam hitungan detik. Dengan alat canggih ini, calon penumpang tak perlu lagi menggunakan tiket kertas atau aplikasi telepon yang berat.

Melansir Japan Today, Selasa, (9/3/2021), fitur itu menggunakan program kecerdasan buatan terbaru yang diluncurkan Uni Emirat Arab di tengah meningkatnya pandemi virus corona. Teknologi tanpa kontak manusia ini dipromosikan pemerintah untuk membantu membendung penyebaran virus.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah bandara di seluruh dunia telah mempercepat penggunaan teknologi pengenalan wajah hemat waktu ini untuk memobilisasi penumpang ke penerbangan mereka. Pihak berwenang menyatakan, pemindai ini menghubungkan data iris mata penumpang ke database pengenalan wajah di negara itu, sehingga penumpang tidak perlu mengidentifikasi dokumen atau boarding pass.

"Masa depan akan datang," kata Mayor Jenderal Obaid Mehayer Bin Suroor, wakil direktur Direktorat Jenderal Kependudukan dan Urusan Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA).

"Sekarang, semua prosedur menjadi 'pintar', hanya dibutuhkan waktu sekitar lima hingga enam detik," imbuh dia.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kekhawatiran Hilangnya Privasi

Menurut pernyataan privasi biometrik Emirates, maskapai penerbangan menghubungkan wajah penumpang dengan data pengenal pribadi lainnya, termasuk paspor dan informasi penerbangan, kemudian menyimpannya "selama diperlukan secara wajar untuk tujuan pengumpulannya".

Perjanjian tersebut memberikan sedikit rincian tentang bagaimana data akan digunakan dan disimpan. Bin Suroor menekankan bahwa kantor imigrasi Dubai sepenuhnya melindungi data pribadi penumpang sehingga "tidak ada pihak ketiga yang dapat melihatnya".

Namun seperti semua teknologi pengenalan wajah, program tersebut menambah kekhawatiran akan hilangnya privasi di negara tersebut, yang telah menghadapi kritik internasional karena menargetkan jurnalis dan aktivis hak asasi manusia. Para ahli mengatakan, tanpa informasi lebih lanjut tentang bagaimana data akan digunakan atau disimpan, teknologi biometrik meningkatkan kemungkinan penyalahgunaan.

"Semua jenis teknologi pengawasan menimbulkan tanda bahaya, terlepas dari negara seperti apa itu," kata Jonathan Frankle, seorang mahasiswa doktoral dalam studi kecerdasan buatan di Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat.

"Tapi di negara demokrasi, jika teknologi pengawasan digunakan secara transparan, setidaknya ada peluang untuk melakukan percakapan publik tentang itu."

Pemindaian iris yang mengharuskan orang untuk menatap ke kamera seolah-olah mereka menawarkan sidik jari, telah digunakan lebih luas di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Biometrik iris mata dianggap lebih andal daripada kamera pengintai yang memindai wajah orang dari kejauhan tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka. Terlepas dari kekhawatiran tentang pengawasan yang berlebihan di UEA, jaringan pengenalan wajah yang luas di negara itu menunjukkan tanda-tanda akan terus berkembang.

Bulan lalu, Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, yang juga menjabat sebagai penguasa Dubai, mengumumkan negara itu akan memulai uji coba teknologi pengenalan wajah baru untuk mengurangi dokumen di "beberapa layanan sektor swasta," tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Selama pandemi, kota Dubai yang bertabur cakrawala telah memajukan serangkaian alat teknologi untuk melawan virus di mal dan di jalan-jalan, termasuk foggers disinfektan, kamera termal, dan pemindaian wajah yang memeriksa masker dan mengukur suhu. Program tersebut juga menggunakan kamera yang dapat merekam dan mengunggah data orang, berpotensi memasukkan informasi ke dalam database biometrik negara kota yang lebih luas. (Melia Setiawati)

3 dari 3 halaman

Kalender Libur Nasional dan Cuti Bersama 2021

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.