Sukses

Tak Pakai Masker, 550 Penumpang Masuk Daftar Dilarang Terbang oleh Delta Airlines

Jumlah penumpang tak pakai masker yang ditempatkan pada daftar "dilarang terbang" meningkat lebih dari dua kali lipat sejak awal September 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Masker jadi salah satu benda yang digunakan untuk menghindari penyebaran corona Covid-19. Penggunaan masker dalam penerbangan pun tak bisa dihindarkan.

Kali ini kembali terjadi, penumpang pesawat yang dilarang terbang akibat tak memakai masker. Peristiwa ini terjadi pada Delta Airlines, maskapai penerbangan Amerika Serikat, seperti dilansir dari laman New York Post, Jumat, 13 November 2020.

Akibat tak memakai masker, sebanyak 550 penumpang yang pernah naik maskapai penerbangan itu dilarang untuk terbang. Mereka menolak memakai masker di dalam pesawat, kata Kepala Eksekutif Delta Airlines, pada Kamis, 12 November 2020.

Jumlah penumpang yang ditempatkan pada daftar "dilarang terbang" meningkat lebih dari dua kali lipat sejak awal September 2020. Sebelumnya, maskapai yang berbasis di Atlanta itu dilaporkan telah memasukkan 270 pelancong dalam daftar hitam.

"(Total) mewakili sebagian kecil dari pelanggan kami secara keseluruhan. Sebagian besar dari mereka mengikuti pedoman kami dan menghargai langkah-langkah yang kami ambil untuk menjaga mereka tetap aman dan sehat,” kata Bastian dalam sebuah memo kepada karyawan yang menekankan pentingnya mengenakan masker dan langkah-langkah keamanan terhadap virus corona lainnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hal Paling Penting

Maskapai besar AS termasuk Delta, United, American, dan Southwest pertama kali mengancam akan melarang pelancong karena tidak mengenakan masker pada Juni 2020 dalam upaya melindungi pekerja dan penumpang dari Covid-19.

"Perintah mengenakan masker merupakan hal paling penting dari serangkaian komprehensif untuk mengurangi penularan Covid-19 selama perjalanan udara," menurut laporan Harvard’s T.H. Chan School of Public Health.

Namun, Bastian mengatakan bahwa pandemi kemungkinan akan membebani industri penerbangan hingga tahun depan. Meskipun ada kemajuan baru-baru ini lewat vaksin yang dapat membantu ekonomi kembali normal.

Volume penumpang maskapai penerbangan AS tetap 65 persen lebih rendah daripada tahun lalu ketika negara itu bergulat dengan rekor lonjakan kasus virus corona, menurut kelompok industri Airlines for America.

“Perlu diingat bahwa pengembangan vaksin merupakan langkah penting, distribusi luas akan memakan waktu berbulan-bulan. Jadi, kami terus berharap 2021 akan menjadi tahun dengan tantangan yang berkelanjutan,” tulis Bastian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.