Sukses

Gandeng Tangan Perangi Stigma Kesehatan Mental Remaja

Karena berada di fase serba sensitif, perlu metode khusus dalam menjaga kesehatan mental para remaja.

Liputan6.com, Jakarta - Kesehatan mental tentu bukan isu yang bisa dipandang sebelah mata. Tak hanya orang dewasa, kesehatan mental anak-anak dan remaja juga penting. Maka dari itu, peran orangtua jadi salah satu kunci dalam tumbuh kembang anak muda, termasuk juga kesehatan mental mereka.

Peduli pada kesehatan mental remaja, Instagram bersama mitranya, Riliv dan Sudah Dong, meluncurkan kampanye #REALTALK sejak Mei 2020. Kampanye tersebut membuahkan data yang menunjukkan salah satu faktor penyebab gangguan kesehatan mental, yaitu kesulitan anak muda membicarakan isu kesehatan mental dengan orangtua.

Audrey Maximillian Herli, Co-Founder dan CEO Riliv, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan banyak anak muda merasa cemas dan stres, baik karena pelajaran di sekolah, hubungan dengan teman, atau relasi keluarga. "Masalah keluarga, misalnya, di mana anak lebih sering melihat pertengkaran orangtua dan anak kesulitan membahas topik kesehatan mental dalam keluarga, serta masalah pendidikan karena hilangnya motivasi belajar," jelasnya dalam konferensi pers daring, Selasa, 27 Oktober 2020.

Mengetahui pentingnya peran orangtua dalam memahami kondisi kesehatan mental remaja, Instagram memperbaharui panduan Instagram untuk orangtua, sekaligus melanjutkan kampanye #REALTALK dengan menggandeng Mom Sweet Moms. Beranggotakan selebritas dan figur publik Indonesia, seperti Mona Ratuliu, Novita Angie, Ersa Mayori, Meisya Siregar, dan Riafinola Ifani Sari, Mom Sweet Moms akan membagikan berbagai tips parenting terkait isu kesehatan anak dan remaja, baik di kehidupan sehari-hari maupun kebijakan menggunakan media sosial.

"Kami percaya orangtua memiliki peranan penting dalam membantu mematahkan stigma negatif tentang kesehatan mental di kalangan remaja. Melalui fase lanjutan kampanye #REALTALK, kami ingin mengajak para orangtua lebih memahami, serta mendukung kondisi kesehatan mental anak remaja mereka, terutama di masa-masa sulit ini,” ungkap Philip Chua, Kepala Kebijakan Publik Instagram Asia Pasifik.

Fabelyn Baby Walean, Volunteer Komunitas Sudah Dong, juga menambahkan bahwa mereka ingin meningkatkan kesadaran anak muda mengenai bahaya perundungan, baik secara online maupun offline. "Melalui fase lanjutan kampanye #REALTALK, kami ingin mendorong lebih banyak lagi anak muda untuk berani bangkit dari perundungan maupun menunjukkan dukungan, serta empati mereka terhadap korban perundungan," imbuhnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Membantu Anak Lebih Terbuka

Sebagai figur publik sekaligus perwakilan Mom Sweet Moms, Mona Ratuliu dan Novita Angie, mengatakan bahwa masa remaja adalah periode anak cenderung bersifat emosional dan lebih sensitif. Maka dari itu, sebagai orangtua, penting bagi mereka untuk mengambil peran sebagai sahabat bagi anak remaja agar mau bercerita dengan lebih terbuka tentang apa yang dirasakan dan dialami.

"Setelah saling sharing, berusaha mendengarkan si remaja ini ketika ia curhat, baru kita menyimpulkan, ternyata remaja memang merupakan fase yang bisa dibilang cukup berat. Mereka membutuhkan kehadiran orangtua juga untuk sekadar mendengar curhatan mereka," ujar Mona. "Itu juga terjadi dengan anak-anakku, ternyata memang kalau mereka tidak difasilitasi, bisa jadi kesehatan mentalnya kurang baik.".

Menyetujui pernyataan tersebut, Novita Angie mengatakan, orangtua harus memberi ruang dan suasana senyaman mungkin bagi anak untuk bercerita, serta mau terbuka tentang apa yang mereka alami. "Remaja itu memang fase yang 70 persennya galau, dikt-dikit dipusingin, apalagi sekarang ada media sosial. Penting bagi orangtua untuk tahu problem mereka, rajin memancing mereka untuk bercerita tentunya dengan situasi yang juga nyaman bagi mereka,” imbuhnya.

Anggie menambahkan, dengan memberi kenyamanan dan keleluasaan anak remaja untuk bercerita, nantinya orangtua akan lebih muda mengetahui kapan anak butuh perhatian, kapan mereka memiliki masalah, dan perlu dibantu. "Intinya sering-sering ajak mereka ngobrol. Memahami kebiasaan mereka dalam bercerita, curhat, mau mendengarkan, dan memahami masalah mereka itu penting. Jangan langsung di-judge ketika mereka bercerita," ungkapnya.

3 dari 3 halaman

Patahkan Stigma Buruk Kesehatan Mental

Sebagai orangtua, Mona dan Angie mengatakan, mereka dan semua anggota Mom Sweet Moms lainnya sering saling membantu soal mendidik dan mencari tahu masalah yang mungkin dihadapi anak-anak. "Anak remaja itu kadang takut ngomong, takut dimarahi orangtua. Jadi, kita harus lebih terbuka dengan anak, saling bantu juga antar keluarga lain," kata Angie.

Mona Ratuliu juga mengatakan, "Anak remaja itu sangat butuh support system dari orangtuanya, tapi akan lebih baik lagi kalau lingkungan dan masyarakatnya juga memberi support yang baik buat anak-anak remaja ini."

Memfasilitasi anak dengan kebutuhan konsultasi dengan tenaga profesional, seperti psikolog, juga salah satu upaya yang harus dilakukan orangtua jika diperlukan. "Kita ingin mematahkan stigma juga, kalau misalnya nih, pergi ke psikolog, wah anaknya bermasalah nih, padahal belum tentu juga. Kita sebagai orangtua harus bisa memberi waktu buat mereka untuk curhat dengan cara masing-masing, bisa memancing mereka mau bicara, membantu mereka agar bisa lebih mengembangkan diri dan bebas berekspresi," kata Angie.  

"Kita sangat excited dengan kampanye #REALTALK bersama Instagram, Riliv, dan Sudah Dong. Nanti akan ada beberapa program. Ada seri IGTV tentang parenting dan isu kesehatan mental khususnya, semua anggota Mom Sweet Moms akan berbagi, begitu juga dengan anak-anak kita," tutup Mona Ratuliu. (Brigitta Valencia Bellion)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.