Sukses

Kombinasi Indah Sutra Emas dan Jambu Mete di Imogiri

Mereka pun berhasil dengan mengembangkan wilayah dengan jambu mete dan penghasil sutra emas.

Liputan6.com, Jakarta -  Siapa sangka kalau buah jambu mete tak hanya memiliki nilai ekonomi berlipat tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan, termasuk potensi bencana hidrometeorologi. Wilayah yang dulunya gersang di Desa Karangtengah, Imogiri, D.I. Yogyakarta, kini terlihat hijau dengan pohon jambu mete dan beberapa jenis pohon lain.

Desa yang terletak di bagian selatan Kabupaten Bantul ini dahulu dikenal sebagai wilayah yang memiliki lahan kritis. Upaya penghijauan dilakukan salah satunya dengan membudidayakan tanaman yang sudah ada di wilayah itu, yaitu jambu mete. Penggiat lingkungan sekaligus Ketua Yayasan Royal Silk Fitriani Kuroda memulai upaya untuk memberdayakan warga setempat sejak 17 tahun lalu.

“Tidak ada satu pohon berdiri. Ini semua tidak ada pohon,” ujar Fitriani pada 28 Agustus 2020, dalam keterangan tertulis dari BNPB yang diterima Liputan6.com.

Dengan pemanfaatan 150 hektare, ia dan para penggiat lain mencoba dengan mengembangkan sutra liar dari kokon yang dihasilkan ular gajah yang dikombinasikan dengan pohon jambu mete.  Ide sutra liar ini didorong oleh konferensi tingkat dunia sutera liar yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 2009.

Mereka pun berhasil dengan mengembangkan wilayah dengan jambu mete dan penghasil sutra emas atau golden silk. Sutra yang berasal dari kokon cikal bakal kupu-kupu gajah penghasil sutra berwarna emas satu-satunya di dunia.

"Kita ingin memberdayakan masyarakat, sekaligus untuk lingkungan. Idenya cultural-based environment and poverty," lanjutnya. Ia mengatakan pada mulanya para penggiat membina petani setempat yang tidak mempunyai lahan.

"Waktu itu penduduk transmigrasi lokal posisinya lahan yang mudah longsor. Bagaimana kita memberikan edukasi mulai dari rumah mereka dengan menanam pohon mahogani atau jati. Yang semua bisa tumbuh besar dan menjadi pakan ulat sutra tersebut," ungkapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengurangan Risiko Bencana

Di sisi lain, penghijauan wilayah dengan mayoritas pohon jambu mete dapat bermanfaat untuk mencegah bencana hidrometeorologi, seperti kekeringan, banjir dan longsor. Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Wisnu Widjaja berharap inisiatif seperti ini dapat mendorong sebagai suatu Gerakan.

"Masyarakat sejahtera di wilayah rawan bencana. Mereka lebih tangguh karena punya banyak pilihan. Ini selaras program kami. Mendorong kesejahteraan sehingga mengurangi risiko mereka," ucap Wisnu.

Wisnu menambahkan, tindakan seperti ini bermanfaat untuk lingkungan dan ini dapat mencegah bencana hidrometeorologi. Ini menjadi kolaborasi sangat bagus untuk program pengurangan risiko bencana (PRB) berbasis kesejahteraan.

Saat itu Fitri memulai dengan 45 KK. Namun dari sejumlah keluarga tersebut, lebih banyak keluarga terlibat, khususnya untuk mengerjakan lahan. Waktu itu satu keluarga mendapat satu hektare atau besar-kecil.

Sutera liar yang dihasilkan kokon sangat cocok dengan pohon jambu mete. Sedangkan tanaman lain, mangga atau pisang sulit untuk tumbuh di wilayah ini. Meski begitu, pohon jambu mete menjadi aset yang berharga.

Selain daunnya sebagai pakan ulat gajah yang berubah menjadi kokon, buah mete memiliki nilai ekonomi tambahan. Pemanfaatan buah dan biji mete dapat digunakan menjadi diversifikasi produk, seperti buah untuk jus, kripik dan abon, dan biji mete untuk makanan ringan.

3 dari 3 halaman

Produksi Sutra Liar

Sutra liar yang dihasilkan kokon ini diolah dengan cara tradisional, melalui mesin pintal yang sudah lama dikenal di Jepang diterapkan oleh para pemintal. Mesin terbuat dengan teknik yang dikerjakan dengan alat berbahan kayu yang dilengkapi dinamo. Pengerjaan digerakkan dengan pengendalian tangan dan perasaan.

"Butuh satu tahun melatih untuk 22 orang. Mereka dilatih langsung dari Jepang. Alat asli dari Jepang," ujar Fitri. Dalam proses pembuatan benang dari kokon kosong, konsep berbeda sutera putih. Kekhususan sutera liar yakni pengolahan benang tanpa harus membunuh kokon. Ini berbeda dengan pengolahan sutera putih.

"Mereka menarik benang ingin setipis mungkin untuk sutra putih, lalu sutranya harus direbus untuk mendapatkan sutra tanpa cacat," jelasnya.

Tentang berat benang, Fitri mengatakan 1 kilogram kokon akan menghasilkan setengah kilogram benang. Gambarannya kain 1 meter membutuhkan sekitar 250 gram benang. Kokon sudah dimanfaatkan untuk berbagai produk, selain diambil suteranya dan digunakan untuk penghias barang kerajinan lain.

Pencapaian sutera liar di Desa Karangtengah ini merupakan kisah sukses dalam konteks sustainable development goals yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini merupakan hasil karya yang sangat unik dari Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.