Sukses

Cerita Imigran Muslim Adaptasi Tradisi Tahun Baru Islam Sambil Sebarkan Pesan Positif

Imgran Muslim ini tinggal di wilayah Queensland, Australia, di komunitas yang tak familiar dengan momen perayaan, seperti tahun baru Islam.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak 2013, tahun baru Islam tak pernah lagi sama bagi Wurood Albayati, seorang imigran Muslim asal Irak yang sekarang menetap di Queensland, Australia. Ragam tradisi pergantian tahun di tanah kelahiran kini berjarak ribuan kilometer.

Sulit mempertahankan kebiasaan dengan jumlah pemeluk Muslim yang bisa dihitung jari di area Albayati tinggal. "Realita ini sempat membuat saya merasa kosong. Saya merindukan gempita perayaannya (tahun baru Islam)," ucapnya dilansir laman ABC News Australiia, Rabu, 19 Agustus 2020.

Albayati sekeluarga pindah ke Negeri Kanguru setelah sang suami menerima beasiswa untuk melengkapi pendidikan PhD-nya. Di tengah kondisi ini, Albayati memutuskan untuk memboyong salah satu tradisi untuk menghidupkan nuansa perayaan tahun baru Islam.

"Saya memasak dan mengantarkan makanan pada para tetangga, sambil mengatakan, 'Hai, kami sebagai Muslim punya perayaan spesial di hari ini. Ini makanan untuk kalian," tuturnya. "Saya juga menulis pesan singkat tentang perayaan yang dimaksud."

Pilihan makanan hantaran pun tak dibedakan dengan apa yang dimakan keluarganya. Salah satu contoh menunya adalah nasi biryani, ayam, serta sajian nasi berisi buah kering, kacang-kacangan, dan rempah sebagai bumbu.

Tetangga Albayati, Anna Ling, mengatakan, ia justru menantikan waktu di mana imigran Muslim tersebut mengetuk pintu dan memberikan makanan lezat. "Saya sudah mengenal mereka sejak pertama kali pindah ke sini," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hempaskan Stereotip

Ling menceritakan, setiap tahun, Albayati memasak masakan lezat yang dibagikan bersama sebuah catatan. "Di tahun pertama, saya sangat terkejut," katanya sembari menambahkan tak banyak orang Australia yang familiar dengan kultur Muslim.

Albayati mengatakan, beradaptasi di Australia tak berarti mengurung diri dan mengingat Bagdad. "Saya keluar dan mencoba bersahabat karena (Islam) itu tentang menyayangi dan hidup dalam damai, juga harmoni," paparnya.

Soal stereotip buruk umat Muslim, Albayati tak terlalu memusingkan karena ia yakin, orang sekitar akan menilainya berdasarkan tindakan. Ini pula lah nilai yang berusaha ditanamkan pada anak-anaknya sebagai keluarga imigran Muslim di tanah asing yang sekarang mereka sebut sebagai rumah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.