Sukses

Ajakan Belikan Makanan untuk Driver Ojol di Tengah Imbauan Diam di Rumah

Gerakan subsidi silang dengan driver ojol ini merupakan upaya mendorong publik untuk terus memperbesar empati di tengah pandemi corona COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Imbauan untuk menjaga jarak dan sebisa mungkin berdiam diri di rumah demi memerangi penyebaran corona COVID-19 membuat sekian banyak orang mesti mengubah rutinitas. Beberapa implementasinya terefleksi lewat sederet gerakan positif untuk saling menjaga di tengah pandemi.

Salah satu yang belakangan digalakkan publik dunia maya adalah memesan makanan lewat ojek online (ojol), lantaran gerak mesti dibatasi, berujung membelikan makanan juga untuk driver ojol penerima pesanan tersebut.

Logika berpikir yang hendak dibangun adalah karena segala sesuatu, termasuk pekerjaan, dirapikan di rumah, tak ada biaya transportasi harian yang boleh jadi memanfaatkan jasa ojek online.

Rutinitas baru ini kurang-lebih memengaruhi pendapatan drivel ojek online (ojol) yang biasanya mendapatkan pesanan saat orang-orang berangkat maupun pulang kerja atau saat mesti berpindah menggunakan opsi transportasi tersebut.

Karenanya, imbauan ini bermaksud mensubsidi silang driver ojolKebanyakan memang membelikan makanan untuk driver penerima pesanan, tapi ada juga cara lain yang ditempuh.

"Kasih tips juga bisa banget," komentar salah satu pengguna Twitter.

Gerakan ini sudah disampaikan secara berantai oleh publik, salah dua di antaranya adalah travel blogger Kenny Santana dan travel writer Alexander Thian.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perbesar Empati

Di tengah pandemi corona COVID-19, publik berkali-kali saling mengingatkan untuk memperbesar empati agar bisa sesegera mungkin melalui waktu-waktu buruk seperti sekarang. Senada dengan gerakan membelikan makanan untuk driver ojol, imbauan serupa juga disuarakan fotografer Edward Suhadi.

Lewat video telur ceplok, ia mengimbau publik untuk tak melakukan panic-buying dan menjelaskan apa saja bahaya perilaku tersebut. "Padahal makan sama telur ceplok sudah bikin merem-melek," tulisnya.

Edward juga mengajak publik memperbanyak gerak swadaya, saling bantu, serta menjaga lingkungan rumah dan kantor. Juga, daripada uangnya dihabiskan untuk memberi berbagai macam barang secara berlebihan, lebih baik digunakan membantu sekitar.

"Kasih tips lebih, nggak usah (ambil) kembalian, samperin tanya kebutuhan. Perbesar empati. Kontribusi daripada caci-maki," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.