Sukses

Tangan Terampil Pria Warga Binaan Lapas Cipinang Mencanting di Atas Pola Batik

Mencanting di atas batik bagi warga binaan Lapas Cipinang adalah sarana terapi menenangkan diri.

Liputan6.com, Jakarta -  Raut wajahnya tegas dengan bentuk muka cenderung kotak. Suaranya berat, tetapi tutur katanya halus. Ia menyebutkan namanya. Rivan, seorang warga binaan yang baru tinggal enam bulan di Lapas Cipinang.

Lelaki asal Pulau Sumatera itu sekitar tiga bulan terakhir membatik. Ia menekuni keterampilan mencanting, pelajaran yang diperolehnya dari rekan sesama warga binaan di lapas tersebut.

Saat ditemui di stand Kemenkumham, ia sedang menunjukkan keahliannya. Jari tangan panjangnya terlihat lihat menyendokkan malam dan membubuhkannya pada kain mori putih yang sudah berpola chakra.

"Saya hanya mencanting. Yang menggambar teman yang lain," kata pria berusia 30 tahun itu di area Jakcraft 2019, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (25/11/2019). 

Butuh waktu sebulan untuk menguasai teknik mencanting batik. Menurut Rivan, kesulitan utama adalah mengatur kecepatan tangan agar malam tak meleber ke atas kain. Begitu lilin diangkat dari atas wajan kecil dengan api kompor terus menyala, harus segera dioleskan karena lilin cepat membeku.

Namun, juga tak bisa terlalu cepat. Lilin yang masih encer bisa mudah meleber ke mana-mana. Jika tak rapi, ia harus melorotnya agar bisa lebih rapi. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses mencanting di atas kain berukuran 2mx6m itu mencapai dua minggu.

"Sebulan paling menyelesaikan satu kain," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terapi Menenangkan Diri

Ia mengaku proses menyelesaikan satu kain batik tulis bisa mencapai sebulan hingga dua bulan. Setelah mencanting, batik harus melewati proses pewarnaan yang bisa sampai enam tahap. 

Batik berlabel Pinangsari itu biasanya dijual di pameran. Harganya mencapai Rp650 ribu. 

"Kalau enggak ada pameran seperti ini, susah ngejualnya. Kalau enggak, hanya dijual ke tamu yang datang. Misal, ada kunjungan dari Kemensos, Dinsos, tapi kan itu terbatas," katanya. 

Bila laku terjual, ia baru dapat bagian. Selama belum ada pembeli, ia terus menyetok barang. Ada sekitar 14 warga binaan yang juga membatik sepertinya di Lapas Cipinang.

"Saya membatik supaya ada keterampilan setelah keluar nanti. Terserah apa nanti dipakai atau enggak," ujar Rivan.

Selain itu, membatik, khususnya mencanting, bisa menenangkan pikirannya. Pasalnya, mencanting butuh ketenangan agar bisa menyelesaikannya dengan baik. Sebelumnya, ia mengaku tak bisa belajar keterampilan apapun saat masih tinggal di Rutan Salemba.

"Paling hanya ibadah salat aja," ucapnya.

Membatik hanya salah satu dari 20 unit workshop yang tersedia di Lapas Cipinang. Masih ada workshop melukis, membuat kerajinan tangan dari kulit, dan lainnya yang produknya ikut ditawarkan di Jakcraft. Pameran kerajinan tangan itu berlangsung di Balai Kota DKI Jakarta mulai hari ini hingga Kamis, 28 November 2019.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.