Sukses

Menghapus Pilu Petani Jambi, Menjaga Komitmen Penyelesaian Konflik Agraria

Liputan6.com, Jakarta - Konflik agraria dan perampasan lahan di Indonesia dari tahun ke tahun seolah tak pernah usai. Belakangan, konflik serupa terjadi di desa Betung, Petanang dan Desa Pematang Raman, Jambi, dengan diserobotnya lahan petani yang diduga dilakukan oleh perusahaan swasta.

Hal tersebut disampaikan Presedium Komite Penyelamat Ideologi, Politik, dan Organisasi Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (KP-IPO LMND), Mesak Habari, dalam konferensi pers bersama petani di Jakarta, Sabtu, (4/2/2023).

"Konflik agraria dan penyerobotan lahan petani Jambi ini sudah berlarut-larut dan belum ada penanganan serius dari pemerintah sebelum ini," kata Mesak.

Mesak menambahkan, setelah melakukan aksi jalan kaki menuju Jakarta, dan melakukan orasi politik di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, petani sempat membuka perkemahan satu malam sebelum akhirnya diterima untuk audiensi.

Dalam audiensi tersebut, jelas Mesak, pihak Kementerian akhirnya mengeluarkan beberapa rekomendasi antara lain; akan berkomitmen melakukan penegakkan hukum terhadap perkebunan yang tidak menjalankan amanat Undang-undang.

"Alhamdulillah kita sangat mengapresiasi pihak Kementerian dalam hal ini Sekjen KLHK karena setelah berdialog mereka komitmen akan melakukan penegakkan hukum kepada perusahaan yang tidak patuh Undang-undang," tambah Mesak.

Tidak hanya menegakan hukum, Kementerian kata Mesak, juga berjanji akan memfasilitasi pertemuan antar petani dan perusahaan terkait dalam waktu dekat ini serta memberikan akses legal terhadap perhutanan sosial kepada petani.

Mesak mengaku, KP-IPO LMND akan terus mengawal konflik-konflik agraria yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia dengan melakukan advokasi-advokasi langsung terhadap rakyat yang tanahnya dirampas oleh korporasi.

Karena menurutnya, ketimpangan yang terjadi di Indonesia sedikit banyak disokong oleh minimnya kepemilikan atas lahan oleh petani akibat tingginya angka perampasan.

"Jambi ini bukan konflik agraria satu-satunya. Yang terbaru juga terjadi di Siantar, Sumatera Utara, di Manado, di Jawa dan wilayah-wilayah lain. Dalam konflik-konflik ini petani selalu direpresi," kata Mesak lagi.

Suasana haru sempat mewarnai konferensi pers ketika ibu Ani, salah satu petani menyampaikan keluh kesahnya selama melakukan aksi jalan kaki hingga tuntutan-tuntutannya didengar pemerintah.

"Kami sangat berterimakasih sudah dikawal KP-IPO LMND. Tanpa keterlibatan mereka, saya tidak tahu apakah tuntutan kita bisa didengar atau tidak. Saya juga ingin seperti warga negara yang lain, hidup bahagia dan punya tanah," katanya sambil menahan isak tangis.

Saat dikonformasi secara bersamaan, koordinator lapangan aksi, Cristian Napitupulu turut mengapresiasi antusiasme massa LMND yang ikut serta aksi jalan kaki dari Serang menuju Jakarta.

Cristian mengaku, tanpa dorongan dan solidaritas kawan-kawan, apa yang menjadi tuntutan petani akan sulit diakomodir pemerintah.

"Kami sangat berterimakasih kepada LMND yang sudah ikut mengawal. Perjuangan ini penuh derita dan air mata. Sebuah pilihan yang harus dilakukan petani karena pemerintah tidak segera turun tangan," katanya.

Cristian pun berharap, janji yang diutarakan pemerintah dapat direalisasikan supaya kriminalisasi terhadap petani dapat dihentikan dan reforma agraria bisa ditegakkan untuk petani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.