Sukses

Hati jadi Tenang, Ustadz Adi Hidayat Ungkap Alasan Kenapa Dzikir Bilangannya Banyak

Allah SWT menerangkan manfaat dzikir di antaranya menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan tenteram

Liputan6.com, Cilacap - Secara bahasa, dzikir ialah menyebut dan mengingat. Sedangkan secara istilah ialah mengingat dan menyebut Allah SWT dengan cara menyebut nama atau sifat-sifatnya secara berulang-ulang.

Allah SWT menerangkan manfaat dzikir di antaranya menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan tenteram. Firman Allah:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ  

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS. Ar-Ra’du : 28).

Ustadz Adi Hidayat atau lebih populer dengan sapaan UAH menerangkan tentang dzikir. Di antara yang beliau sampaikan ialah tentang alasan dzikir itu bilangannya banyak.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Alasan Bilangannya Banyak

Ustadz Adi Hidayat menerangkan alasan dzikir itu bilangannya tidak sedikit namun banyak. Menurutnya,  sebagaimana disampaikan oleh gurunya bahwa dzikir dengan lisan itu hati harus ikut nyambung dengan yang kita ucapkan.

Padahal menyambungkan antara yang kita ucapkan dengan hati itu bukan perkara yang mudah, melainkan sangat sulit.

Oleh sebab itu, untuk mengupayakan ketersambungan hati dan lisan yang sangat sulit ini, maka bilangan dzikir itu tidak sedikit tapi banyak.

Tujuannya tiada lain untuk mengupayakan ketersambungan lisan dan hati dengan bacaan yang diulang-ulang. 

“Sedikit saya berbagi yang guru-guru kami ajarkan itu kalau Dzikir pakai lisan itu hatinya mesti nyambung,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @salfianicreator0290, Sabtu (18/01/2025).

“Karena itu kenapa bilangannya banyak, untuk melatih hari sampai nyambung," tegasnya.

3 dari 3 halaman

Adab-adab dalam Berdzikir

Mengutip NU Online, adapun adab-adab berdzikir sebagimana tertera dalam kitab Maslak al-Akhyâr adalah sebagai berikut,

Pertama, tidak mengerjakan dzikir-dzikir yang sunnah sedangkan amalan yang wajib belum dikerjakan. Adapun amalan yang wajib adalah seperti menuntut ilmu, menunaikan qadha shalat ketika punya utang shalat, dan sebagainya. Rukun ini penting kita perhatikan karena seringkali kita melakukan amalan sunnah, apa pun itu selain membaca dzikir, padahal amalan wajib kita tinggalkan. Kita sibuk mendalami aliran tarekat tapi perkara fardhu seperti shalat serta rukun dan syaratnya kita sepelekan.

Kedua, jangan mengubah lafaz-lafaz dzikir atau mengganti huruf, dan bacalah sesuai dengan panjang pendeknya. Meskipun, sebenarnya bacaan sesuai dengan kaidah tajwid hanya diwajibkan ketika membaca Al-Qur’an. Sedangkan ketika berbicara bahasa Arab, membaca doa, dan syair, pelaksanaan aturan demikian tidak wajib. Namun, memperhatikan panjang-pendek, lafaz, dan huruf-hurufnya, merupakan sebuah ikhtiar seseorang dalam menjaga adab saat berdzikir, apalagi bila lafaz dzikir atau doa itu memang bersumber dari Al-Qur’an. Baca Juga

Ketiga, mengetahui makna dan arti doa yang dibaca. Dengan mengetahui makna doa yang kita baca kita akan lebih menghayati dan meresapi doa tersebut. Sehingga bukan hanya lisan saja yang bekerja, akan tetapi hati pun turut membantu.

Hal ini berbeda dengan membaca Al-Qur`an yang meski tidak tahu arti teks yang dibaca, kita tetap mendapatkan pahala.

Keempat, makan makanan yang halal. Hal tersebut dikuatkan dengan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kitab Shahîh Muslim:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم. أيها الناس إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا،ً وإن الله أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين فقال: يا أيها الرسل كلوا من الطيبات واعملوا صالحاً إني بما تعملون عليم. وقال: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ. ثم ذكر الرجل يطيل السفر، أشعث أغبر، يمد يديه إلى السماء يا رب يا رب، ومطعمه حرام، ومشربه حرام، وملبسه حرام، وغذي بالحرام، فأنى يستجاب لذلك

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan sungguh Allah memerintahkan orang-orang mukmin sebagaimana yang telah diperintahkan kepada para rasul.” Lalu Allah berfirman, “Wahai para rasul, makanlah hal-hal yang baik, bekerjalah dengan benar sesungguhnya Aku Mahatahu dengan apa yang kalian kerjakan.” Dan Allah pun berfirman, “Wahai orang beriman makanlah hal baik yang telah Kami berikan pada kalian” (QS al-Baqarah: 172).

Kemudian Nabi bercerita tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, sambil menengadahkan tangannya ke langit berkata, “Wahai Tuhan, Wahai Tuhan,” sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan kenyang dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin ia akan dikabulkan permohonannya’” (HR Muslim).

Kelima, disunnahkan menghadap kiblat dan dalam keadaan suci dari hadats dan najis saat berdoa atau berdzikir. Selanjutnya adalah melaksanakannya dengan mengkhusyukkan hati dan tadlarru’ (merendahkan diri).

Sayyid Utsman menafsirkan tadlarru’ di sini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat al-A’raf ayat 55:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS al-A’raf: 55).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul