Sukses

Naskah Khutbah Jumat : Mewujudkan Generasi Berkarakter Qur'ani

Membekali anak dengan ilmu dan keterampilan memanglah penting, Namun mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter juga tidak boleh dikesampingkan.

Liputan6.com, Jakarta - Naskah khutbah jumat kali ini dapat menjadi pengingat bagi orangtua bahwa memiliki anak adalah kurnia yang demikian agung. Akan tetapi, bangga semata dengan mempunyai buah hati adalah tidaklah cukup.

Hal yang paling penting dilakukan adalah memastikan bahwa anak telah dididik dengan baik yaitu dengan mewujudkan karakter qur'ani. Karakter ini sangatlah penting untuk diterapkan agar kelak anak dapat menjadi generasi yang membanggakan.

Ilmu dan keterampilan memanglah menjadi bekal yang penting bagi anak, namun demikian mendidik karakter anak juga tidak boleh dikesampingkan. 

قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ}

Nabi SAW bersabda: “Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.” (HR At-Tirmidzi dan Al-Hakim)

Berikut merupakan naskah khutbah jumat yang dimuat dari laman NU Online Jatim. Materi khutbah ini ditulis oleh Ustadz Muhammad Fashihuddin, Alumni Ma’had Aly UIN Malang dan aktif di PAC GP Ansor Kalidawir, Tulungagung.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Khutbah I

لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْن، فَلَا عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْن

أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْن، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْن

اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْن، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْن. وَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِي اْلقُرْآنِ الْكَرِيْم: رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْن. فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيْم. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْم 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri dan kepada jamaah semua, untuk senantiasa meningkatkan kualitas takwa kita kehadirat Allah Subhanahu wa Taala. Sebab dengan takwalah, hidup kita menjadi terarah, hidup kita menjadi teratur, hidup kita penuh dengan solusi ketika dihadapkan dengan sebuah masalah.

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Ketika seseorang membangun rumah tangga melalui bahtera pernikahan, tentu yang diharapkan selain memperoleh sakinah dalam keluarganya, adalah mendapatkan keturunan seorang anak. Dan sebejat-bejatnya orang tua, pasti di benak hatinya selalu menginginkan anak yang shalih. Seburuk-buruknya orang tua, pasti mengharapkan putra-putrinya berada di jalan yang benar, yang diridhai oleh Allah. Cukuplah keburukan dan kejelekan tersebut berhenti pada orang tuanya, tidak pada anak-anaknya. Untuk itu, mengharapkan anak shalih saja tidaklah cukup, melainkan harus ada ikhtir menuju tujuan tersebut. Anak yang shalih adalah anak yang berkarakter qur’ani.

Hadirin Rahimakumullah

 Pendidikan karakter qur’ani pada anak, sebenarnya telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an melalui sejumalh ayat. Bahkan, pendidikan tersebut tidak hanya dapat dilakukan ketika anak sudah lahir, melainkan ketika masih menjadi janin dalam kandungan ibu, anak sudah dapat dididik. Mari kita lihat kisah Sayyidah Hawwa’, ketika sedang mengandung, Al-Qur’an mengisyaratkannya sebagai berikut: 

.... فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيْفًا فَمَرَّتْ بِهِ، فَلَمَّآ أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشَّاكِرِيْنَ

Artinya: Ketika Sayyidah Hawwa’ setelah dikumpuli oleh Nabi Adam, maka iapun hamil pada usia muda, ia berlari-lari kecil. Dan ketika kandungannya memasuki usia tua, keduanya berdoa kepada Allah: Jika Engkau memberikan kami anak yang shalih, maka sungguh kami akan termasuk dari golongan orang-orang yang bersyukur. (QS. Al-A’raf: 189).

Ayat di atas menunjukkan dua kondisi: Pertama, ketika Sayyidah Hawwa’ sedang hamil usia muda, maka waktu-waktu yang dijalaninya juga masih ringan, seperti halnya perempuan yang sedang tidak hamil. Namun, kata “famarrat bihi” ini juga dapat diartikan dengan “berlari-lari kecil”. Untuk itu, ibu hamil memang dianjurkan untuk bergerak-gerak ringan, untuk menjaga kesehatan janin. Lagi-lagi, Al-Qur’an selangkah lebih maju daripada penelitian kedokteran yang berkembang sekarang.

Kedua, ketika Sayyidah Hawwa’ memasuki usia kehamilan pada bulan-bulan tua akan melahirkan, apa yang ia dan suaminya lakukan? Yakni berdoa kepada Allah, dengan harapan agar keduanya dikaruniai anak yang shalih. Lagi-lagi, Al-Qur’an memerintahkan kepada orang tua, untuk berdoa bagi anak yang masih dalam kandungan. Ini artinya, janin dapat mendengar dan merespons apa saja yang diucapkan dan diperdengarkan oleh sekitarnya, termasuk doa dari sang ibu.

3 dari 4 halaman

Lanjutan Khutbah Pertama

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Betulkah doa dapat didengar dan mempengaruhi janin? Mari kita buktikan bersama. Tidak perlu jauh-jauh. Tradisi yang berkembang di tengah masyarakat Jawa, ketika sedang mengandung adalah melakukan ritual doa dan bersedekah kepada masyarakat sekitar. Tradisi ini sering disebut dengan istilah “Tingkepan” atau “Mitoni”, yang dilakukan ketika usia kandungan telah memasuki usia 7 bulan. Ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan, tidak lain adalah berdoa kepada Allah agar dikaruniai putra-putri yang shalih, yang sebenarnya, janin dalam kandungan dapat merespons atas kehadiran ikhtiar doa-doa tersebut. Dan hingga sekarang, tradisi ini masih berlaku, bahkan nilai-nilai di dalamnya sejalan dengan Al-Qur’an.

Maka dari itu, khatib mohon dengan sangat kepada seluruh jamaah, terutama ketika ada ibu sedang mengandung, jauhi janin untuk diperdengarkan hal-hal yang kurang baik, seperti halnya suara dangdutan, suara tv, dan lainnya yang tidak berfaedah. Justru, orang tua sering-sering membacakan Al-Qur’an di sisinya, membacakan shalawat, dan selalu diperdengarkan ucapan-ucapan baik dan positif, yang nantinya dapat direkam melalui pendengaran janin. Respons janin tersebut telah Allah takdirkan dan isyaratkan melalui ayat Allah berikut: 

... وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ....

 Artinya: ... Dan Allah telah menjadikan pada kalian (janin) berupa pendengaran, penglihatan, dan hati nurani...  (QS. Al-Nahl: 78)

Jamaah Muslimin yang Berbahagia

Inilah langkah awal untuk mendidik anak sejak dini, yakni sejak dalam kandungan. Kita selalu berikhtiar agar kelak anak-anak kita menjadi pribadi yang shalih dan senantiasa teguh pada agamanya. Untuk itu, ikhtiar-ikhtiar dan doa-doa baik harus selalu kita panjatkan, semoga Allah memberikan ijabah doa kepada kita semua. Amin ya rabbal alamin. 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْم. وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ، وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْ

4 dari 4 halaman

Khutbah II

اَلحمْدُ للهِ حَمْدًا كما أَمَرَ. أَشْهدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِرْغامًا لِمَنْ جَحَدَ بِه وكَفَرَ، وأَشْهَدُ أَنَّ  سَيّدَنا محمَّدًا عَبدُهُ ورسُولُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ. اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنَا محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَا اتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ أَمَّا بَعْدُ: فيَآ أَيُّهاالنّاسُ، اتَّقُوا اللهَ تَعَاَلى.َقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيِّدِنا محمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا محمَّدٍ

 اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا والزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً، وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرُ

Saksikan Video Pilihan ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.