Sukses

Mengapa Bulan setelah Sya’ban Disebut Ramadhan?

Terkait bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan tiba kerap muncul pertanyaan: Mengapa bulan setelah Sya’ban disebut Ramadhan?

Liputan6.com, Cilacap - Bulan Sya’ban sebentar lagi akan berakhir. Bulan setelahnya ialah Ramadhan. Lalu kapan Ramadhan 2024?

Menukil laman NU Online, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH Sirril Wafat memprediksi 1 Ramadhan 1445 H/2024 M bertepatan dengan hari Selasa, 12 Maret 2024.

Berbeda dengan Nahdlatul Ulama, organisasi Islam Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 2024 lebih dahulu. Awal Ramadhan ditetapkan melalui Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah 1445 Hijriah.

Berdasarkan maklumat tersebut, PP Muhammadiyah menetapkan awal puasa Ramadan 1445 H/2024 M jatuh pada Senin, 11 Maret 2024. Penetapan 1 Ramadhan oleh Muhammadiyah menggunakan motode hisab.

Terkait bulan Ramadan yang sebentar lagi akan tiba kerap muncul pertanyaan: Mengapa bulan setelah Sya’ban disebut Ramadhan?

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Arti Ramadhan Secara Lughat

Menukil NU Online, Ramadhan adalah nama bulan yang sudah dikenal, baik oleh kaum muslim, maupun non muslim. Ramadhan adalah salah satu nama bulan ke-sembilan dalam sistem kalender Hijriah, yakni nama bulan yang berada di antara bulan Sya'ban dan bulan Syawal.

Ramadhan oleh Rasulullah digelar sebagai "Sayyid al-Syuhur” (penghulu bagi bulan-bulan lainnya). Ramadhan merupakan bulan yang paling utama dibandingkan bulan-bulan lainnya, lalu bulan Muharram, kemudian bulan Rajab, selanjutnya Dzulhijjah, kemudian bulan Dzulqa'dah, kemudian bulan Sya'ban, lalu bulan-bulan sisanya.

Karena keutamaannya itulah maka menurut seorang ahli hadits, yakni Ibnu Hajar, bahwa berharap agar Ramadhan lekas berlalu tergolong dosa besar.

Kata "Ramadhan" (رمضان) dalam bahasa Arab adalah kata benda berbentuk tunggal yang huruf terakhirnya tidak boleh diberi tanda baca tanwin, yang dalam ilmu tata bahasa Arab disebut dengan isim ghairu munsharif (kata benda yang huruf akhirnya tidak menerima tanwin).

Ada dua alasan mengapa kata Ramadhan tidak diberi tanda baca tanwin yaitu al-'alamiyyah (bersifat nama) dan al-ziyadah (ada tambahan huruf alif dan nun pada akhir katanya). Kata Ramadhan ini dengan demikian berasal dari kata "al-Ramdlu" (الرمض) yang berarti menjadi terbakar karena panas yang amat sangat dari batu-batu kerikil yang panas (الرمضاء). 

Adapun bentuk jamak dari kata "Ramadhan" (رمضان) adalah ramadlanat (رمضانات), ramadlanin (رمضانين), armidlatun (أرمضة), ramadl (رماض), armadlu (أرمض), aramidlu (أراميض), ramadla (رماضى), dan al-Jauhari menambahkan armadla' (أرمضاء).

3 dari 3 halaman

Alasan Bulan setelah Sya’ban Disebut Ramadhan

Ada beberapa alasan mengapa bukan setelah Sya'ban disebut Ramadhan, yaitu:

Pertama, bahwa bangsa Arab saat menukil nama-nama bulan dari bahasa kuno, mereka menamainya dengan satu peristiwa yang terjadi pada masa itu, maka bulan Ramadhan ini bersesuaian dengan masa panas ketika itu.

Sehingga kata "Ramadhan" (رمضان) adalah derivat dari kata "al-ramdla'" (الرمضاء) yang berarti "bebatuan yang panas (الحجارة الحارة)." 

Kedua, dinamakan Ramadhan karena panasnya perut orang yang berpuasa sebab menahan lapar dan dahaga pada waktu tersebut. 

Ketiga, dinamakan Ramadhan karena dosa-dosa dibakar hangus dengan hati yang panas. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik radliya Allahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu' alaihi wa sallama, bersabda, 

إنما سمي رمضان لأنه يحرق الذنوب (الذر المنثور ١٨٣/١) 

"Dinamakan Ramadhan karena ia membakar dosa-dosa." 

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan hal itu adalah bahwa disyariatkan untuk berpuasa pada bulan Ramadhan, bukan pada bulan selainnya, agar maknanya cocok dengan namanya. 

Keempat, bahwa di antara kebaikan bulan Ramadhan itu seperti al-Ramdlu, yaitu المطر إذا كان في آخر القيظ وأول الخريف. (apabila hujan terjadi pada akhir musim panas dan awal dari musim semi).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.