Sukses

Saat Gus Iqdam Salah Mengartikan Dawuh Guru KH Nurul Huda Djazuli, Akibatnya Begini

Ini kesalahan Gus Iqdam yang pernah diperbuat sepulang mondok di Ponpes Al Falah Ploso

Liputan6.com, Jakarta - Santri yang baik adalah, santri yang melaksanakan perintah atau dawuh dari gurunya. Ternyata Gus Iqdam pernah salah mengartikan dawuh gurunya.

Dalam salah satu pengajiannya, pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah ini berkisah, gurunya di Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri, KH Nurul Huda Djazuli pernah dawuh 'Santri Ploso nek ora dadi wong alim, ya jadi orang kaya'.

Gus Iqdam ternyata menelan mentah-mentah dawuh tersebut. Ia berfikir sebagai santri Ploso, dipastikan jadi orang alim, atau orang kaya raya. Tanpa usaha keras, dan cukup tiduran saja, karena sudah dijamin gurunya

"Pulang mondok kemlelet, tura turu. Saat itu saya gak paham maksud guru saya. Masih tolol kaya kamu itu loh," ujar Gus Iqdam seperti dalam unggahan akun TikTok @seneng_ngaji.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gus Iqdam Dimarahi Ayahnya

Akibat bermalas-malaan gus yang kini memiliki jemaah super banyak itu sampai dimarahi ayahnya.

"Abah saya sampai marah-marah. Dam Dam, mbok jamaah, mbok pisan pisan ganteni ngimami," ujar Gus Iqdam menirukan ucapan mendiang ayahnya.

"Tak batin, abahku kok koyo wong ra yakin, wong aku saking mantepe karo guruku, nek ra dadi kiai yo dadi wong sugih," ungkap Gus Iqdam yang menuduh ayahnya gak paham ucapan Mbah Kiai Nurul Huda Djazuli.

"Dadi yo tenang ae aku, nang ngarep griyo kulo, onten mushola, wong adzan yo kari tak komentari. Sopo iki sing adzan suara kok elek, gantinen," kata Gus Iqdam yang kala itu senang mengomentari suara adzan di mushola, meski koementar ioa tetap tidak mendekat ke mushola itu.

 

3 dari 4 halaman

Senang Komentari Orang Adzan

Ia mencontohkan jika Jebor yang adzan, maka ia akan berkomentar. "Misale Jebor, prei o bor lek adzan, suara dangdutan kok adzan," yang artinya 'libur adzan saja wong suaranya kaya mirip orang dangdutan kok adzan'.

Kelakuan ngawur dan semaunya ini ternyata karena saking percaya dan mantapnya kepada perkataan guru. Ternyata lama-kelamaaan Gus Iqdam mulai sadar, jika yang dilakukannya salah besar.

"Ternyata saya salah, maksude guru itu bukan itu yang dilakukan, tidur-tiduran bermalas malasan. Kita harus ikhtiar, bagaimana kita bisa gantikan guru kita saat di rumah serta bagaimana menjaga marwah gurunya," ungkapnya.

4 dari 4 halaman

Titik Balik Kesadaran Dawuh Gurunya

Titik balik kesadaran Gus Iqdam tumbuh saat ayahnya memberikan ucapan "Kok ono santri Ploso koyo kowe tura turu, mugo-mugo Mbah Kiai Djazuli ora kecewa due santri koyo awakmu"

Yang kira-kira artinya, kok ada santri Ploso seperti kamu, tiduran terus. Semoga mbah Kiai Djazuli tidak kecewa memilik santri seperti dirimu.

"Langsung mak thek, ingah ingih, tak iling iling, suwe suwe kok nangis nangis dewe, terenyuh terenyuh dhewe, wedi wedi dhewe, wedi kuwalat dhewe," ujar Gus Iqdam ketakutan saat mendengar ucapanabahnya takut kuwalat sama gurunya.

"Akhirnya saya baca-baca ngaji, ada kiai NU, makna Kiai NU naibun 'ani al-masyaik, berarti aku neng omah kudu bisa ganti posisi kiai mbah Djazuli di rumah. Mbah Kiai Djazuli di Ploso ngaji ngadep dampar, aku yo minimal kudu ngadep dampar (tempat menaruh kitab)," kata Gus Iqdam.

"Mulai dari situ, saya langsung merintis Sabilu Taubah, dari tujuh orang, kalau keingat tujuh orang itu bikin pegel garangan-garangan. Tujuh orang ini masih aktif ngaji sampai sekarang, tapi ya belum tobat-tobat," ujarnya.

"Kalau kita naibun 'ani al-masyaik, menggantikan guru kita, atau menjaga marwahnya, Gusti Allah masya Allah akan mengangkat derajatnya. Barokahe santri kui, potensi iman, lan barokahe ya santri itu, nggak mungkin kalau bukan santri akan ditingkatkan keimannnya," terangnya.

Gus Iqdam dalam kesempatan tersebut mengingatkan tidak boleh berleha-leha. Apalagi mahasiswa dari kampus, Fakultas Pendidikan Agama Islam, harus bisa bermanfaat di tengah masyarakat dan menjaga marwah kampus.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.