Sukses

Momen Kocak Gus Iqdam Mati Gaya Disuruh Ceramah di Depan KH Said Aqil Siradj dan Gus Kautsar

Gus Iqdam beberapa waktu lalu diberikan kesempatan untuk memberikan ceramah singkat di depan para Kiai dan Gus. Hadir di tengan-tengah beliau yaitu, KH Said Aqil Siradj, Gus Kautsar, Gus Fahim, Gus Helmi, Ustadz Yusuf Mansur dan lain sebagainya.

Liputan6.com, Jakarta - Dai muda NU Muhammad Iqdam Kholid alias Gus Iqdam beberapa waktu lalu diberikan kesempatan untuk memberikan ceramah singkat di depan para Kiai NU dan Gus.

Hadir di tengan-tengah beliau yaitu, KH Said Aqil Siradj, Gus Kautsar, Gus Fahim, Gus Helmi, Ustadz Yusuf Mansur dan lain sebagainya.

Hadir pula dalam pertemuan itu Ibu Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah. Gus Iqdam mengaku ada perasaan yang sangat berbeda ketika dirinya berbicara di depan para kiai dan Gus itu.

Beliau merasa ada sedikit rasa kurang nyaman, sebab yang ia hadapi kini tidak sebagaimana jemaahnya itu. Beliau mengaku hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Boleh dibilang, Gus Iqdam mati gaya alias mati kutu di depan para kiai dan guru-gurunya. Dia juga mesti mengerem ucapan-ucapan khasnya yang 'slengekan', seperti garangan, dan lain sebagainya.

“Yang jelas ini beda dengan jamaah saya. Biasanya kalau saya ngaji itu bilang jamaah saya garangan. Tapi tiba-tiba di sini menjadi terkunci otomatis. Dan ini mas Helmy paling hebat, jadi saya tidak pernah pegang mix di depan gus-gus saya, baik itu Gus Wahim maupun Gus Kautsar. Ini sangat terpaksa sekali,” kata Gus Iqdam dikutip dari tayangan YouTube Santri Tolol, Senin (10/10).

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Enaknya Jadi Orang NU

Meski begitu, karena sudah diperintahkan, Gus Iqdam tetap memberikan ceramahnya. Topik yang dibawakannya ringan.

Gus Iqdam menjelaskan perihal enaknya menjadi warga Nahdlatul Ulama (NU). Menurutnya di NU itu enak, sebab dalam kondisi apapun kita masih dalam naungan doa para Kiai. Ini yang telah menjadi tradisi sejak dulu.

“Yang jelas saya tidak berani bilang apa-apa. Yang jelas di NU itu enak, hidup berangkat ngaji atau tidak berangkat kita mendapatkan doa. Mesti di doakan iya tidak? Jami’il muslimin wal muslimat. Itu Nu itu setiap habis shalat. Itu NU, kalau lainnya NU kan tidak orang salaman saja takut,” jelasnya.

“Jadi di NU itu enak, matipun kita didoakan. Bahkan orang burukpun dimandikan. Jadi kalau selama hidupnya belum baik tenang saja Insya Allah ada yang merawat sampai mati dan terus mendapatkan doa Insya Allah,” imbuh Gus Iqdam dengan nada bercanda.

3 dari 4 halaman

NU Identik dengan Sanad

Selain itu, beliau juga mengungkapkan bahwa NU itu memiliki tradisi mempertahankan sanad keilmuan. Dalam menuntut ilmu, perihal kesinambungan sanad di NU ini sangat penting. Hal ini menurutnya sehingga ia kini memperoleh keberkahan yang sangat luar biasa.

“NU itu identik dengan sanad. Laulas sanad la qala man sya’a ma sya’a, jikalau tanpa sanad sekarang banyak orang pinter-pinter ngomong tapi tanpa sanad. Saya ini tidak pinter, saya ini tidak alim, tapi karena sanad keilmuan saya mondok ini alhamdulillah lumayan jelas. Saya mondok di pesantren Al-Falah Ploso dan Alhamdulillah ada Ning Lirboyo yang ketipu saya,” jelasnya.

Gus Iqdam mengaku bahwa pengajiannya yang dibanjiri jemaah yang jumlahnya mencapai puluhan ribu ini juga berkah dari sanad keilmuan yang jelas.

“Jadi alhamdulilah Mbah Yai, bukan takabur atau apa, saya ada apa-apa yang bilang ke Gus Kautsar, ini tahaduts bin ni’mah. sekarang usia saya 30 tahun, alhamdulillah setiap malam selasa di rumah saya ini rutinan itu selalu hadir orang 20 ribu itu tandap diundang. Kalau ada Happy Asmara bisa 50 ribu. Ya itu semua karena barokah sanad keilmuan. Makanya Kiai-kiai NU itu dari dulu ya, doanya tidak begitu jelas, nggremeng, tapi itu ya barokahnya luar biasa. Karena segala sesuatu itu ada sanad keilmuannya,” jelasnya.

4 dari 4 halaman

Pilih Ustadz yang Jelas Sanad Keilmuannya

Selain itu, ia juga berpesan agar hati-hati dalam memilih pengajian dan selektif dalam memilih Ustadz. Sebab kini banyak bermunculan ustadz-ustadz namun tidak jelas sanad keilmuannya ini.

“Jadi di Jakarta ini kota metropolitan jangan sampai kalilan semua ini takut salah memilih pengajian, salah memilih ustadz yang paling penting dilihat dulu sanad keilmuannya, itu identik ciri khasnya ya seperti itu,” katanya.

Beliau juga menegaskan kalau dirinya telah mendapat restu dan dukungan dari para Kiai NU perihal kegiatan pengajiannya.

“Di mobil tadi juga saya bilang, mohon izin bagaimana ini saya ngajinya kok sedikit. Sebagai santri Al Falah Ploso saya sangat malu, Ngaji saya dikit, orang kiai-kiai Ploso itu ngajinya kitab besar-besar dan banyak, saya cuma dikit ngajinya. Missal hadis ya dua hadis, tiga hadis gitu sudah, lainnya ya nyanyi,” jelasnya

“Tapi beliau-beliau ini tidak masalah. Orang bisanya seperti itu teruskan saja. Orang kenceng-kenceng juga tidak bisa. Alhamdulillah Kyai NU itu selalu menentramkan, menyenangkan bahkan selalu memberi peluang orang yang memiliki kapasitas apapun bisa Khidmah,” imbuhnya.

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.