Sukses

Hari Pahlawan 10 November, Ini 8 Muslimah Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan tidak terlepas dari pertempuran di Surabaya yang terjadi pascakemerdekaan Republik Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan tidak terlepas dari pertempuran di Surabaya yang terjadi pascakemerdekaan Republik Indonesia.

Kendati demikian, mengenang para pahlawan bukan hanya kepada tokoh-tokoh pejuang bangsa yang terlibat dalam pertempuran Surabaya 10 November 1945. Kita juga dapat meneladani perjuangan pahlawan sebelum atau setelah pertempuran Surabaya yang berperan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Ada banyak tokoh pahlawan yang berjuang untuk Indonesia dari berbagai latar belakang suku dan agama yang berbeda. Beberapa di antara tokoh tersebut adalah wanita muslim.

Mengutip laman resmi Masjid Istiqlal, terdapat delapan pahlawan muslimah yang tercatat ikut terlibat pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berikut daftarnya yang dilengkapi profil singkat.

1. Sultanah Safiatuddin

Sultanah Safiatuddin adalah putri tertua dari Sultan Iskandar Muda yang menjadi pemimpin wanita pertama di Kesultanan Aceh Darussalam. Di masa pemerintahannya, ia mengembangkan ilmu pengetahuan, menjaga stabilitas politik di tengah kolonialisme bangsa barat, membuat sistem pemerintahan yang efektif, mengatur komunikasi politik, dan memberikan zakat kepada masyarakat yang membutuhkan. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Cut Nyak Dien

Masih dari Aceh, Cut Nyak Dien adalah pahlawan wanita beragama Islam yang turut berjuang melawan penjajah secara langsung. Cut Nyak Dien berhasil meningkatkan moral semangat perjuangan Aceh dalam melawan penjajah.

Atas jasa perjuangannya untuk Ibu Pertiwi, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1962 oleh Presiden Soekarno melalui SK Presiden RI Nomor 106 Tahun 1964.

3. Raden Adjeng Kartini 

Namanya tentu sudah tidak asing lagi di telinga. Ya, Raden Adjeng Kartini atau RA Kartini secara khusus diperingati sosoknya setiap tanggal 21 April. 

RA Kartini adalah sosok pahlawan yang dikenal memperjuangkan emansipasi wanita Indonesia. Ia berjuang membela perempuan agar bisa mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki, salah satu hak yang diperjuangkan adalah kebebasan mengenyam pendidikan.

4. Opu Daeng Risaju

Famajjah atau dikenal sebagai Opu Daeng Risaju adalah pahlawan muslimah kelahiran Palopo, Sulawesi Selatan pada 1880. Sejak kecil ia sudah mengkaji Al-Qur’an dan mempelajari ilmu fikih. 

Pahlawan muslimah ini tercatat sebagai wanita yang berani menentang penjajahan Belanda. Ia turut membangkitkan dan memobilisasi para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap tentara NICA. 

Sebagai seorang yang tidak mengenyam pendidikan formal, Opu Daeng Risaju mengenal dan mempelajari bidang politik saat tergabung aktif sebagai anggota Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

3 dari 3 halaman

5. Rasuna Said

Pahlawan muslimah yang memperjuangkan hak-hak wanita lainnya adalah Rasuna Said. Ia lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada September 1910. Ia mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah sejak 1974.

6. Laksamana Malahayati

Keumalahayati atau Laksamana Malahayati adalah pahlawan muslimah yang dikenal sebagai tokoh perempuan ahli di medan perang. Ia kerap mewakili Sultan Aceh untuk melakukan perundingan damai dengan pihak Belanda. 

Laksamana Malahayati mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah pada 10 November 2017.

7. Siti Walidah

Siti Walidah adalah pendiri gerakan perempuan Aisyiyah. Nyai Ahmad Dahlan ini menjadi pahlawan yang berkiprah di ranah pendidikan, khususnya perempuan. Ia menjadi Pahlawan Nasional pada September 1971.

8. Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah

Sosok lain dari pahlawan wanita Islam adalah Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah. Ia adalah reformator pendidikan yang pantang menyerah dalam mempertahankan Sekolah Diniyah Putri di Padang Panjang, Sumatera Barat. 

Meski jarang terdengar namanya, namun perjuangannya patut diteladani khususnya oleh perempuan generasi masa kini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.