Sukses

Samina Wa Athona Artinya Kami Dengar dan Patuh, Pahami Maknanya

Samina wa athona artinya sesuai potongan surat an-Nur ayat 51, "kami dengar dan patuh."

Liputan6.com, Jakarta - Samina wa athona artinya apa? Samina wa athona memiliki arti "kami dengar dan patuh." Ungkapan ini merupakan potongan dari ayat 51 dalam surat an-Nur kitab suci Al-Qur'an. Ayat tersebut menyatakan bahwa orang-orang mukmin yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya akan mendapat keberuntungan.

"Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, (سَمِعْنَا وَاَطَعْنَ) “Kami mendengar, dan kami patuh (taat).” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. an-Nur ayat 51)

Samina wa athona adalah bentuk kepatuhan dan loyalitas yang berlandaskan pada iman dan takwa. Karakter seseorang yang memiliki sikap samina wa athona ditandai dengan kesetiaan mereka dalam melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT adalah Mahabenar dan tidak pernah salah. 

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang arti samina wa athona, Jumat (16/6/2023).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Artinya Kami Dengar dan Patuh

Samina wa athona adalah ungkapan Arab yang memiliki makna ketaatan seorang Muslim kepada pemimpinnya. Dalam tulisan Arab, samina wa athona ditulis sebagai (سَمِعْنَا وَاَطَعْنَ). Konsep ini merupakan bagian integral dalam kehidupan masyarakat Muslim dan memiliki pengertian yang beragam tergantung pada konteksnya.

Menurut buku berjudul Super Spiritual Quotient (SSQ): Sosiologi Berpikir Qur`ani dan Revolusi Mental yang ditulis oleh Dr. Syahrul Akmal Latif dan Alfin el Fikri-SSQ, samina wa athona dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai "kami dengar dan patuh." Artinya, seorang Muslim diharapkan untuk mendengarkan perintah dan petunjuk dari pemimpinnya dan melaksanakannya dengan patuh.

Dalam jurnal penelitian yang berjudul Konsep Sami’na Wa Ato’na dalam Hadis Nabi dengan Pendekatan Teori Dialektika Relasional (2022) karya Fitria Susan Meliyana, dikemukakan bahwa samina wa athona mempunyai makna yang lebih mendalam. Pemahaman secara tekstual samina wa athona artinya menyiratkan segala sesuatu yang didengar harus ditaati, terutama dalam hubungan antara individu dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW, yang merupakan perwakilan Allah SWT di dunia ini.

1. Absolut

Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa terdapat empat macam bentuk komunikasi yang memengaruhi arti samina wa athona. Pertama, ada bentuk komunikasi absolut, yaitu hubungan antara Tuhan dengan hamba-Nya. Dalam konteks ini, samina wa athona artinya mengacu pada ketaatan mutlak terhadap perintah Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, seseorang diharapkan untuk mendengarkan dengan penuh kesadaran dan patuh terhadap segala petunjuk-Nya.

2. Semi-Absolut

Kemudian, terdapat bentuk komunikasi semi-absolut, yaitu hubungan antara Rasulullah SAW dengan umat Muslim. Dalam hal ini, samina wa athona artinya mencerminkan ketaatan umat Muslim terhadap ajaran dan petunjuk yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Umat Muslim diwajibkan untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan melaksanakan ajaran-ajaran agama yang diberikan oleh Rasulullah SAW, sebagai tuntunan hidup yang benar.

3. Nisbi

Selanjutnya, terdapat bentuk komunikasi nisbi, yaitu hubungan antara pemimpin dengan rakyatnya. Dalam konteks ini, samina wa athona artinya menggambarkan kewajiban rakyat untuk mendengarkan dan mematuhi perintah pemimpin mereka dalam ranah yang sah dan patut. Seorang pemimpin yang adil dan bertanggung jawab diharapkan memberikan petunjuk yang baik dan memberi manfaat bagi rakyatnya, sementara rakyat diharapkan untuk mendengarkan dan melaksanakan perintah dengan penuh kesadaran.

4. Langsung

Terakhir, ada bentuk komunikasi langsung antara sesama rakyat. Dalam konteks ini, samina wa athona artinya merujuk pada pentingnya mendengarkan dan menghormati pendapat serta perintah sesama anggota masyarakat dalam rangka membangun kehidupan yang harmonis dan saling mendukung. Ketika ada petunjuk atau instruksi dari sesama rakyat, seseorang diharapkan untuk mendengarkan dengan baik, menghormati pendapat orang lain, dan melakukan tindakan yang sesuai dengan kebaikan bersama.

Secara keseluruhan, samina wa athona adalah sebuah ungkapan yang mencerminkan prinsip ketaatan dan tanggung jawab seorang Muslim terhadap pemimpinnya, serta ketaatan terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW. Makna dan pengaplikasiannya dapat berbeda-beda tergantung pada konteks komunikasi dan hubungan yang terjalin antara individu dengan pihak-pihak yang terkait, baik itu hubungan dengan Tuhan, Rasulullah, pemimpin, maupun sesama anggota masyarakat.

3 dari 3 halaman

Al-Qur'an Surat an-Nur Ayat 51

Samina wa athona adalah ungkapan ketaatan yang terdapat dalam Al-Qur'an, tepatnya dalam surat an-Nur ayat 51. Ayat ini berbunyi:

 

اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

"Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. an-Nur ayat 51)

 

 

Dalam konteks ayat ini, samina wa athona artinya suatu ungkapan yang mencerminkan sikap kepatuhan dan loyalitas seorang mukmin. Ketika mereka diajak untuk memperkarakan suatu masalah kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka dengan tulus dan sungguh-sungguh berkata: "Kami mendengar dan kami taat." Dalam hal ini, samina wa athona menjadi bukti dari ketaatan dan kepatuhan mereka sebagai umat Muslim.

Dalam buku berjudul Arah Pergerakan Pemuda NW (2021), samina wa athona dijelaskan sebagai suatu bentuk kepatuhan dan loyalitas yang berlandaskan pada iman dan takwa. Umat Muslim yang memiliki sikap samina wa athona memahami dan menerima dengan tulus apa yang Allah SWT perintahkan dan apa yang Rasulullah SAW sampaikan sebagai petunjuk hidup. Mereka mengikuti perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dengan sungguh-sungguh.

Bagaimana karakter seorang samina wa athona?

Dalam buku berjudul Menyongsong Masa Depan yang Cemerlang oleh Zailani dan Endang Rudiatin, karakter seseorang yang memiliki sikap samina wa athona ditandai dengan kesetiaan mereka dalam melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT adalah Mahabenar dan tidak pernah salah. Oleh karena itu, mereka dengan sungguh-sungguh berusaha untuk selalu melaksanakan perintah-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

Samina wa athona juga melibatkan aspek kepercayaan terhadap otoritas Allah SWT dan Rasulullah SAW. Seorang mukmin yang mengucapkan samina wa athona meyakini bahwa Allah SWT adalah Mahakuasa yang memiliki hikmah dalam setiap perintah-Nya, dan Rasulullah SAW adalah utusan-Nya yang membawa wahyu dan petunjuk-Nya.

Dalam esensi samina wa athona terdapat pemahaman yang dalam tentang pentingnya mentaati perintah dan petunjuk Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagai jalan menuju keberuntungan dan kesuksesan. Sikap samina wa athona adalah sama dengan cerminan dari rasa hormat, kepatuhan, dan kesetiaan seorang mukmin terhadap ajaran Islam dan otoritas yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.