Sukses

Asal Usul Penamaan Ramadhan dalam Islam, Pahami dari Sejarahnya

Ramadhan berasal dari kata Romadh yang artinya ialah panas menyengat atau membakar.

Liputan6.com, Jakarta Asal usul penamaan Ramadhan menjadi salah satu yang banyak dicari oleh umat Muslim. Secara bahasa, Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriah yang mana pada bulan ini seluruh umat Muslim diwajibkan menjalankan ibadah puasa.

Asal usul penamaan Ramadhan penting untuk diketahui umat muslim, sebab bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan bulan istimewa yang hanya datang satu tahun sekali. Pada bulan ini, semua tindakan yang dilakukan karena Allah SWT akan mendapatkan pahala dua kali lipat.

Dengan mengetahui asal usul penamaan Ramadhan, pengetahuan dan keyakinan umat Muslim akan meningkat. Bulan Ramadhan sendiri  akan berlangsung selama 29 hingga 30 hari penuh berdasarkan pengamatan hilal.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai asal usul penamaan Ramadhan dalam agama Islam yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (13/3/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Asal Usul Penamaan Bulan Ramadhan

Dikutip dari laman Kemenag, dalam Kitab Fathul Qadir Iman Syaukani menjelaskan sedikitnya ada dua alasan asal usul penamaan bulan Ramadhan jika ditilik dari akar katanya. Pertama, karena matahari bersinar lebih terik di bulan Ramadhan. Hal ini menjadikan kita lebih cepat untuk merasakan haus dan lapar.

Sedangkan yang kedua, kata Ramadhan diambil dari kata Ramadha-Yarmudhu yang berarti membakar. Sebab bulan Ramadhan mampu membakar kemaksiatan dosa manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi

“Barang siapa shaum Ramadhan dengan iman dan berharap pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Secara bahasa, Ramadhan berasal dari kata Romadh yang artinya ialah panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Panas yang dihasilkannya lebih tinggi dibanding yang lain.

Lebih lanjut, kata panas di sini bukan hanya terkait teriknya matahari namun juga secara metaforik (kiasan). Karena pada hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan, atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa.

Sementara, menurut Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa,

"Dinamakan bulan Ramadhan karena ia mengugurkan (membakar) dosa-dosa dengan amal saleh."

Mengenai asal usul penamaan Ramadhan bermula dari penggunaan kalender Hijriyah pada Tahun 412 Masehi. Ketika itu terjadi konvensi petinggi lintas suku dan kabilah bangsa Arab di Makkah pada masa Kilab bin Murrah (kakek Nabi Muhammad SAW ke-6). Mereka berkumpul untuk menentukan nama-nama bulan agar terjadi kesamaan, sehingga memudahkan mereka dalam urusan perdagangan.

Dari perkumpulan itu, muncullah 12 nama bulan yaitu: (1) Muharram (2) Shafar (3) Rabi'al-Awwal (4) Rabi'al-Tsani (5) Jumadal Ula (6) Jumadal Tsaniyah (7) Rajab (8) Sya'ban (9) Ramadhan (10) Syawwal (11) Dzulqa'dah (12) Dzulhijjah.

Kala itu, penomoran bulan belum ada karena orang-orang Arab terdahulu tidak tahu bulan apa yang pertama. Munculnya penomoran bulan Hijriyah setelah adanya kebijakan Khalifah Umar bin Khathab yang mengeluarkan perintah untuk membuat kalender Islam. Akhirnya bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama kalender Islam yang kita kenal dengan kalender Hijriyah.

3 dari 4 halaman

Bulan Ramadhan Tersemat dalam Surat Al-Qur’an

Definisi bulan Ramadhan sendiri disampaikan dalam Surah Al-Baqarah ayat 185 dalam Quran menyatakan:

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu mendapati bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah:185)

Selain itu, dalam hadis juga dijelaskan terkait keitimewaa bulan Ramadhan yang menjadi bulan diturunkannya semua kitab suci. Mulai dari  Suhuf Ibrahim, Taurat, Mazmur, Injil, dan Al-Qur’an masing-masing diturunkan pada tanggal 1, 6, 12, 13, dan 24 Ramadhan. Bahkan, Al-Qur’an pertama kali diwahyukan kepada Muhammad pada malam lailatulqadar yang merupakan salah satu dari lima malam dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

4 dari 4 halaman

Sejarah Bulan Ramadhan

Dikutip dari buku berjudul Misteri Bulan Ramadhan karya Yusuf Burhanudin, menjelaskan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan agung yang mempunyai sejarah tersendiri dalam sejarah dunia. Ramadhan tidak hanya menyaksikan sebuah peristiwa Perang Badar (2 H) yang mempunyai pengaruh terhadap eksisnya para Muslimin pertama saja, melainkan yang lebih urgen ialah terdapatnya malam lailatul qadar, malam diturunkannya wahyu Al-Qur'an pertama kali.

Pada malam ini, kita menemukan satu malam yang sangat ber- harga sekali, dari malam lainnya, pada akhir bulan Ramadhan. Allah berfirman dalam surah al-Qadr,

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaik Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (Q.S. Al-Qadr. 1-5)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.