Sukses

Doa Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh, Lengkap dengan Batas Waktunya

Liputan6.com, Jakarta Doa niat puasa Ramadhan sebulah penuh bisa anda amalkan tanpa perlu mengulang membaca niat setiap malamnya. Bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa yang hanya datang satu tahun sekali.

Amalan yang diwajibkan pada bulan Ramadhan adalah puasa yang dilakukan selama satu bulan penuh. Untuk mendapatkan safaatnya, setiap umat Muslim penting untuk membaca doa niat puasa Ramadhan sebulah penuh maupun harian.

Bacaan doa niat puasa Ramadhan sebulan penuh ini bisa dilafadkan dengan bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Bacaan doa niat puasa Ramadhan sebulan penuh ini bisa dibaca dengan keras ataupun dalam hati.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai bacaan niat puasa ramadhan, hal-hal yang membatalkan dan batas waktu berniat yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (13/3/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bacaan Doa Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh

Biasanya untuk membaca bacaan doa niat puasa Ramadhan sebulan penuh dilakukan pada malam pertama di bulan Ramadhan atau Ramadhan hari pertama. Dalam kitab berjudul Sabîl al-Hudâ oleh KH A Idris Marzuki, begini bacaan doa niat puasa Ramadhan sebulan penuh:

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma jamî’i syahri ramadlâni hadzihissanati taqlîdan lil imâm mâlikin fardlan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya berniat puasa selama satu bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah taala.”

3 dari 4 halaman

Batas Waktu Berniat Puasa Ramadhan Sebulah Penuh

Mayoritas ulama fiqih berpendapat bahwa yang wajib itu ialah berniat dari sejak malam, atau pada sepertiga malam sebelum fajar. Mereka berargumen dengan hadis Ibn Umar, dari Hafshah, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa tidak menetapkan puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya,” (HR Ahmad),

Makna menetapkan yaitu berniat. Dikatakan, aku menetapkan urusan, jika aku meniatkannya. Hadis tersebut diperselisihkan status marfu’ dan mauqufnya. Sesuangguhnya Al Bukhari, Abu Daud, Al Nassi, Al Tirmidzi, Ibn Hatim mensahihkan kemauqufannya. Mala tidak sah argumen yang berbeda dengan mereka. Dari sini berkembang perdebatan mengenai waktu berniat.

Orang yang mengamalkan dengan hadis di atas, maka waktunya adakah sebelum fajar. Adapun bagi yang tidak, boleh sebelumnya atau setelahnya, sebagaimana mazhad Abu Hanifah yang memperbolehkan berpuasa Ramadhan dengan mengucapkan niat dari malam sampai pertengahan hari.

Ada juga yang berpendapat mengucapkan niat puasa pada malam hari untuk puasa yang wajib. Adapun puasa sunnah, maka boleh di siang hari sebelum terbenamnya matahari. Argumen mereka yaitu hadis yang diriwayatkan muslim dari Aisyah dia berkata bahwa Nabi Saw suatu ketika mendatangi sebagian istrinya, lalu beliau bersabda, “Apakah ada makanan?” Mereka menjawab “Tidak” Nabi bersabda, “Kalau begitu, aku akan berpuasa.”

Demikian juga riwayat Al Bukhari dan Muslim bahwa Nabi saw ketika puasa ‘Asyura diwajibkan memerintahkan seorang dari Aslam agar berbicara di tengah-tengah khalayak di siang hari, “Ketahuilah, barang siapa yang sudah makan, maka tahanlah, dan yang belum makan, maka berpuasalah.”

Bahkan, sebagian yang lain membolehkan berniat setelah terbenam matahari. Imam Malik berpendapat bahwa niat puasa di malam pertama bulan Ramadhan sudah cukup untuk puasa se bulan penuh, tanpa perlu memperbarui niat setiap malam- nya, dengan alasan bahwa puasa Ramadhan itu merupa- kan satu paket amalan dan ibadah, sekalipun dilakukan dalam beberapa hari. Persis seperti haji yang cukup dengan sekali niat, sekalipun ibadahnya dilaksanakan tidak satu hari. Ini merupakan mazhab Ishaq, sedangkan riwayat- nya dari Ahmad.

4 dari 4 halaman

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa Ramadhan

Dikutip dari buku Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah karya Nur Solikhin, adapun hal-hal yang membatalkan puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:

1. Masuknya beda, seperti nasi, air, asap rokok, dan sebagainyake dalam rongga badan dengan sengaja.

2. Muntah dengan sengaja.

3. Keluar mani dengan sengaja.

4. Haid dan nifas.

5. Bersetubuh

6. Hilang akal atau gila atau pingsan

7. Murtad atau keluar dari agama Islam.

Orang yang meninggalkan puasa Ramadhan wajib menggantinya di hari lain. Adapun orang yang hanya wajib mengganti puasa Ramadhan tanpa membayar fidyah adalah sebagai berikut:

1. Orang yang sakit, yang ada harapan untuk sembuh.

2. Orang yang bepergian jauh (musafir), sedikitnya 81 km.

3. Orang yang hamil.

4. Orang yang menyusui.

5. Orang yang sedang haid dan nifas

6. Orang yang batal puasanya dengan suatu hal yang membatalkannya selain bersetubuh.

Selain itu, golongan orang yang tidak wajib puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:

1. Orang yang sakit

2. Orang lanjut usia (lansia)

3. Musafir

4. Wanita hamil dan menyusui

5. Wanita yang sedang haid

6. Wanita yang sedang nifas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.