Sukses

Health

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: 3 Pelajaran dari India untuk Program MBG

Paling tidak ada tiga hal yang Indonesia bisa pelajari dari makan bergizi gratis atau mid-day meal India.

OlehProf Tjandra Yoga Aditama
Diterbitkan 03 November 2025, 12:00 WIB
Share
Copy Link
Batalkan
Prof Tjandra Yoga Aditama soal Indonesia Mau Belajar dari India dalam Pelaksanaan MBG.
Perbesar
Prof Tjandra Yoga Aditama soal Indonesia Mau Belajar dari India dalam Pelaksanaan MBG.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Dalam berita Liputan6.com berjudul “Kepala BGN: India Akan Bantu Tingkatkan Kualitas Pelayanan MBG di Indonesia” pada 29 Oktober 2025 disebutkan bahwa Badan Gizi Nasional (BGN) akan meminta bimbingan teknis dari India untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). India dijadikan role model untuk MBG karena pengalaman dan kualitas layanan.

BGN akan mempelajari soal pengawasan dan peningkatan kualitas MBG dari India. Terlebih, India sudah lebih dulu menjalankan program MBG dibandingkan Indonesia.

BACA JUGA:SPPI Batch III Bakal Diangkat Jadi PPPK dan Dapat Tukin
BACA JUGA:Kepala BGN: Jawa Barat Daerah Terbanyak Kasus Keracunan MBG
BACA JUGA:Sengit Kepala BGN & Pimpinan Komisi IX DPR soal Terlambat Gaji Pegawai SPPG

Dikutip juga pernyataan Kepala BGN Dadan Hindayana usai bertemu Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (29/10/2025), ”Sebelum kita melaksanakan program makan bergizi, kita berkunjung ke India, melihat role model (MBG) di India. Dan saya kira nanti bimbingan teknis dari India akan membantu untuk meningkatkan kualitas pelayanan MBG di Indonesia.

Disebutkan juga bahwa sebelum program MBG dimulai pihak BGN berkunjung ke India untuk melihat role model (MBG) di sana.

India melakukan program makan siang di sekolah dalam bentuk mid-day meal (bahasa Hindinya PM-Poshan Shakti Nirman), yang diberikan pada sekolah pemerintah dan sekolah yang didukung pemerintah.

Program mid-day meal sebenarnya sudah mulai sejak 1995 di tingkat nasional. Jauh sebelumnya juga sudah ada program di beberapa negara bagian, seperti di tahun 1920 di Madras, di Puducherry pada 1930 dan sesudah India merdeka maka di Tamil Nadu pada 1960an.

Kemudian puncaknya, pada 2001 program ini punya dasar hukum yang lebih tegas lagi dimana Mahkamah Agung India mengeluarkan keputusan agar masing-masing negara bagian di India (jadi desentralisasi) melakukan program mid-day meal ini.

Kini program mid-day meal di India sudah mencakup 120 juta anak di lebih dari 1,27 juta berbagai jenis sekolah. Ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia.

2 dari 3 halaman

Tantangan Mid-Day Meal India

Salah satu tantangan mid-day meal adalah memperluas program secara cepat. Kemudian, pada 2006 ada acuan dalam bentuk The National Programme of Nutritional Support to Primary Education (NP- NSPE) dalam bentuk rencana kerja (action plan) pelaksanaan makan siang ini menyatakan bahwa pemerintah dapat memobilisasi dukungan masyarakat dan menerapkan kerjasama publik privat dalam pelaksanaan program ini.

Salah satu contohnya, pemerintah bekerja sama dengan organisasi nirlaba atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Akshaya Patra.

Salah satu momentum penting prestasi LSM Yayasan Akshaya Patra adalah ketika pada tanggal 2 April 2024 mereka memperingati momentum memberikan 4 milyar porsi makanan, yang diperingati dalam acara khusus di kantor PBB di New York, Amerika Serikat.

Disebutkan acara itu untuk memperingati tiga hal yakni kebijakan yang kreatif, cakupan dalam hal mutu nutrisi dan  keberhasilan dalam menjaga keamanan pangan (food security).

 

3 dari 3 halaman

Tentang Pelaksanaan Mid-Day Meal India

Setidaknya ada tiga kesimpulan yang kita lihat dari pelaksanaan di India yang mungkin dapat dipertimbangkan di Indonesia. Pertama, peran penting negara bagian dalam pelaksanaannya, jadi benar-benar desentralisasi.

Kedua, adanya kerjasama antara pemerintah dengan organisasi masyarakat, dalam bentuk public-private partnerships.

Ketiga, tiga area kegiatan yang penting adalah kebijakan yang kreatif (artinya tidak terpaku pada satu pilihan), jaminan mutu gizi (artinya harus pasti nilai gizi nya dan dampaknya bagi kesehatan dan gizi anak bangsa, serta keamanan pangan (artinya upaya penuh untuk meminimalisir keracunan makanan)

 

**Penulis tinggal di New Delhi, India pada 2015 – 2020 sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara

Lagi Diskon Harbolnas 11.11
Lagi Diskon Harbolnas 11.11
Lihat Selengkapnya
EnamPlus