Sukses

Ibu Berbicara Dua Bahasa atau Lebih, Otak Anak Memproses Suara Secara Berbeda

Menurut riset yang dimuat dalam Frontiers in Human Neuroscience itu, para bayi dengan ibu multingual akan lebih sensitif terhadap rentang nada yang lebih luas.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian mengungkap, bayi-bayi yang memiliki ibu yang berbicara bilingual atau multilingual (bicara dua bahasa atau lebih) memproses suara secara berbeda di otaknya. Menurut riset yang dimuat dalam Frontiers in Human Neuroscience itu, para bayi dengan ibu multingual akan lebih sensitif terhadap rentang nada yang lebih luas.

"Di sini kami menunjukkan bahwa saat bayi dilahirkan, paparan terhadap ucapan monolingual atau bilingual berefek berbeda terhadap 'pengkodean saraf' nada suara dan bunyi vokal: yaitu, bagaimana informasi tentang aspek-aspek bicara ini pada awalnya dipelajari oleh janin," jelas peneliti di Insititute of Neurosciences di University of Barcelona serta rekan penulis pertama studi tersebut Natalia Gorna-Careta dalam keterangan pers yang dikutip New York Post.

"Ketika dilahirkan, bayi baru lahir dari ibu yang menguasai dua bahasa tampak lebih sensitif terhadap variasi akustik bicara yang lebih beragam, sedangkan bayi baru lahir dari ibu yang memiliki satu bahasa tampaknya lebih selektif terhadap satu bahasa yang mereka gunakan,” tambahnya.

Para peneliti mempelajari para ibu di Catalonia, Spanyol, di mana 12% populasinya berbicara bahasa Catalan dan Spanyol.

Penelitian ini melibatkan ibu dari 131 bayi baru lahir berusia satu hingga tiga hari, termasuk dua pasang bayi kembar, di Rumah Sakit Anak Sant Joan de Déu Barcelona.

Dalam sebuah kuesioner, 41% ibu mengatakan bahwa mereka hanya berbicara satu bahasa selama kehamilan dan 59% lainnya berbicara setidaknya dua bahasa, termasuk Arab, Inggris, Rumania, dan Portugis. Dari 41% yang hanya berbicara satu bahasa, 9% berbicara bahasa Katalan dan 91% berbicara bahasa Spanyol. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Respons Otak Bayi

Para peneliti kemudian mempelajari respons otak bayi terhadap bunyi ucapan tertentu dengan memasang elektroda di dahi mereka.

Bunyinya “terdiri dari empat tahap: vokal /o/, transisi, vokal /a/ dengan nada tetap, dan /a/ naik nada,” jelas siaran pers tersebut.

“Volkal yang kontras /o/ dan /a/ termasuk dalam repertoar fonetik bahasa Spanyol dan Catalan, itulah salah satu alasan kami memilihnya,” kata rekan penulis studi, Sonia Arenillas Alcón, yang juga peneliti di Universitas Barcelona.

“Suara berfrekuensi rendah seperti vokal ini juga ditransmisikan melalui rahim dengan cukup baik, tidak seperti suara berfrekuensi menengah dan tinggi yang mencapai janin dengan cara yang terdegradasi dan dilemahkan,” tambahnya.

 

3 dari 3 halaman

Efek Paparan Bahasa pada Masa Pralahir

Bayi yang ibunya hanya berbicara satu bahasa akan lebih tanggap terhadap bunyi /o a/ karena mereka lebih terbiasa dengan nada bahasa ibu mereka. Bayi yang ibunya multibahasa lebih sensitif terhadap semua suara.

Para peneliti mengatakan hal ini berarti bayi yang ibunya monolingual sensitif terhadap nada bahasa, sedangkan bayi dari ibu yang bilingual sensitif terhadap rentang frekuensi nada yang lebih besar, meski mereka tidak merespons lebih banyak pada satu frekuensi saja.

“Data kami menunjukkan bahwa paparan bahasa pralahir memodulasi pengkodean saraf bunyi ujaran yang diukur saat lahir. Hasil ini menekankan pentingnya paparan bahasa prenatal untuk pengkodean bunyi ujaran saat lahir, dan memberikan wawasan baru mengenai dampaknya,” kata rekan penulis studi Carles Escera, seorang profesor di Universitas Barcelona.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini