Sukses

Capres Jadikan Stunting Program Prioritas, Kepala BKKBN: Itu Baru Badannya, Belum Jiwanya

Hasto Wardoyo: Capres Harus Membawa Terobosan Dalam Pembangunan SDM Bukan Cuma Stunting

Liputan6.com, Jakarta - Setiap calon presiden (capres) penting untuk membawa terobosan dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

Hal ini disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.

"Cari suatu terobosan bahwa pembangunan SDM kita itu harus diprioritaskan, jadi prioritas nasional. Menurut saya, perlu super-super prioritas," kata Hasto saat ditemui di kantor BKKBN pada Selasa, 12 Desember 2023.

Menurutnya, pembangunan fisik dan infrastruktur sudah dilakukan. Maka dari itu, para calon presiden perlu pula memiliki gagasan untuk membangun SDM.

"Kita tahu pembangunan fisik, infrastruktur tuh banyak. Ada kawasan strategis nasional, ada prioritas pembangunan nasional. Saya berharap betul, calon-calon presiden yang akan datang punya konsep, punya gagasan bagaimana untuk akselerasi pembangunan SDM," kata Hasto.

Sejauh ini, peringkat kualitas SDM Indonesia masih rendah. Termasuk dalam aspek human capital index, human development index, high skill, dan low skill.

"Itu tantangan serius, kita tidak ingin gara-gara SDM kurang bagus akhirnya bonus demografis tidak bisa diraih," katanya.

Lebih lanjut dikatakan Hasto bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2007 mengatakan human capital index berkaitan erat dengan angka stunting.

Human Capital Index atau HCI sendiri adalah salah satu program Bank Dunia yang didesain untuk menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan dan pendidikan dapat mendukung produktivitas generasi yang akan datang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Stunting Adalah Salah Satu Indikator Penentuan HCI

Hasto menambahkan, WHO juga membuat angka stunting menjadi salah satu indikator yang wajib dilihat dalam HCI.

"Stunting kita waktu itu di atas 35 persen tahun 2007, setelah itu 2013 turunnya tidak banyak, 30 persen. Kalau kita bekerja dengan normatif saja dari 2013 ke 2019 itu turunnya rata-rata setahun cuman 1,3 persen," katanya.

"Itu menunjukkan, kalau tidak ada Perpres (peraturan presiden) maka lambat sekali (penurunannya). Padahal, stunting itu identik dengan volume otak, intelektual," dia menambahkan.

Penanganan Stunting di Indonesia

Lebih lanjut, Hasto memaparkan soal penanganan stunting di Indonesia oleh BKKBN selama ini.

"Kita kan fokusnya pada lima hal. Satu, kita komitmen, mendorong komitmen kepala-kepala daerah semua. Langkah kedua, massive information system ini bagaimana kita memberikan informasi yang masif. Kita bagikan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi)," ujarnya.

Ketiga, lanjut Hasto, konvergensi. Supaya, kementerian lembaga dan pemerintah daerah mengarusutamakan stunting. Jadi, anggaran-anggaran program dikonvergensikan untuk menurunkan stunting.

Keempat, penyediaan makanan sehingga jangan sampai ada yang tidak bisa mengakses makanan. Salah satu caranya, badan pangan nasional membagikan telur, ayam, dan beras.

"Yang terakhir tentang data dan evaluasi, data itu penting sekali. Mendata anak stunting," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Topik yang Sangat Penting Dibahas Capres

Hasto menyimpulkan, isu soal stunting dan pembangunan SDM Indonesia adalah topik yang sangat penting untuk dibahas oleh semua capres.

"Sangat, sangat penting, kalau calon presiden punya konsep dalam rangka menurunkan stunting dan membangun SDM," katanya.

"Membangun SDM itu bukan cuma stunting loh, bangun lah jiwanya, bangun lah badannya. Stunting itu baru badannya loh, belum jiwanya. Kan sekarang banyak yang gangguan jiwa, gangguan mental, itu tantangan serius," pungkas Hasto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.