Sukses

Mengulik Penyebab Kanker Payudara, Kawat Bra Jadi Biang Keladinya, Mitos atau Fakta?

Meski sudah beredar di masyarakat, anggapan tersebut hanyalah sebuah mitos. Penggunaan bra yang ketat mungkin bisa menimbulkan rasa nyeri jika terlalu sering dikenakan, namun hal tersebut tidak dipercaya untuk cukup kuat dalam menyebabkan kanker.

Liputan6.com, Jakarta Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang masuk kategori penyakit dengan kematian tertinggi. Kanker juga disebut silent killer karena gejalanya jarang muncul di awal, kebanyakan pasien datang dengan kondisi kanker yang sudah memasuki stadium lanjut. 

Kanker payudara misalnya yang saat ini masih menjadi jenis kanker dengan tingkat kasus tertinggi di dunia. Kanker payudara merupakan kanker yang timbul di area payudara ketika sel-sel di payudara mengalami pertumbuhan secara abnormal dan bermutasi, hingga membentuk sebuah gumpalan daging yang disebut tumor atau kanker. 

Kanker ini terus dinobatkan sebagai jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) telah mencatat, ada sekitar 2,3 juta orang terdiagnosa menderita kanker payudara dan 685.000 kematian secara global per tahun 2020. 

"Meski saat ini, kesadaran akan kanker payudara sudah meningkat dibandingkan sebelumnya, ini juga telah membuat banyak mitos dan fakta yang beredar memberikan informasi-informasi mengenai kanker payudara," ujar dr. Budi Harapan Siregar, Sp.B (K)Onk, Konsultan Onkologi Eka Hospital Bekasi. 

Salah satu mitos yang beredar di dalam masyarakat, yaitu kanker payudara hanya terjadi pada perempuan. Nyatanya, kanker payudara juga bisa terjadi pada laki-laki meski risikonya jauh lebih kecil dibandingkan wanita. Tidak berhenti disitu, ada juga mitos yang beredar, penggunaan bra dengan kawat merupakan salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara. 

Padahal, penggunaan bra dengan kawat dinilai lebih baik dalam menahan payudara karena sifatnya yang lebih ketat dan kencang. Namun pertanyaannya sekarang, apakah benar anggapan bahwa penggunaannya bisa menyebabkan kanker payudara? Adakah Hubungan Bra dan Kanker Payudara? 

Untuk orang yang memiliki riwayat kanker payudara, mungkin akan merasa resah ketika mendengar informasi jika penggunaan bra kawat bisa sebabkan kanker payudara. Anggapan tersebut datang karena penggunaan bra kawat yang ketat bisa menjadi pemicu dari kanker. 

Meski sudah beredar di masyarakat, anggapan tersebut hanyalah sebuah mitos. Penggunaan bra yang ketat mungkin bisa menimbulkan rasa nyeri jika terlalu sering dikenakan, namun hal tersebut tidak dipercaya untuk cukup kuat dalam menyebabkan kanker. 

"Tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk bisa membuktikan jika bra kawat menyebabkan kanker payudara. Sebab, seluruh wanita memiliki risiko untuk mengalami kanker payudara," kata Budi. 

Oleh sebab itu, penting bagi seluruh wanita untuk memahami apa yang menjadi faktor penyebab kanker payudara yang sebenarnya dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Salah satunya dengan melakukan skrining payudara dengan SADARI atau dengan USG payudara secara berkala. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Penyebab Kanker Payudara?

Dr Budi menjelaskan, kanker disebabkan karena adanya mutasi dalam sel-sel di tubuh dan menyebabkan sel tersebut tumbuh secara abnormal. Sehingga pada kanker payudara ada terjadinya mutasi pada sel-sel yang ada di payudara. 

"Ada banyak faktor yang dipercaya dapat meningkatkan risiko seorang wanita untuk mengidap kanker payudara. Seperti faktor genetik, seperti memiliki ibu, nenek, atau keluarga dekat dengan riwayat kanker payudara," katanya. 

Lalu usia, semakin tua seseorang maka semakin tinggi juga risiko mereka mengalami kanker payudara. Riwayat pengobatan tertentu seperti pengobatan radioterapi (radiasi) dan pengobatan terapi hormon, juga menjadi faktor resiko seseorang memiliki kanker payudara. 

Selanjutnya, Sistem reproduksi, wanita yang mengalami menstruasi lebih awal atau menopause lebih lama juga diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara. Terakhir, berat badan, wanita yang memiliki berat badan berlebih akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara. 

 

3 dari 4 halaman

Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Mencegahnya?

Kanker adalah hal yang tidak bisa kita prediksi kehadirannya, namun bisa dideteksi sedini mungkin kedatangannya. Sehingga bentuk penanganan yang dilakukan juga semakin mudah. Kanker payudara bisa dideteksi dengan melakukan SADARI atau perikSA payuDAra sendiRI, yaitu metode pemeriksaan payudara secara mandiri dengan meraba dan mendeteksi adanya benjolan atau tekstur yang tidak normal. 

"Metode SADARI akan sangat berguna bagi anda yang memiliki risiko kanker payudara karena pelaksanaan metode ini cukup efektif untuk dilakukan. Anda dapat melakukan SADARI pada saat masih menstruasi di hari ke 7 - 10 hari setelah hari pertama menstruasi,"kata dr Budi. 

Metode ini dilakukan dengan meraba area payudara menggunakan telapak tangan untuk mendeteksi secara awal kondisi payudara apakah ada benjolan, perubahan tekstur, hingga warna yang abnormal. 

"Anda bisa melakukan metode SADARI pada saat mandi, bercermin, atau sebelum tidur. Dengan melakukan ini secara rutin, Anda bisa berkesempatan untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini dan sehingga dokter dapat menangani lebih cepat dengan penanganan tepat," katanya lagi. 

Namun jika kanker payudara sudah terlanjur membesar atau bahkan menyebar ke organ lain, maka pengobatan lebih lanjut mungkin harus dilakukan, seperti radioterapi juga kemoterapi. 

 

4 dari 4 halaman

Turunkan Risiko Kanker Payudara

Selain itu kanker payudara juga dapat diturunkan risikonya dengan mulai menerapkan hidup sehat, seperti menjaga berat badan, dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi kalori dan memperbanyak makanan bergizi. 

"Rutinkan berolahraga, setidaknya 30 menit per hari untuk menjaga tubuh tetap aktif. Lalu, menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol. Menyusui juga dipercaya menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan risiko Anda dari kanker payudara," katanya. 

Lakukan juga screening rutin agar dapat meningkatkan potensi untuk mendeteksi kehadiran kanker sedini mungkin. Dokter dapat melakukan USG payudara hingga biopsi jika diperlukan, biopsi sendiri adalah metode pengambilan sebagian jaringan payudara dan hasilnya akan dianalisa di laboratorium untuk dideteksi apakah ada sel kanker dalam jaringan tersebut. 

"Selain itu, Anda bisa berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah ketika merasakan kecurigaan pada payudara," katanya.

 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.