Sukses

Sakit Tenggorokan Jadi Gejala Paling Banyak Dilaporkan Usai XBB dan XBB.1.5 Merebak di Inggris

XBB.1.5 adalah subvarian Omicron baru yang sangat menular dan telah menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di berbagai negara terutama Amerika Serikat (AS).

Liputan6.com, Jakarta XBB.1.5 adalah subvarian Omicron baru yang sangat menular dan telah menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di berbagai negara termasuk Amerika Serikat (AS).

Ilmuwan AS percaya XBB.1.5 menjadi penyebab meningkatnya jumlah pasien rumah sakit di New York.

Omicron XBB dan XBB.1.5 juga telah dilaporkan di Inggris yang membuat pejabat kesehatan di negara tersebut mendesak penggunaan vaksin COVID-19 dan perlindungan lain terhadap virus.

Pada hari Selasa 3 Januari, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menyarankan warga Inggris untuk tinggal di rumah saat merasa tidak enak badan atau memakai masker saat pergi keluar untuk mencegah risiko gelombang COVID baru.

UKHSA memperingatkan bahwa COVID dan flu saat ini beredar pada tingkat tinggi yang kemungkinan akan terus meningkat dalam beberapa minggu mendatang.

Saat COVID-19 terus beredar dengan cepat di Inggris, analisis dari aplikasi ZOE mengungkapkan gejala terbanyak yang dilaporkan. Dalam 30 hari hingga 3 Januari 2023, sakit tenggorokan adalah gejala paling umum yang dilaporkan oleh para pengguna aplikasi.

“Aplikasi ZOE memungkinkan orang yang terinfeksi untuk melaporkan gejala mereka melalui aplikasi saat diduga positif COVID-19. Serta untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang COVID dan evolusinya,” seperti dilansir dari Independent, Kamis (5/1/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

10 Gejala Teratas

Data yang dikirimkan kemudian dianalisis oleh King's College London, yang melacak infeksi di seluruh Inggris dan mengidentifikasi siapa yang paling berisiko.

Berikut adalah 10 gejala teratas yang dilaporkan dalam sebulan terakhir:

- Sakit tenggorokan – 57,3 persen

- Hidung tersumbat – 57,8 persen

- Hidung meler – 55,5 persen

- Bersin – 52 persen)

- Batuk tanpa dahak – 50,7 persen

- Sakit kepala – 49,6 persen

- Batuk berdahak – 47,3 persen

- Suara serak – 41,4 persen

- Nyeri otot – 24,7 persen

- Bau yang berubah – 22,32 persen.

Pada hari Selasa, Tim Spector, profesor epidemiologi genetik di King's College London dan pendiri aplikasi COVID ZOE, memperingatkan bahwa keturunan Omicron yang baru bisa menjadi varian yang harus diwaspadai pada 2023.

3 dari 4 halaman

Penyebab Lonjakan Kasus AS

XBB.1.5 tak bisa dianggap remeh lantaran subvarian ini menyebabkan lonjakan kasus yang nyata di AS. Pihak AS melaporkan bahwa subvarian baru ini menyumbang 40 persen kasus di AS.

XBB merupakan subvarian dari varian Omicron BA.2, dan XBB.1.5 merupakan subvarian dari XBB.

Itu muncul sebagai "garis keturunan rekombinan antara varian Omicron generasi kedua", tulis Profesor Kei Sato dalam sebuah studi oleh Universitas Tokyo, Universitas Hokkaido dan Universitas Kyoto.

Para peneliti Jepang mempelajari karakteristik XBB pada hamster termasuk penularan dan ketahanan kekebalan.

Hasilnya menunjukkan bahwa subvarian ini sangat mudah menular dan telah mengembangkan resistensi terhadap kekebalan.

4 dari 4 halaman

Terdeteksi di 74 Negara

Pada Oktober 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan ada bukti awal yang menunjukkan bahwa XBB memiliki risiko infeksi ulang yang lebih tinggi, dibandingkan dengan subvarian Omicron lain yang beredar.

Namun, dalam artikel pengecekan fakta pada November, peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada bukti bahwa XBB lebih mematikan atau menyebabkan COVID-19 yang lebih parah daripada varian Delta.

XBB yang kini memiliki subvarian XBB.1.5 telah terdeteksi di setidaknya 74 negara dan 43 negara bagian AS, menurut outbreak.info yang menggunakan data dari Global Initiative on Avian Influenza Data (GISAID).

Hingga kini, masih banyak ketidakpastian soal XBB.1.5. Termasuk apakah subvarian ini akan memicu lonjakan COVID baru di Inggris. Namun, laporan menunjukkan bahwa kemungkinan peningkatan kasus tetap ada.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.