Sukses

Gangguan Kesehatan Mental Naik 64,3 Persen Saat Pandemi COVID-19

Gangguan kesehatan mental naik 64,3 persen saat pandemi COVID-19 melanda.

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, gangguan kesehatan mental dilaporkan naik 64,3 persen saat pandemi COVID-19. Angka ini mencakup masyarakat yang menderita penyakit COVID-19 maupun masalah sosial ekonomi akibat dampak dari pandemi. 

Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI Vensya Sitohang menjelaskan, pihaknya telah melakukan upaya preventif kesehatan jiwa sejak dini zampai usia lanjut. Edukasi juga dilakukan sejak usia sekolah sampai universitas.

"Kami juga melakukan edukasi dan sosialisasi kesehatan jiwa dilakukan melalui pelayanan kesehatan primer. Lingkungan masyarakat juga perlu menjadi penggerak dalam preventif gangguan kesehatan jiwa," katanya dalam acara Webinar dan Talkshow Ruang Peka 3.0 bertajuk, Kesehatan Mental pada Pemuda: Penting, ditulis Minggu (4/12/2022).

Selama dua tahun terakhir, Indonesia dan dunia mengalami pandemi COVID-19. Dampak dari pandemi tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, namun juga berdampak terhadap kesehatan jiwa jutaan orang.

Kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, berdampak pada peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat.

Gangguan kesehatan mental atau jiwa ini juga dialami pada pemuda dan pemudi selama pandemi COVID-19. Padahal, pemuda Indonesia terutama rentang usia produktif (usia 16 – 30 tahun) yang berjumlah 64,9 juta jiwa seharusnya memiliki kesehatan jasmani dan kesehatan jiwa yang baik untuk menjadi pemimpin masa depan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan Kesehatan Mental

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Femmy Eka Kartika Putri menyampaikan, pemuda harus mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada untuk kesehatan fisik dan jiwanya.

"Tantangan kesehatan mental pemuda yang harus dihadapi terutama dengan hal-hal yang berhubungan dengan kemajuan teknologi informasi, disrupsi lapangan kerja, serta ketidakpastian masa depan," ungkapnya.

Menurut Femmy, kesehatan jiwa merupakan syarat bagi pemuda untuk dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial.

"Individu yang sehat mampu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya," sambungnya dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

3 dari 4 halaman

Deteksi Kesehatan Jiwa

Femmy Eka Kartika Putri menambahkan, pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas khususnya pembangunan pemuda merupakan prioritas Indonesia untuk menyongsong puncak Bonus Demografi tahun 2030 dan Indonesia Emas 2045.

Demi mewujudkannya, diperlukan generasi muda yang berkualitas yang sehat jasmani dan jiwanya.

"Karenanya, diperlukan program-program pemberdayaan pemuda melalui koordinasi lintas sektor penyelenggara pelayanan pemuda untuk mengeliminasi masalah kesehatan mental dan jiwa pada pemuda," jelas Femmy.

"Sehingga mereka dapat diandalkan menjadi pelaku pembangunan, pemimpin Indonesia masa depan, yang akan membawa Indonesia menjadi negara maju, modern, berdaya saing, serta berakhlakul karimah."

Pada kesempatan yang sama, Dokter Fungsional Psikiater RSUD Depok Diana Papayungan menjelaskan, bahwa masalah kesehatan jiwa juga seharusnya bisa dideteksi sejak dini oleh orang terdekat.

Dibutuhkan awareness untuk mendeteksinya dengan memberikan perhatian pada mereka yang kemungkinan mengalami masalah kesehatan jiwa.

4 dari 4 halaman

Promosi Kesehatan Mental

Penyelesaian masalah kesehatan mental termasuk komitmen global. ASEAN plus Three Leader (Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea) mengakui, bahwa promosi kesehatan mental diidentifikasi sebagai salah satu prioritas kesehatan di bawah agenda pembangunan kesehatan ASEAN pasca 2015.

Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI Vensya Sitohang memaparkan, Promosi kesehatan mental dilakukan antara lain, mempromosikan berbagai model dan praktek efektif tentang program dan intervensi kesehatan mental antar negara anggota ASEAN.

Kemudiaan peningkatan integrasi program kesehatan mental di tingkat perawatan primer dan sekunder.

“Pandemi juga berdampak pada kesehatan mental dan penting untuk mendapatkan perhatian dari negara-negara di ASEAN, maka dalam rangkaian acara '15th ASEAN Health Ministers Meeting' ini menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian masyarakat ASEAN terhadap kesehatan jiwa,” papar Vensya dalam rangkaian agenda 15th ASEAN Health Ministers Meeting' di Hotel Conrad, Bali, Jumat (13/5/2022). 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.