Sukses

Cara Mengolah Daging Sajian Idul Adha yang Minim Risiko Kolesterol

Memilih daging jenis tertentu dan mengolahnya dengan bahan-bahan yang aman saat Idul Adha dapat mencegah peningkatan kolesterol,

Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Idul Adha identik dengan konsumsi daging merah. Daging merupakan sumber protein hewani yang dapat menyehatkan tubuh jika dikonsumsi secara bijak.

Chef Budi Sutomo membagikan tips memilih daging sapi yang yang lebih sehat dan minim kolesterol sebagai menu hidangan hari raya Idul Adha.

Memilih daging jenis tertentu dan mengolahnya dengan bahan-bahan yang aman dapat mencegah peningkatan kolesterol, kata Chef Budi.

"Untuk konsumsi daging yang lebih aman, bisa memilih daging sapi bagian sirloin atau tenderloin yang memiliki kadar lemak lebih rendah. Di samping itu perlunya pengolahan yang baik menggunakan bahan-bahan masakan yang aman," ujar Chef Budi, dilansir Antara.

Mengenai pengolahan daging sapi, Budi menyarankan untuk menggunakan minyak zaitun, minyak bunga matahari atau minyak jagung yang memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan minyak kelapa sawit atau mentega.

Agar hidangan jadi lebih sehat, Budi juga membagikan tips melengkapi sajian daging dengan menu sayur seperti campuran salad atau diolah dengan sayur menjadi kaserol panggang atau kukus. Hal itu bertujuan menghindari kadar lemak yang berlebih dari proses pengolahan panganan.

"Dengan menerapkan pola gizi seimbang maka hari raya Idul Adha dapat menjadi lebih sehat, maka harus diimbangi asupan daging dengan buah dan sayuran," jelasnya.

Budi juga mengatakan untuk menghindari konsumsi daging olahan seperti sosis, nugget, daging asap dan daging olahan lainnya yang dinilai tinggi garam. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Olahan Daging Berisiko Kolesterol

Sementara itu, ahli gizi masyarakat dr Tan Shot Yen mengatakan, konsumsi lemak jenuh dari produk olahan juga bisa berimbas pada peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh. Produk olahan pun juga berisiko memunculkan penyakit berbahaya lain.

"Daging olahan seperti sosis, bacon, daging asap dan sebagainya dapat meningkatkan risiko kanker terutama kanker usus besar," kata Tan.

Sejumlah proses mengolah daging dinilai Tan yang tidak sehat ditambah penyajian dengan porsi gizi yang tidak seimbang serta mengandung tinggi karbohidrat dan tinggi gula juga bisa berakibat pada kegemukan.

"Daging yang dibakar atau digoreng dengan suhu tinggi dapat mengeluarkan akrilamida, polisklik aromatik hidrokarbon yang dapat menimbulkan karsinogen (senyawa berbahaya penyebab kanker," jelas Tan Shot Yen.

 

3 dari 4 halaman

Jangan Berlebihan

Daging yang diolah menjadi menu gulai, tongseng, rendang, asam padeh hingga kari saat hari raya pun masih diperbolehkan. Namun, Tan mengingatkan agar tidak mengonsumsinya secara berlebihan.

"Asal santan tidak dihangatkan berulang-ulang ya, dan daging steak welldone tidak gosong," tambahnya.

Perihal hipertensi maupun kolesterol, kata Tan Shot Yen, tidak selalu karena konsumsi daging merah melainkan ada dua faktor lain. Pertama adalah faktor yang tidak bisa diubah seperti genetik, usia, dan jenis kelamin. Kedua, faktor yang bisa diubah yaitu gaya hidup dan pola makan.

"Cara mengendalikan hipertensi bisa dilakukan dengan periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, kemudian atasi hipertensi dengan pengobatan yang tepat dan teratur. Tetap diet dengan gizi seimbang, upayakan aktivitas fisik dengan aman dan menghindari alkohol dan zat karsinogenik lainnya," pungkas Tan.

4 dari 4 halaman

Konsumsi Daging di Tengah Wabah PMK

Masyarakat tidak perlu was-was karena daging hewan yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) masih aman dikondumsi apabila diolah secara benar. Hal tersebut disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Provinsi Kalimantan Tengah drh Eko Hari Yuwono.

"Meski positif PMK, masih aman dikonsumsi dengan catatan diolah secara benar. Untuk itu masyarakat jangan terlalu was-was," kata Eko, Jumat (8/7), dilansir Antara.

Berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, bagian hewan yang terjangkit PMK yang paling aman dikonsumsi adalah daging tanpa tulang dan tanpa limfoglandula.

Namun, jika masyarakat ingin memakan daging jeroan, limfoglandula, tulang sumsum atau kepala, dapat melakukan perebusan minimal selama 30 detik untuk mematikan virus.

Sebagai langkah antisipasi, daging sapi sebaiknya juga tidak dicuci dengan air dingin, melainkan direbus dalam air mendidih minimal 30 menit. Pencucian daging hewan yang terjangkit PMK bisa membuat virus mencemari aliran air dan menginfeksi hewan di sekitar rumah.

"Apalagi PMK ini selain pada sapi juga bisa menular ke hewan lain seperti kambing, babi, dan hewan-hewan berkuku belah lain. Namun, virus ini tidak menjangkit ke manusia atau zoonosis," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini