Sukses

Kemenkes: Vaksinasi Booster Penting untuk Antisipasi Lonjakan COVID-19

Pentingnya vaksinasi booster untuk mengantisipasi lonjakan COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, pentingnya vaksinasi booster untuk mengantisipasi lonjakan COVID-19. Terlebih, kasus baru COVID-19 nasional kian meningkat, bahkan menembus di angka 32.211 pada 4 Februari 2022.

"Pemberian dosis ketiga (vaksinasi booster) juga sangat penting untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 lebih parah lagi,” kata Nadia melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 4 Februari 2022 malam.

Selain booster, cakupan vaksinasi COVID-19 lengkap 2 dosis juga harus terus dikejar. Cakupan vaksinasi cukup tinggi saat ini mencapai 89 persen untuk dosis pertama dan 62 persen untuk dosis kedua.

"Cakupan vaksinasi tersebut dinilai mampu mengurangi dampak kesakitan dan kematian dari infeksi COVID-19," lanjut Nadia.

"Kita masih perlu terus mendorong cakupan vaksinasi dosis lengkap yang lebih tinggi lagi untuk mencegah dampak lebih lanjut bagi kelompok rentan, seperti lansia dan anak-anak."

Berdasarkan data Vaksinasi COVID-19 Kemenkes per 4 Februari 2022 pukul 18.00 WIB, total vaksinasi dosis 1 tepatnya di angka 89,41 persen, dosis 2 mencapai 62,64 persen, dan dosis 3 baru di angka 2,54 persen.

Untuk cakupan vaksinasi lansia dosis 1 di angka 73,23 persen, dosis 2 sebanyak 48,75 persen, dan dosis 3 3,85 persen. Adapun cakupan vaksinasi anak 12-17 tahun di angka 91,36 persen dosis 1, 71,57 persen dosis 2. Kelompok usia 6-11 tahun, 60,76 persen dosis 1 dan 14,69 persen dosis 2.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tren Omicron, BOR RS Lebih Landai

Dari sisi perkembangan Omicron, Siti Nadia Tarmizi menambahkan, meski kecepatan penularan varian tersebut lebih cepat daripada Variant of Concern COVID-19 yang lain, namun kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah.

“Hal ini dapat terlihat dari kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit secara nasional masih sangat rendah. Rata-rata pasien yang dirawat di rumah sakit saat ini juga tidak bergejala dan gejala ringan," tambahnya.

"Dari data yang kita miliki, meski secara tren kenaikan kasus varian Omicron ini ada kemiripan dengan Delta, tapi angka keterisian tempat tidur rumah sakit (Bed Occupancy Ratio/BOR) jauh lebih landai."

Pemerintah mengimbau masyarakat yang positif COVID-19 dan tidak bergejala ataupun bergejala ringan tidak perlu ke rumah sakit.

“Cukup melakukan isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpusat, serta memanfaatkan layanan telemedicine jika tersedia atau melapor ke puskesmas terdekat," imbuh Nadia.

"Dengan demikian, kita dapat mengurangi beban rumah sakit dan tenaga kesehatan, serta membantu menyelamatkan orang lain yang memiliki gejala sedang hingga kritis."

3 dari 3 halaman

Infografis Gejala Covid-19 Omicron dan Cara Penanganan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.