Sukses

Virus Corona Terus Bermutasi, Modifikasi Vaksin COVID-19 Mungkin Terjadi

Bukan tidak mungkin modifikasi vaksin COVID-19 dilakukan mengingat adanya mutasi Virus Corona

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa modifikasi vaksin COVID-19 mungkin saja terjadi di masa depan mengingat virus Corona yang terus bermutasi.

Menurut Tjandra, kemungkinan ini terjadi bila efikasi atau efektivitas vaksin COVID-19 yang ada saat ini kian menurun menghadapi varian virus SARS-CoV-2.

Dengan adanya modifikasi vaksin COVID-19, lanjutnya, para produsen maupun peneliti tidak perlu lagi membuat vaksin Corona baru.

"Kita tahu bahwa semua varian Virus Corona dapat menurunkan efikasi vaksin COVID-19. Kalau (efikasi) turun lagi, ya bisa modifikasi vaksin. Jadi, enggak perlu buat vaksin baru," kata Tjandra Yoga saat memberikan Kuliah Pakar Peran Biomedis di Era dan Pasca Pandemi pada Rabu, 15 September 2021.

"Kalau menunggu membuat vaksin baru lagi, bisa prospeknya lumayan, setahun. Untuk modifikasi cukup cepat, enam sampai delapan minggu, sehingga vaksin yang dikeluarkan juga cepat," Tjandra melanjutkan.

Walau begitu, Tjandra Yoga menekankan bahwa modifikasi vaksin COVID-19 sekarang ini belum perlu dilakukan. Ini disebabkan vaksin COVID-19 yang ada, seperti Sinovac, Moderna, AstraZeneca, Sinopharm hingga Pfizer masih efektif melawan varian virus meski ada penurunan efikasi.

"Sejauh ini belum perlu. Vaksin sekarang masih mampu melawan varian Virus Corona dan mencegah gejala COVID-19 berat dan kematian," kata pria yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI).

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Modifikasi Vaksin COVID-19 Booster

Peneliti di Texas, Amerika Serikat memberikan bukti tentang perlunya memodifikasi vaksin COVID-19 yang saat ini digunakan agar sesuai dengan varian Virus Corona yang beredar.

Hasil studi tim dari University of Texas Medical Branch di Galveston menunjukkan, profil netralisasi silang yang berbeda yang ditimbulkan ketika hamster divaksinasi dengan protein dari varian SARS-CoV-2 yang berbeda yang menjadi perhatian.

Protein lonjakan adalah struktur utama yang digunakan virus untuk menginfeksi sel inang dan target utama antibodi penetralisir setelah vaksinasi atau infeksi alami. Setiap lonjakan varian menghasilkan titer penetral yang lebih cepat dan lebih tinggi terhadap varian SARS-CoV-2.

Pei-Yong Shi dan rekannya menulis hasil penelitian memiliki implikasi penting untuk desain strategi booster vaksin COVID-19. Studi ini berjudul Distinct neutralizing kinetics and magnitudes elicited by different SARS-CoV-2 variant spikes, yang diterbitkan di bioRxiv pada 2 September 2021.

Munculnya varian SARS-CoV-2, menurut para peneliti menjadi ancaman bagi program vaksinasi. Ini dapat membahayakan efektivitas vaksin, yang bisa menurunkan kemanjuran.

Peneliti mengamati varian Virus Corona Beta dan Kappa yang menunjukkan sensitivitas paling rendah terhadap netralisasi oleh serum yang divaksinasi, sedangkan Alpha dan Delta dikaitkan dengan peningkatan transmisibilitas.

Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah vaksin COVID-19 yang dimodifikasi akan menghasilkan aktivitas penetral yang kuat terhadap varian co-sirkulasi lainnya. Begitu juga perlindungan silang yang diberikan setelah infeksi alami masih harus dipelajari pada populasi yang tidak divaksinasi.

3 dari 4 halaman

Modifikasi Vaksin COVID-19 Tunjukkan Perlindungan Signifikan

Tim peneliti menyiapkan panel empat virus SARS-CoV-2 chimeric, masing-masing membawa gen lonjakan varian yang berbeda dari Alpha, Beta, Gamma atau epsilon. Mereka menganalisis imunogenisitas dari setiap lonjakan varian.

Para peneliti memvaksinasi hamster. Sampel serum diambil dari hewan pada hari ke 14, 28, dan 45 pasca imunisasi. Sampel diuji untuk menetralkan titer terhadap virus varian-spike, termasuk virus delta-spike yang saat ini lazim.

Vaksinasi dengan lonjakan varian yang berbeda menghasilkan besaran penetralan yang berbeda terhadap varian SARS-CoV-2 lainnya. Setiap lonjakan varian menimbulkan aktivitas penetralan yang lebih cepat dan lebih kuat terhadap varian SARS-CoV-2.

Melansir News Medical Lifescience, besaran dan peringkat titer penetral terhadap varian tergantung pada varian spike mana hewan yang divaksinasi.Tim memilih varian virus yang menunjukkan titer penetral terendah di setiap kelompok yang divaksinasi dan menantang hewan pada hari ke-49 pasca-imunisasi.

Dibandingkan dengan tikus kontrol, semua varian sampel virus Corona hamster yang divaksinasi, spike menunjukkan perlindungan yang signifikan. Viral load adalah 82- hingga 10.112 kali lipat lebih rendah pada cuci hidung, 955- hingga 120.000 kali lipat lebih rendah pada trakea hewan dan 57.000 hingga 490.000 kali lipat lebih rendah di paru-paru.

4 dari 4 halaman

Infografis Vaksin Covid-19 Terbukti Efektif Kurangi Tingkat Kematian

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.