Sukses

Jangan Lupa Bahagia, Kunci Jaga Imunitas di Kala Pandemi

Pakar mengatakan bahwa Virus Corona penyebab COVID-19 datang di dunia modern, saat sistem imunitas tubuh juga terpengaruh oleh perasaan tidak bahagia

Liputan6.com, Jakarta - Sisftem imunitas manusia tidak hanya ditopang oleh perilaku yang terkait fisik saja tetapi juga dari sisi psikis dan spiritual. Maka dari itu, penting untuk menyeimbangkan semua hal tersebut di masa pandemi COVID-19.

"Kita itu sudah diciptakan dengan desain yang terbaik," kata Dwi Agustian, Bagian Epidemiologi dan Biostatistik Kesehatan Publik, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dalam siaran dialog dari Graha BNPB beberapa waktu lalu.

Dwi mengatakan, vaksinasi sesungguhnya hanya membantu menstimulasi sistem imun yang sudah ada.

"Berbicara sistem imun, sangat berkaitan dengan optimalisasi keseimbangan kita antara tubuh kita dengan spiritual atau psikis. Karena keseimbangan itu akan mengoptimalkan sistem imun," Dwi menambahkan, dikutip Senin (26/10/2020).

Menurut Dwi, bicara vaksin sesungguhnya juga terkait dengan chemistry. Namun imunitas atau kekebalan tubuh bukan hanya soal "chemistry of biology" tetapi juga "chemistry of happiness."

"Virus ini (SARS-CoV-2) uniknya masuk ke dunia modern dimana happiness (kebahagiaan) itu menjadi barang yang langka," kata Dwi. "Level imunitas kita rentan karena banyak penyakit-penyakit kerentanan biologis yang muncul dari ekspresi kita tidak happy dengan makan."

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kebahagiaan adalah Sebuah Pilihan

"Masalah uang itu kadang-kadang kita tidak punya pilihan, begitu juga pekerjaan dan pendidikan, tetapi kalau happiness, kebahagiaan, itu pilihan. Tidak ada orang yang bisa mengambil kebahagiaan dari kita, walaupun apa yang kita miliki kata orang tidak cukup."

 

Dwi mengatakan, pola makan dan gaya hidup yang buruk juga berpengaruh dengan psikis seseorang. "Hipertensi karena kita cari uang. Bagi yang kurang makan, terlalu banyak mencari makan, terlalu banyak makan jadi obesitas."

"Masalah uang itu kadang-kadang kita tidak punya pilihan, begitu juga pekerjaan dan pendidikan, tetapi kalau happiness, kebahagiaan, itu pilihan. Tidak ada orang yang bisa mengambil kebahagiaan dari kita, walaupun apa yang kita miliki kata orang tidak cukup."

Selain itu, adanya pandemi ini juga menjadi waktu yang tepat untuk membangun mawas diri tentang kesehatan dengan menambah ilmu, misalnya dengan membaca.

"Kalau setiap masyarakat Indonesia ini membaca, kita baca fenomena ini, kita akan mampu mengatasi ini. Artinya, ini tidak hanya terlepas kepada pemerintah, tetapi bagaimana kita memperdayakan individu untuk menjadi seorang yang terpelajar terhadap dirinya dan tahu untuk berbuat sesuatu."

Dwi mengatakan, yang paling tahu tentang apa yang terbaik untuk diri sendiri adalah diri kita sendiri. Hal ini juga berlaku ketika kita lebih waspada soal kesehatan pribadi.

"Karena ada respon yang individual, apa kekurangan kita? Kalau saya terlalu gemuk saya kurangi berat badan, kalau saya kurang berat badan ditingkatkan dengan baik," Dwi berujar. "Ini kewaspadaan diri yang sifatnya individual. Ini kalau sudah tumbuh di kita sangat kuat sekali, sehingga tidak tergantung regulasi pemerintah."

3 dari 3 halaman

Infografis Perilaku 3K Bantu Kesembuhan Pasien Covid-19 Lebih Cepat

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.