Sukses

Cuma Makan Junk Food Sejak Kecil, Remaja Ini Buta

Kebiasaan mengonsumsi junk food sejak kecil membuat remaja ini harus buta di masa remaja

Liputan6.com, Jakarta Seorang remaja menjadi buta secara perlahan karena memiliki diet yang aneh. Dia hanya makan junk food atau makanan sampah seperti kentang goreng, keripik, dan makanan cepat saji lain sejak kecil.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan di jurnal Annals of Internal Medicine, remaja ini awalnya pergi ke dokter karena merasa kelelahan. Hasil tes darah menunjukkan bahwa dia menderita anemia, serta kadar vitamin B 12 yang rendah.

Melansir Live Science pada Selasa (3/9/2019), setahun kemudian, dia mengalami masalah pada pendengaran dan penglihatannya. Namun, pemeriksaan mata dan hasil MRI normal. Dokter juga belum menemukan penyebabnya.

Dua tahun kemudian, penglihatannya memburuk di usia 17. Tes mata menyatakan bahwa dirinya mengalami kebutaan menurut hukum Amerika Serikat. Angkanya adalah 20/200 di kedua mata.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nutrisi yang Rendah

Tes lanjutan juga menemukan pasien mengalami kerusakan pada saraf optiknya. Selain itu, kadar vitamin B 12, tembaga, selenium, dan vitamin D-nya rendah.

"Pasien mengaku bahwa sejak sekolah dasar, dia tidak mau makanan dengan tekstur tertentu," para penulis dari University of Bristol, Inggris mencatat.

Diketahui, remaja ini hanya mengonsumsi kentang goreng, keripik, roti putih, irisan daging, serta sosis olahan.

3 dari 3 halaman

Tak Bisa Dikoreksi

Dokter akhirnya mendiagnosis remaja itu mengalami kerusakan saraf optik karena kekurangan nutrisi. Selain karena makanan, kondisi ini juga bisa disebabkan obat-obatan serta penyalahgunaan alkohol.

Dr. Denize Atan, ketua penulis studi dan pengajar di bidang oftalmologi Bristol Medical School menyatakan bahwa sesungguhnya itu bisa pulih jika diketahui sejak awal.

Namun, apa yang terjadi pada remaja ini sudah terlambat. Kacamata pun tidak akan membantu penglihatannya karena kerusakan saraf optik tidak bisa dikoreksi dengan lensa.

Pasien akhirnya diberi resep suplemen nutrisi agar penglihatannya tidak lebih buruk. Selain itu, dia juga dirujuk ke layanan kesehatan mental untuk mengatasi gangguan makan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.